[OPINI] Kepemimpinan Perempuan di Era Global

Ilustrasi kepemimpinan perempuan. Foto: Antara

Tantangan reformasi dan globalisasi menuntut seorang pemimpin mampu mengelola organisasi dengan baik. Memperhatikan segala kebutuhan demi tercapainya tujuan organisasi.

Oleh: Prof Husaini

PERBEDAAN jenis kelamin dalam kepemimpinan tidak lagi dipermasalahkan. Hal tersebut dibuktikan dengan perempuan memiliki modal berupa ciri khas untuk menjadi seorang pemimpin seperti yang ditunjukkan R.A Kartini sebagai panutan kaum perempuan di Indonesia.

Perempuan juga memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin yang selanjutnya dijadikan tujuan penulisan untuk mengetahui karakteristik perempuan yang dapat menunjang efektifitas kepemimpinan (Helma H, 2023).

Penelitian Porter, Crampon dan Smith (2004) mengaitkan masalah gender dan gaya kepemimpinan dengan aspek 1) pengambilan keputusan berorientasi pada pemimpin yang demokratik atau otokratik dan 2) mempengaruhi bawahan, atasan dan rekan kerja dengan strategi komunikasi.

Parker (1996) menunjukkan bahwa remaja wanita anglo-american cenderung dependent dan nurturing sedang prianya independent dan agresif.

Selanjutnya Parker memperlihatkan perempuan Anglo-American cenderung bergaya transformasional. Sedangkan, prianya transaksional.

Ini menunjukkan bahwa perempuan lebih demokratis dan partisipatif sedang pria lebih otokratik dan direktif (Helma H, 2023).

Perempuan mengalami tingkat perkembangan pemikiran yang sangat signifikan. Yang mana hal tersebut diketahui dari adanya fakta-fakta bahwa saat ini perempuan turut berperan dalam kepemimpinan pada suatu organisasi baik itu organisasi politik maupun non-politik.

Dengan adanya keterlibatan kaum wanita menjadi seorang pemimpin tersebut dapat menjadi sebuah keterwakilan untuk wanita pada jenis-jenis aktivitas yang dilakukan di lingkup masyarakat (Yulianti R, 2018).

Di era revolusi industri perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak pada peran wanita semakin kompleks. Wanita dan laki-laki memiliki kesetaraan di bidang ketenagakerjaan, sehingga wanita dan laki-laki mempunyai kesempatan, akses dan peluang yang sama sebagai sumber pembangunan nasional.

Perempuan sebagai pemimpin dalam berbagai industri adalah topik yang semakin mendapat perhatian di seluruh dunia.

Di tengah perubahan sosial, perkembangan norma gender, dan kebutuhan akan keberagaman dalam berbagai sektor, peran perempuan dalam kepemimpinan telah menjadi sorotan utama.

Setelah menjadi fenomena yang marak diperbincangkan dalam kalangan mayarakat saat ini, kepemimpinan perempuan tidak lagi diragukan.

Kiprah perempuan ini kemudian semakin tampak di abad ke-21. Di beberapa negara, sebagian perempuan sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dalam sisi kehidupan maupun mobilitas vertical (Miswar, 2023).

Namun kesetaraan gender baik di Indonesia maupun global masih belum berimbang. Sejumlah riset menunjukkan keterwakilan perempuan pada level manajemen di sektor swasta masih belum terpenuhi. Bahkan sangat minim.

Berdasarkan riset World Economic Forum, Indonesia sendiri masih berada di peringkat 101 dari 156 negara untuk kesetaraan gender.

Artinya, secara umum saat ini peranan perempuan memang harus didorong, dan di pemerintahan saat ini saya lihat sudah ada perubahan sehingga pemerintah meletakkan program pengembangan perempuan menjadi salah satu prioritas dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional tahun 2020-2024.

Kepemimpinan perempuan baik di sektor swasta maupun publik sangat penting bagi kesejahteraan bangsa.

Didukung riset oleh lembaga McKinsey tahun 2018-2021, mengatakan bahwa kepemimpinan perempuan mampu menciptakan organisasi yang lebih sehat, egaliter, serta menghasilkan keputusan yang komprehensif dan inklusif karena melihat dari berbagai aspek.

Ini ‘lah mengapa keputusan perempuan untuk makin berperan baik di sektor publik maupun swasta sangat dipertimbangkan, karena bukan saja sebuah langkah yang tepat tetapi secara riset juga membuktikan pencapaian yang akan dihasilkan akan jauh lebih baik jika keberadaan perempuan lebih setara dalam pengambilan keputusan (Rahmayanty D, 2023).

Alhasil, khususnya demokrasi di Indonesia yang berlaku dalam hal kepemimpinan tidak membedakan gender/jenis kelamin.

Terutama dalam hal pemerintahan cq kepala daerah dan pejabat lainnya, sudah tentu ukurannya adalah kompetensi, jujur, transparan, bertanggung jawab, transpormatif.

Juga sering tidaknya turun ke masyarakat dan mampu membawa kebaikan, kesejahteraan serta peningkatan ekonomi masyarakat.

Sudah banyak contoh kepemimpinan perempuan di Indonesia yang sudah sukses, baik di pemerintahan, swasta, perguruan tinggi dan jenis pendidikan lainnya. Termasuk di berbagai organisasi.

Potensi dasar yang dimiliki oleh perempuan sebagai makhluk religius, individu, sosial dan budaya sebenarnya tidak berbeda dengan laki-laki.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan tentang kemampuan dasar potensial dari kedua jenis (laki-laki dan perempuan) tersebut.

Bahkan pada beberapa penelitian, tampak bahwa perempuan memiliki beberapa kelebihan khas, antara lain perempuan lebih mampu untuk berperan ganda, di samping mengembangkan kodratnya sebagai ibu yang mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkan anak dengan kasih sayang.

Perempuan memiliki potensi dasar untuk lebih tahan uji, rela berkorban, tahan menderita, ulet dan sabar dibanding laki-laki (Rudi H, 2021).

Perempuan memiliki potensi yang setara dengan laki-laki dalam berkarya pada bidang apa pun. Termasuk dalam memimpin perusahaan.

Kepemimpinan perempuan dinilai memiliki kelebihan dengan naluri seorang ibu, tegas dan mengayomi. Pemimpin perempuan juga memiliki kelebihan berbeda dibandingkan pemimpin pria.

Pemimpin perempuan mampu memberikan perhatian personal kepada anak buah, yang sering kali itu tidak pernah dilakukan oleh seorang pemimpin laki-laki.

Contoh sederhana memberi perhatian pada kesehatan. Perhatian personal itu justru bisa menjadi motivasi karyawan dalam bekerja untuk mencapai target kerja (Erwi, 2018).

Kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai level kepemimpinan, sudah lama terjadi di Indonesia.

Hal ini membuktikan negara kita menganut prinsip persamaan gender. Oleh karena itu undang-undang dan peraturan Pemerintah-RI khususnya dalam kepemimpinan/kepada daerah baik berupa bupati, wali kota dan gubernur beserta wakilnya masing-masing membolehkan perempuan untuk menjadi pemimpin/kepala daerah tersebut. Itu selagi memenuhi persyaratan ketentuan pemerintah dan KPU-RI.

Dengan adanya keberagaman (diversity) secara gender di posisi pemimpin, inovasi baru dapat dilahirkan sebab perempuan membawa ide-ide segar dan perspektif berbeda yang mungkin tidak terlihat sebelumnya.

Kehadiran perempuan di posisi pemimpin, tentunya diperlukan untuk membawa angin segar yang berujung pada lahirnya berbagai inovasi. Kehadiran pemimpin perempuan meningkatkan kesetaraan gender di ranah profesional, termasuk di industri teknologi.

Adanya pemimpin perempuan di perusahaan menjadi bukti bahwa perempuan pun mampu memimpin sebuah tim atau perusahaan dengan baik.

Dalam hal membangun relasi, pemimpin perempuan secara konsisten dinilai lebih tinggi daripada rekan prianya.

Menjadi terampil dalam membangun hubungan di dalam rumah, perempuan juga sangat mungkin berhasil dalam membangun hubungan di luar (Kana RP, 2022).

Telah banyak perempuan yang dapat mengenyam dunia pendidikan yang sejajar dengan kaum laki-laki sehingga mampu menduduki jabatan strategis yang sama dalam dunia birokrasi atau pemerintahan.

Kepemimpinan merupakan akibat dari satu arah yang mungkin dikarenakan sang pemimpin memiliki kualitas tertentu yang membuatnya unggul di antara pengikutnya.

Secara nasional, kiprah perempuan sudah sangat menonjol. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya perempuan yang saat ini berada di pucuk pimpinan nasional.

Di antaranya; Sri Mulyani Menteri Keuangan, Retno Marsudi Menteri Luar Negeri RI, Khofifah Indarparawansa sebagai gubernur Jawa Timur dan lainnya (Rabbani, 2023).

Banyak perempuan telah menduduki posisi penting di berbagai bidang. Keunggulan perempuan dalam menduduki posisi penting mendapat pengakuan oleh Marie C. Wilson,

“The core what woman bring to leadership- a tendency toward inclusiveness, emphaty, communication up and down hierarchis, focus on broader issues and reacher bussiness”.

Hal ini semakin dikuatkan pula oleh Thomas J. Reters mengatakan, “Woman as more relational, less conscious of hierarchy, better listener and more able to avoid the agression men can sometimes bring to management,” (Eagly, A. H. & Carli, L. L. 2003).

Kepemimpinan perempuan merujuk pada peran perempuan dalam posisi kepemimpinan, baik di bidang politik, bisnis, organisasi, maupun komunitas.

Kepemimpinan perempuan semakin diakui penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, adil, dan inovatif. Selama bertahun-tahun, tren kepemimpinan di tempat kerja semakin meningkat.

Pemimpin wanita membawa perspektif baru ke tempat kerja dan terbukti sama efektifnya dengan pemimpin pria.

Pemimpin perempuan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan laki-laki, meskipun kelebihan ini bisa berbeda-beda tergantung pada individu.

Berikut adalah beberapa kelebihan umum yang sering dikaitkan dengan pemimpin wanita (Nasrullah, 2022):

1. Empati yang Lebih Tinggi

Wanita sering kali dianggap lebih empatik dan mampu memahami perasaan serta kebutuhan orang lain dengan lebih baik. Ini membuat mereka lebih efektif dalam memimpin tim yang membutuhkan perhatian pada kesejahteraan emosional.

2. Kemampuan Komunikasi yang Baik

Banyak wanita yang memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik, baik dalam mendengarkan maupun mengekspresikan ide. Hal ini penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang terbuka dan kolaboratif.

3. Pendekatan Kolaboratif

Wanita cenderung mengutamakan pendekatan kolaboratif dalam pengambilan keputusan, yang dapat meningkatkan partisipasi dan keterlibatan anggota tim. Mereka sering mencari konsensus dan lebih terbuka terhadap berbagai perspektif.

4. Multitasking dan Manajemen Waktu

Wanita sering kali terbiasa dengan multitasking dan memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik, yang sangat berguna dalam mengelola berbagai tugas dan tanggung jawab sebagai pemimpin.

5. Ketekunan dan Ketahanan

Banyak pemimpin wanita yang menunjukkan ketekunan dan ketahanan tinggi, terutama dalam menghadapi tantangan dan kesulitan. Mereka sering kali mampu menghadapi situasi sulit dengan tenang dan mencari solusi yang efektif.

6. Kepekaan terhadap Isu Sosial

Wanita sering kali lebih peka terhadap isu-isu sosial dan keadilan, yang dapat membuat mereka lebih sadar akan pentingnya kebijakan yang inklusif dan adil dalam organisasi.

7. Kepedulian terhadap Pemberdayaan

Pemimpin wanita sering kali lebih fokus pada pemberdayaan anggota tim dan pengembangan potensi individu, sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan karier

Fisikawan termasyhur, Albert Einstein kelahiran Jerman pada tahun 1879, penemu teori relatifitas dan memberikan kontribusi besar terhadap mekanika quantum pernah mengatakan bahwa, “kita tidak mungkin memecahkan suatu masalah dengan cara yang sama pada saat kita menciptakan masalah tersebut”.

Perubahan hanya mungkin terjadi jika terjadi perubahan cara pandang, perubahan mindset (cara berpikir).

Peran perempuan saat ini harus dipandang dengan cara yang berbeda dibanding masa lalu.

Ahmad Al-Sughairi, seorang pengacara terkenal di Timur Tengah yang berasal dari keluarga kaya dengan pendidikan di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa,

“Pria memimpikan wanita sempurna. Wanita memimpikan pria sempurna. Mereka tidak tahu bahwa Allah SWT menciptakan mereka untuk menyempurnakan satu sama lain.”

Kalimat ini memberikan gambaran mengenai pentingnya keseimbangan peran perempuan dan laki-laki dalam berbagai dimensi sosial kemasyaratan. Termasuk yang berkaitan dengan bisnis, politik, pemerintahan dan lainnya.

Perempuan dan laki-laki adalah dua entitas yang satu sama lain saling melengkapi (bersifat komplementer).

Kepemimpinan perempuan di berbagai level dalam era globalisasi telah banyak terbukti keberhasilan dalam pekerjaannya.

Namun mereka tetap seorang ibu, dan seorang isteri yang tidak melupakan sebagai kodrati perempuan. Dari masa ke masa ketangguhan kepemimpinan perempuan terus berjalan, teruji dan tangguh serta terus bergerak menuju kesuksesan. (*)

Penulis adalah akademisi di Universitas Lambung Mangkruat

40 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Fahriadi Nur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *