apakabar.co.id, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka melemah pada Kamis (19/12) pagi. Pelemahan IHSG terjadi di tengah sentimen bank sentral Amerika Serikat (AS) yang memangkas tingkat suku bunga acuannya.
IHSG dibuka melemah sebesar 97,72 poin atau 1,37 persen ke posisi 7.010,16. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 ikut turun sebesar 14,62 poin atau 1,75 persen ke posisi 819,31.
Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih menyebut pelemahan IHSG sebagai hal yang harus diperhatikan. Diprediksi pelemahan akan berlangsung dalam rentang antara 7.130 sampai 7.000.
“IHSG hari ini diprediksi mixed dalam range antara 7.130 sampai 7.000,” kata Ratih di Jakarta, Kamis (19/12).
Dari dalam negeri, Ratih menilai, pelaku pasar masih merespons negatif BI-Rate yang kembali pada level 6 persen. Disertai Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility 6,75 persen.
Saat diakumulasi, BI-Rate tetap berada di level yang sama dalam 3 bulan berturut-turut. Suku bunga yang tetap tinggi akan berfungsi sebagai penopang nilai tukar rupiah, namun berpotensi untuk melemahkan ekonomi domestik.
Sejumlah sektor yang akan terdampak saat tingkat suku bunga tinggi diberlakukan, di antaranya perbankan, properti, non primer, konstruksi, hingga otomotif.
Lalu jika merujuk mancanegara, The Fed Amerika sengaja mengurangi setengah dari proyeksi pemangkasan suku bunga tahun depan demi menurunkan inflasi ke target 2 persen. Itu sebabnya, The Fed pada FOMC kembali memangkas 25 bps suku bunga sehingga berada di level 4,25 sampai 4,5 persen.
Kemudian dari Inggris, inflasi tahunan kembali naik ke level 2,6 persen, setelah di bulan sebelumnya ada di level 2,3 persen. Kondisi itu, sekaligus menjadi inflasi tertinggi dalam 8 bulan terakhir. Kenaikan inflasi ternyata ditopang oleh harga barang-barang non-primer.
Sementara itu untuk bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street, indeks Dow Jones terlihat merosot 1.123,03 poin, atau 2,58 persen, menjadi 42.326,87. Indeks mencatat penurunan beruntun terburuk sejak penurunan 11 hari pada tahun 1974.
Penurunan indeks pada Rabu (18/12) ini merupakan yang terburuk sejak bulan Agustus dan baru kedua kalinya indeks kehilangan lebih dari 1.000 poin dalam 1 (satu) sesi tahun ini. Indeks S&P 500 telah kehilangan 2,95 persen menjadi 5.872,16, lalu Nasdaq Composite anjlok 3,56 persen menjadi 19.392,69 sembari mengalami kerugian yang kian tajam menjelang penutupan perdagangan Federal Reserve (The Fed) tahun ini.
Khusus bursa saham regional Asia pagi ini, di antaranya, indeks Nikkei melemah 454,17 poin atau 1,16 persen ke level 38.627,41. Indeks Shanghai juga melemah 18,08 poin atau 0,54 persen ke posisi 3.364,57.
Sementara itu, indeks Kuala Lumpur menguat sebesar 1,14 poin atau 0,14 persen ke level 1.598,64, dan indeks Straits Times melemah 9,47 poin atau 0,25 persen ke level 3.770,57.