Letusan Eksplosif Ile Lewotolok, Badan Geologi: Masih Berlangsung

Visual Gunung Api Ile Lewotolok di Lembata, NTT, Sabtu (25/5/2024) pukul 05.02 WITA. Foto: HO-Badan Geologi

apakabar.co.id, JAKARTA – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebut aktivitas erupsi atau letusan  eksplosif Gunung Api Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih berlangsung.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok Jeffry Pugel menjelaskan sampai saat ini erupsi atau letusan eksplosif masih berlangsung. “Letusan eksplosif masih berlangsung dengan jangkauan lontaran lava pijar dominan masih di sekitar area kawah, namun dapat juga menjangkau sejauh sekitar 500 meter keluar dari kawah,” kata Jeffry di Kupang, Sabtu (25/5).

Berdasarkan pengamatan, aktivitas erupsi dan hembusan asap terpantau masih tinggi. Jeffry menjelaskan hal itu berkaitan dengan aktivitas gempa vulkanik dangkal dan dalam yang menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan periode satu minggu sebelumnya, termasuk tremor menerus yang masih terekam dengan amplitudo rata-rata meningkat.

“Kemunculan gempa-gempa vulkanik ini mengindikasikan masih adanya peningkatan tekanan pada tubuh gunung yang berkaitan dengan suplai fluida magmatik dangkal dan dalam,” kata Jeffry.

Berdasarkan hasil analisis menyeluruh, ia menjelaskan tingkat aktivitas Gunung Ile Lewotolok masih dipertahankan pada Level III atau Siaga. Untuk itu Badan Geologi merekomendasikan agar masyarakat, pengunjung, pendaki, dan wisatawan tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius 2 km dari pusat aktivitas gunung.

Ia juga mengimbau masyarakat Desa Lamatokan dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya guguran, longsoran lava dan awan panas dari bagian timur kawah.

Sedangkan untuk masyarakat Desa Jontona dan Desa Todonara, ia berharap agar warga tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas dalam wilayah sektoral selatan dan tenggara sejauh 3 km dari pusat aktivitas gunung, serta mewaspadai potensi ancaman bahaya guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian selatan dan tenggara.

“Lalu masyarakat Desa Amakaka agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas dalam wilayah sektoral barat sejauh 3 km dari pusat aktivitas gunung,” tandasnya.

2,018 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *