apakabar.co.id, JAKARTA – Jakarta Birdwatcher’s Society dan Belantara Foundation menggelar sensus burung air di empat kawasan Ancol pada Minggu (25/02) dalam rangka memperingati Asian Waterbird Census (AWC) atau sensus burung air se-asia.
Sensus difokuskan pada empat kawasan, yakni Ecopark, Putri Duyung Resort, Dermaga Marina dan Pantai Timur Ancol, Jakarta.
Koordinator Jakarta Birdwatcher’s Society Ady Kristanto mengungkapkan, sensus burung air di empat kawasan Ancol pada tahun ini, berhasil mengidentifikasi 40 jenis burung dengan total 337 individu.
“Dari 40 jenis burung tersebut, terdapat 10 Jenis burung air dengan total 93 individu,” ujarnya di Jakarta, Minggu (25/2).
10 Jenis burung tersebut adalah blekok sawah (Ardeola speciosa), kuntul kecil (Egretta garzetta), kokokan laut (butorides striatus), pecuk ular asia (Anhinga melanogaster), kuntul perak (Ardea intermedia), kowak malam abu (Nycticorax nycticorax), trinil pantai (Actitis hypoleucos), cangak abu (Ardea cinerea), pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris) dan kareo padi (Amaurornis phoenicurus).
Dari 10 jenis burung air tersebut, kata Ady, terdapat satu jenis burung migran yaitu trinil pantai (Actitis hypoleucos).
Sementara itu, berdasarkan status keterancaman, terdapat satu jenis burung air yang masuk ke dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
“Itu adalah burung pecuk ular asia (Anhinga melanogaster) berstatus hampir terancam punah/ near threatened (NT),” paparnya.
Ady juga membeberkan keberadaan burung air di Jakarta tengah menghadapi ancaman serius, akibat urbanisasi, pencemaran di teluk Jakarta, perburuan, hingga tekanan dari aktivitas manusia.
“Upaya konservasi sangat dibutuhkan untuk melindungi burung air dan habitat mereka,” tegasnya.
Hal itu, kata Ady, menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya burung di alam masih sangat rendah. Tebukti dari banyaknya masyarakat yang acuh terhadap peran burung air bahkan memburunya.
“Oleh karena itu, kegiatan pengamatan burung sebagai upaya penyadartahuan warga perlu ditingkatkan dan kegiatan sensus burung air ini adalah salah satunya”, paparnya.
Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna menjelaskan tentang pentingnya pelibatan masyarakat, khususnya generasi muda dalam pelestarian satwa liar, termasuk burung air beserta habitatnya.
“Generasi muda memainkan peran penting sebagai agen perubahan”, katanya.
Anak zaman now, kata Dolly, sangat aktif dalam memviralkan sesuatu di media sosial. Kekuatan itu perlu diarahkan untuk banyak hal yang positif, termasuk memviralkan pentingnya burung air dilestarikan.
Banyak cara untuk terlibat dalam pelestarian burung air beserta habitatnya. “Salah satunya, berpartisipasi aktif dalam melakukan sensus burung air yang ada sekitar tempat tinggal mereka,” ujar Dolly.
Aksi yang diunggah di media sosial akan menjadi motivasi dan inspirasi bagi masyarakat, khususnya generasi muda untuk terlibat aktif dalam menjaga dan melindungi burung air di lingkungan mereka.
Direktur PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Eddy Prasetyo membeberkan peran Ancol yang tidak hanya sebagai lokasi wisata, namun merupakan rumah bagi keanekaragaman hayati flora dan fauna ekosistem pesisir.
“Ancol Taman Impian juga merupakan rumah dari banyak flora dan fauna liar khususnya jenis burung di ekosistem pesisir,” katanya.
Hal itu sejalan dengan salah satu fungsi Ancol Taman Impian sebagai lembaga konservasi dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati.
“Keberadaan ini terus kami monitor dan evaluasi, bekerja sama dengan Jakarta Birdwatcher Society agar dapat menjaga keberlangsungan kehidupannya,” jelas Eddy.
Selanjutnya, hasil sensus burung air se-asia 2024 dilaporkan ke Wetlands International Indonesia sebagai koordinator AWC Indonesia dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Hasil sensus burung air akan menjadi pengayaan data burung air Pemprov DKI Jakarta.