apakabar.co.id, JAKARTA – Pemimpin rezim Baath, Bashar Al-Assad di Suriah, memutuskan mundur dari jabatannya dan melarikan diri dari Suriah, demikian informasi dari Kementerian Luar Negeri Rusia pada Minggu (8/11).
Kemlu Rusia dalam pernyataan tertulisnya, menyebut kepergian Bassar Al-Assad yang digulingkan merupakan hasil negosiasi antara rezimnya dengan kelompok-kelompok yang terlibat dalam perlawanan bersenjata.
Rusia juga mengeklaim bahwa Bassar Al-Assad sempat mengharapkan agar perpindahan kekuasaan dapat berlangsung secara damai.
Sembari menyatakan keprihatinan yang mendalam atas situasi yang terjadi di Suriah, Rusia menyerukan agar semua pihak menghindari kekerasan dan menyelesaikan permasalahan tersebut melalui upaya politis.
Kemlu Rusia juga mengungkapkan pihaknya telah berkomunikasi dengan semua kelompok oposisi di Suriah. Rusia terus mendorong mereka agar menghormati pandangan semua kelompok etnis dan agama di negara tersebut.
Dalam hal ini, Rusia turut menyatakan dukungannya agar menjalankan proses politik yang inklusif, sebagaimana amanat Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 2254 yang disahkan pada 2015.
Sementara itu, pangkalan militer Rusia di Suriah tetap berada dalam kondisi siaga. Meskipun tidak ada ancaman langsung yang dihadapi personel militer disana, kesiapsiagaan terus diberlakukan, tulis Kemlu Rusia.
Rusia juga dipastikan akan mengambil semua tindakan yang diperlukan. Hal itu untuk memastikan keselamatan warga negara Rusia yang masih menetap di Suriah.
Kejatuhan rezim Assad
Pertempuran antara pasukan rezim dengan kelompok oposisi sempat pecah pada 27 November lalu. Pertempuran dimulai di kawasan pedesaan di barat Aleppo, sebuah kota besar di Suriah utara.
Pada 30 November 2024, kelompok oposisi berhasil merebut pusat kota Aleppo dan menguasai keseluruhan Provinsi Idlib. Mereka pun merebut pusat kota Hama dari rezim pada 5 Desember.
Kelompok oposisi dikabarkan turut merebut sejumlah permukiman di titik-titik strategis di provinsi Homs yang menjadi gerbang masuk ke Damaskus. Hal itu semakin memacu upaya mereka maju ke ibu kota Suriah.
Pada Jumat (6/12), pasukan oposisi telah merebut kawasan Daraa di Suriah selatan yang berdekatan dengan perbatasan Yordania.
Mereka terus merebut kendali di Provinsi Suwayda di Suriah selatan pada Sabtu (7/12), sementara kelompok oposisi setempat dikabarkan turut merebut kendali di Quneitra pada hari yang sama.
Kelompok oposisi anti-rezim Bassar Al-Assad memasuki Damaskus dari sisi selatan ibu kota Suriah itu pada Sabtu (7/12). Sementara itu, pasukan militer pemerintah telah menarik diri dari kompleks kementerian pertahanan, kementerian dalam negeri, dan bandara internasional Damaskus.
Kota tersebut akhirnya takluk pada pendudukan pasukan oposisi pada Minggu (8/12), usai pasukan rezim Bassar Al-Assad kehilangan kendali atas keseluruhan kota.
Sementara itu, pada 1 Desember 2024, Pasukan Nasional Suriah (SNA) dan kelompok oposisi lainnya telah melakukan operasi militer melawan kelompok Kurdi PKK/YPG, yang oleh Turki dianggap sebagai organisasi teroris. Mereka dikabarkan merebut kota Tel Rifaat.