apakabar.co.id, JAKARTA – Nilai tukar rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi dengan potensi penguatan terbatas terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyebutkan bahwa dolar AS masih tertekan oleh optimisme terhadap perundingan perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
“Rupiah diperkirakan berkonsolidasi dengan potensi menguat terbatas terhadap dolar AS yang masih tertekan oleh harapan pada perundingan untuk perdamaian perang Rusia-Ukraina,” ujar Lukman Leong dikutip ANTARA di Jakarta, Selasa (18/2).
Dalam sebuah laporan, disebutkan bahwa pejabat senior Pemerintah AS akan bertemu dengan pejabat Rusia guna membahas kemungkinan perdamaian di Ukraina. Beberapa pejabat yang akan mewakili AS dalam perundingan ini, antara lain Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, serta Utusan Khusus Timur Tengah Steve Witkoff. Mereka dijadwalkan bertemu dengan pejabat senior Rusia di Arab Saudi dalam beberapa hari ke depan.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan kesepakatannya untuk segera memulai perundingan demi mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun di Ukraina. Pernyataan itu disampaikannya setelah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Namun, di sisi lain, para pemimpin Eropa menuntut untuk dilibatkan dalam perundingan mengenai masa depan Ukraina. Meski demikian, Utusan Khusus Trump untuk Rusia dan Ukraina, Keith Kellogg, menyatakan bahwa kemungkinan besar perundingan ini tidak akan melibatkan Inggris maupun Uni Eropa.
“Belum ada detail mengenai perundingan karena masih tahap awal, meski kemungkinan besar tidak akan melibatkan Inggris maupun Uni Eropa,” jelas Lukman.
Dampak terhadap nilai tukar Rupiah
Di tengah perkembangan global ini, pergerakan nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh kondisi perdagangan domestik dan faktor ekonomi lainnya. Indeks dolar AS sendiri terpantau stabil dalam perdagangan yang sepi akibat libur Hari Presiden di Amerika Serikat.
Lukman memperkirakan bahwa kurs rupiah akan berada dalam rentang Rp16.150 hingga Rp16.250 per dolar AS. Meskipun neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus yang lebih besar dari perkiraan, hal ini lebih disebabkan oleh rendahnya angka impor, yang mencerminkan lemahnya permintaan domestik. Sementara itu, ekspor juga tercatat di bawah harapan, yang menunjukkan adanya penurunan permintaan eksternal.
“Sentimen dalam negeri belum cukup kuat. Walau data perdagangan menunjukkan surplus yang lebih besar, hal ini disebabkan oleh impor yang jauh di bawah perkiraan, yang mencerminkan permintaan domestik yang lemah. Demikian juga ekspor yang berada di bawah harapan, mencerminkan permintaan eksternal yang juga lemah,” jelasnya.
Pergerakan Rupiah di pasar
Pada pembukaan perdagangan hari Selasa di Jakarta, nilai tukar rupiah terpantau melemah sebesar 9 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp16.237 per dolar AS, dibandingkan dengan posisi sebelumnya di Rp16.228 per dolar AS. Pelemahan ini mencerminkan kondisi pasar yang masih dipengaruhi oleh faktor eksternal, termasuk ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter AS.
Dengan perkembangan ini, investor dan pelaku pasar masih akan mencermati hasil perundingan antara AS dan Rusia terkait konflik di Ukraina, serta berbagai data ekonomi yang akan dirilis dalam waktu dekat. Sementara itu, Bank Indonesia diharapkan terus memantau pergerakan nilai tukar dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.