Data Prediksi Tsunami, BRIN Kembangkan Peta Batimetri

Ilustrasi. Wisatawan mancanegara mengunjungi destinasi wisata edukasi bencana alam Museum Tsunami Aceh di Banda Aceh, Aceh, Kamis (4/1/2024). Foto: ANTARA

apakabar.co.id, JAKARTA – Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yusuf Surachman Djajadihardja mengungkapkan BRIN sedang menyiapkan Peta Batimetri. Peta Batimetri digunakan sebagai alat untuk membantu Indonesia dalam mengumpulkan data penting terkait prediksi bencana tsunami.

“Batimetri dapat diartikan sebagai pengukuran dan pemetaan topografi dasar laut. Manfaat Peta Batimetri adalah dapat langsung mengevaluasi deformasi setelah terjadinya gempa besar bawah laut yang menyebabkan tsunami,” ujar Yusuf di Jakarta, Rabu (10/7).

Yusuf menjelaskan implementasi Peta Batimetri telah dilakukan oleh Jepang. Jepang telah menggunakannya terlebih dahulu untuk memprediksi bencana tsunami yang melanda pada 11 Maret 2011 silam.

“Jepang dapat langsung mengidentifikasi penyebab tsunami, dan sehari setelah bencana tersebut mengumumkan adanya pergerakan sebesar 50 meter dilihat dari awal data pembanding,” tambahnya.

Jika dibandingkan dengan bencana tsunami di Indonesia yang pernah terjadi di Aceh pada 2004 silam, Yusuf mengungkapkan, Indonesia belum memiliki data awal. Karena itu menjadi sulit untuk mengetahui perambatan tsunami.

Selain itu, dampak yang ditimbulkan akibat tsunami juga sangat dahsyat. Tidak hanya di darat, namun juga mengakibatkan permukaan dasar laut yang berantakan dan menghasilkan lumpur yang sangat banyak.

“Antisipasi mempunyai data sebelum dan sesudah bencana menunjukkan pentingnya Batimetri menjadi dasar informasi untuk dapat memprediksi bencana itu akan terjadi,” tegasnya.

Di samping itu, ujar Yusuf, Peta Batimetri diperlukan sebagai pertahanan di daerah laut. Hal itu diperlukan karena laut tidak dapat dilihat secara visual, namun bisa dibayangkan.

“Peta Batimetri membantu Indonesia untuk mengetahui wilayah perairannya secara detail, termasuk kedalaman laut, bentuk dasar laut, dan keberadaan berbagai fitur geomorfologi seperti terumbu karang, gunung bawah laut, dan palung laut,” terangnya.

Manfaat Peta Batimetri, kata Yusuf, tidak hanya terbatas pada sektor maritim. Nantinya akan meluas ke berbagai bidang lain seperti riset, perikanan, industri, pariwisata, dan penanggulangan bencana alam.

“Peta Batimetri adalah aset berharga yang harus dimanfaatkan secara bijak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian laut bagi generasi sekarang dan mendatang,” katanya.

Yusuf berharap Peta Batimetri dapat segera diimplementasikan secara merata di Indonesia. Pemanfaatkan peta batimetri secara optimal akan bermanfaat bagi sejumlah faktor seperti keselamatan, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan.

1,027 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *