apakabar.co.id, JAKARTA – Beberapa waktu terakhir, publik dikagetkan dengan kebiasaan batuk yang dialami komika Dustin Tiffani. Ciri batuknya yang khas dan kerap muncul tanpa mengenal waktu, membuatnya dikenal sebagai Lord Batuk.
Kondisi itu semakin menarik, ketika Dustin mengaku telah memeriksakan kesehatannya, namun dokter menjelaskan jika dirinya baik-baik saja. Tidak ada indikasi gangguan kesehatan yang berarti.
“Sudah pernah diperiksa rontgen, ketika dilihat, dokter mengatakan tidak apa-apa,” tutur Dustin.
Hal itu membuat banyak orang bertanya-tanya, mengapa Dustin selalu batuk?
Dokter Gia Pratama yang bertugas sebagai kepala instalasi gawat darurat (IGD) RS Prikasih melalui akun media sosialnya menjelaskan bahwa batuk yang dialami Dustin kemungkinan karena kebiasaan yang terpicu dari reaksi tubuh terhadap stres yang berulang. Batuk demikian dikenal sebagai batuk psikis terjadi karena stres, cemas, atau dipicu kondisi emosional tertentu.
“Batuk ini menyebabkan otot-otot di saluran nafas jadi lebih sensitif dan mudah iritasi,” ujar dokter Gia.
Sebagai bentuk pencegahan, kata Dokter Gia, masyarakat perlu menjaga agar daya tahan tubuh tetap kuat dan menghindari lingkungan yang bisa memicu batuk. Hanya saja di keseharian, nyatanya tidak mudah untuk menemukan situasi yang ideal. Agar lawan bicara tidak merasa terganggu dan hilang kesabaran dengan batuk yang terus menerus, ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
Opsi pertama, segera redakan batuk dengan mengonsumsi obat batuk over-the-counter (OTC). Ketika mengalami batuk berkepanjangan tanpa gejala lain yang menyertai, sebaiknya diperiksa untuk memastikan apakah batuk termasuk batuk psikis atau bukan.
Selain itu, tidak ada salahnya melakukan relaksasi dan meditasi untuk mengurangi rasa stres atau cemas yang dapat menimbulkan batuk. Atau mengonsumsi makanan yang membuat lebih rileks, termasuk kudapan yang sifatnya menghangatkan dan melegakan tenggorokan, seperti jahe, peppermint, atau jeruk nipis.
“Namun, agar dosisnya tepat, masyarakat bisa meminum obat batuk OTC dengan kemasan satu dosis. Selain lebih aman, juga praktis dan mudah dibawa jika perlu,” katanya.
Secara umum, obat batuk OTC, ujar dokter Gia, mengandung bahan-bahan yang berfungsi mengencerkan dahak, mengurangi batuk, dan mengurangi alergi atau flu penyebab batuk, seperti guaifenesin, dextromethorphan, dan chlorpheniramine.
Selain itu, obat batuk OTC juga sudah banyak diformulasikan dengan bahan-bahan yang punya efek meredakan batuk dan menghangatkan tenggorokan seperti jahe, serta kandungan yang melegakan tenggorokan seperti jeruk nipis dan peppermint.
Mengonsumsi obat batuk OTC merupakan pilihan bijak karena menjadi pertolongan pertama dan paling cepat dalam mengatasi batuk secara lebih mudah dan praktis. Obat batuk OTC bisa didapatkan tanpa resep dokter dan mudah ditemukan di gerai minimarket sampai warung terdekat, sehingga bisa dikonsumsi kapan saja dan di mana saja.
“Upaya penanganan batuk yang praktis ini bisa mendukung aktivitas tetap lancar, tetap produktif, dan dan gaya hidup aktif tetap bisa dijalankan,” paparnya.
Senada, dokter Patriotika Ismail, dokter spesialis penyakit dalam di RS EMC Cikarang mengungkapkan batuk yang berlangsung lama dan tak kunjung sembuh, biasanya merupakan gejala dari masalah kesehatan tertentu.
Hal tersebut tidak saja disebabkan oleh faktor psikis, namun umumnya bisa disebabkan oleh faktor lingkungan sekitar. Paparan polusi, asap rokok, udara dingin, bisa menyebabkan rasa gatal di tenggorokan dan batuk.
“Apalagi di musim pancaroba seperti sekarang, batuk dapat berasal infeksi virus pada saluran pernapasan, yang biasa dikenal dengan batuk pilek. Pemicunya bisa berasal dari aktivitas di tempat umum, karena daya tahan tubuh menurun dan suhu udara yang dingin,” jelas dokter Rio, Selasa (16/7).
Sementara itu, dokter Elizabeth Angelina, dokter medis PT Bintang Toedjoe menjelaskan swamedikasi memang bisa dilakukan dengan mengonsumsi obat batuk OTC, namun tetap harus memperhatikan dosis anjuran.
“Formulasi kandungan obat batuk OTC memang dibuat untuk meredakan batuk berdahak maupun kering, dengan mengencerkan cairan dalam batuk berdahak, melawan virus, serta menahan reflek ketika batuk,” kata dokter Elizabeth.
Sejauh ini, terang dokter Elizabeth, konsumsi obat yang direkomendasi yakni 3 kali sehari. Jumlahnya 1 sampai 2 sachet untuk dosis orang dewasa.
Secara umum, batuk bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan namun tidak bisa dianggap sepele. Ketika batuk telah berlangsung lebih dari dua minggu atau terdapat gejala tambahan seperti kesulitan bernapas, tidak ada cara lain, selain memeriksakannya ke layanan kesehatan.
Batuk sejatinya refleks alami yang berfungsi membersihkan tenggorokan dari lendir atau iritan asing. Karena itu, batuk terjadi karena hal-hal sepele, seperti tenggorokan gatal, makanan yang menyangkut di kerongkongan, atau berbicara terlalu cepat.
Sementara itu, batuk yang terjadi di momen-momen penting, seperti dialami Dustin Tiffani, tentunya sangat mengganggu. Cara berkomunikasi verbal menjadi sulit dilakukan. Karena batuk yang demikian, dipengaruhi oleh faktor psikis yang sulit dikendalikan, seperti stress, cemas, atau kondisi emosional tertentu.