Jakarta Kota Global, Budaya Betawi Perlu Beradaptasi dengan Tren Teknologi AI

Sarasehan menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-24 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, Sabtu (14/9) - apakabar.co.id
Sarasehan menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-24 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, Sabtu (14/9). Foto: dok. LKB

apakabar.co.id, JAKARTA – Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Beky Mardani menegaskan bahwa sebagai upaya pelestarian budaya Betawi perlu dikemas mengikuti tren dan perkembangan teknologi mutakhir, termasuk kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

“Melestarikan budaya Betawi saat ini harus memaksimalkan peran media sosial yang menjadi pusat rujukan generasi masa kini. Namun tanpa menghilangkan esensi nilai-nilai yang melekat pada kebudayaan kita,” saat berbicara dalam sarasehan dalam rangkaian ulang tahun ke-24 Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan di Jakarta, Sabtu (14/9).

Beky menyampaikan bahwa kampung Setu Babakan ini memiliki empat fungsi, pelestarian, pembinaan, pemanfaatan dan pengembangan budaya Betawi. “Sekarang kita syukuri, sambil terus dibenahi,” kata dia.

Lebih jauh ia mengatakan bahwa perkampungan Betawi Setu Babakan kini telah menjadi tempat studi budaya bagi mahasiswa yang berkampus di sekitarnya, seperti Universitas Pancasila, UI, ISTN dan lainnya swrta kawasan di Jakarta.

“Dari penelitian, 72 persen yang datang untuk wisata budaya. Di sini bisa dilihat, prototipe rumah Betawi pinggir, tengah dan pesisir, ada lengkap,” ucap mantan aktifis mahasiswa dan jurnalis televisi swasta itu.

Merujuk pada gagasan pembangunannya, menurut Beky, Kampung Betawi di Setu Babakan tak cuma menjadi lokasi wisata budaya melainkan juga edukasi pengembangan budaya.

Dengan luas lahan 289 hektare, terdiri daratan dan air (setu) yang menyatu dengan pemukiman warga, Kampung Budaya Betawi memiliki kelebihan dan kekurangan.

“Kami berharap agar warga di sekitar ini juga merasa memiliki kampung Betawi ini dan mendapat manfaat dari keberadaan kampung budaya ini,” ujar Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Barat tersebut.

Beky pun merespons terkait perkembangan terkini, setelah Jakarta tak lagi menjadi Ibu Kota. Ia menyatakan, Kampung Betawi dan Setu Babakan siap menjadi ikon global, dengan menawarkan gagasan, menyelenggarakan festival budaya sebagai agenda tahunan, meningkatkan diplomasi budaya dan kolaborasi dengan seniman internasional.

“Tak lupa untuk terus mem-branding masyarakat Betawi sebagai masyarakat terbuka dan kaya akan keberagaman,” pungkasnya.

Menyadari perkembangan teknologi informasi yang efektif dan fungsional, Beky berharap Situs Perkambungan Betawi juga bisa dihadirkan secara virtual, supaya bisa dilihat oleh mereka yang tidak bisa datang ke sini.

“Ada semacam tour virtual budaya Betawi, karena sarana sudah ada, pelaku ada, tinggal action,” tegasnya.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Ekuador periode 2017-2020, Diennaryati Tjokrosuprihatono  mengungkapkan bahwa budaya Betawi perlu beradaptasi dan berkembang, meskipun masih banyak yang harus dibenahi.

Hal tersebut dirasakan Dienny, sapaan akrab Diennaryati ketika menampilkan budaya Betawi dalam halal bihalal di Masjid As-Salam dii Quito, bersama masyarakat Indonesia dan umat muslim Ekuador.

“Setelah salat Eid, dalam halal bihalal disediakan hdangan khas kuliner Betawi. “Saya orang Betawi sehingga setiap aktivitas kehidupan mengamalkan nilai-nilai Budaya Betawi,” kata Dienny.

Menurut Sekretaris Universitas Pancasila tersebut, kuliner Betawi yang dihidangkan itu disukai oleh chef dan pejabat pemerintah Ekuador, pebisnis, seniman, dan perwakilan sahabat Muslim Ekuador yang hadir.

“Masyarakat dan tamu yang hadir menyerbu hidangan mulai dari lontong, opor ayam, rendang, sate Betawi, bakso, otak-otak, kerupuk sampai berbagai kue-kue manis pun laris dinikmati tamu yang umumnya belum mengenal masakan khas Indonesia,” ujarnya.

Di sisi lain, menurut pakar arsitektur lanskap dari ISTN, Daisy Radnawati, saat ini terjadi distrupsi luar biasa dalam perkembangan budaya, tak hanya Betawi melainkan juga seluruh budaya tradisional di dunia global.

“Rasanya perlu diselenggarakan seminar international tentang Budaya Betawi – fokus membahas budaya Betawi,” ucapnya.

Saat ditanya mengenai pengaruh budaya Tionghoa serta Arab yang berbaur menjadi Betawi, Wakil Rektor ISTN ini menyebut hal itu menjadi tantangan semua pihak terkait, bagaimana menjaga keseimbangan modernisasi dan menjaga tradisi.

“Saya dibesarkan di Betawi, lahir dan besar di wilayah Betaei. Dulu ada tradisi warga bareng ke mushala. Sekarang, warga jalan bareng masih ada tapi sudah bukan ke mushala,” kenangnya.

Daisy mengaku telah buku Peran Batik dalam Pelestarian Budaya dan menawarakan desain yang menghadirkan elemen budaya betawi di berbagai perabotan rumah, sebagai karya kreasi dan modifikasi, tanpa melanggar nilai budaya dan simbol sakral di dalamnya.

Sependapat dengan Beky Mardani, Daisy juga menyatakan perlunya memanfaatkan dan belajar dengan AI dan dunia digital untuk mempromosikan Budaya Betawi ke kancah global.

“Saya sudah coba, bikin lagu pakai AI satu menit bisa. Yang penting promt-nya sesuai dengan khas Betawi,” ujarnya.

Sebagai informasi, sarasehan HUT Ke-24 PBB Setu Babakan bertajuk Benteng Utama Budaya Betawi Siap Mendukung Jakarta sebagai Kota Global dipandu oleh moderator wartawan senior Lahyanto Nadie.

Acara sarasehan berlangsung di tengah kemeriahan menyambut milad ke-24, yang jatuh pada 15 September 2024. Di mana saat peresmian di tahun 2000, dibangun oleh Gubernur Sutiyoso.

78 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Denny Firmansyah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *