Gunung Lewotobi Laki-Laki Berstatus Awas, Warga Diminta Waspada

Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur (NTT), erupsi dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 10.000 meter di atas puncak atau kurang lebih 11.584 meter di atas permukaan laut, Selasa (17/6/2025) pukul 17:35 WITA. Foto: PVMBG

apakabar.co.id, JAKARTA – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi menaikkan status aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), ke Level IV atau Awas. Keputusan ini berlaku sejak Selasa, 17 Juni 2025, pukul 15.00 WITA.

Peningkatan status tersebut didasarkan pada hasil pemantauan visual dan instrumental yang menunjukkan adanya lonjakan aktivitas vulkanik. Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, di Labuan Bajo pada Selasa (17/6) menyatakan bahwa pengamatan pada 16–17 Juni memperlihatkan perubahan signifikan pada kondisi gunung.

“Hasil analisis visual dan instrumental memperlihatkan aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki meningkat, sehingga tingkat aktivitasnya dinaikkan dari Level III-Siaga menjadi Level IV-Awas,” ujarnya.

Secara visual, gunung terlihat jelas namun terkadang tertutup kabut. Asap kawah utama tampak berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal dan tinggi mencapai 500 meter dari puncak. Suhu udara di sekitar kawasan gunung berkisar antara 20–30,1 derajat Celcius.

“Cuaca cerah hingga berawan. Angin lemah bergerak ke arah utara, barat, timur laut, dan barat laut. Suhu udara antara 20-30.1 derajat Celcius,” ungkapnya.

Wafid menjelaskan bahwa morfologi puncak gunung menunjukkan bukaan kawah mengarah ke timur laut, sehingga jika terjadi erupsi, material kemungkinan besar akan tersebar ke arah tersebut.

Selain itu, rekaman visual sejak 24 Mei 2025 menunjukkan adanya material lava berwarna hitam seluas sekitar 87.000 meter persegi di kawah yang belum mengalami perubahan berarti. Ini mengindikasikan potensi letusan yang bersifat eksplosif.

Asap juga terlihat keluar dari rekahan di sisi barat laut dan pada area solfatara di timur laut. Keberadaan asap ini dihubungkan dengan zona alterasi atau zona lemah pada tubuh gunung. Menurut Wafid, zona ini berpotensi menjadi sumber letusan terarah (directed blast) yang bisa membahayakan wilayah barat laut hingga timur laut gunung.

“Kemunculan solfatara (asap kawah) disebabkan adanya zona alterasi (Zona lemah), sehingga asap keluar dari area tersebut. Area ini berpotensi mengalami directed blast (erupsi langsung searah) yang dapat mengarah ke barat laut, timur laut, dan barat dari Lewotobi,” jelasnya.

Dari sisi kegempaan, lonjakan aktivitas tercatat secara signifikan. Jika biasanya hanya terjadi 8–10 gempa vulkanik dalam per hari, pada 17 Juni 2025 tercatat 50 kejadian dalam waktu dua jam. Selain itu, data deformasi dari alat tiltmeter, GPS, dan teknologi InSAR menunjukkan adanya inflasi atau pembengkakan tubuh gunung akibat tekanan dari dalam — salah satu indikasi awal akan terjadinya erupsi.

Dengan naiknya status ke Level IV (Awas), masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 7 km dari pusat erupsi dan sektoral barat daya–timur laut sejauh 8 km. Warga juga diimbau tetap tenang, tidak panik, dan mengikuti arahan resmi dari pemerintah.

Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai berhulu di puncak gunung, seperti di Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya, hingga Nurabelen, diharapkan mewaspadai potensi banjir lahar jika terjadi hujan lebat.

“Masyarakat diminta agar tidak mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya,” terangnya.

Pemerintah juga menyarankan masyarakat terdampak abu vulkanik untuk memakai masker atau penutup hidung dan mulut guna melindungi saluran pernapasan. Terakhir, warga diimbau agar tidak menyebarkan atau mempercayai informasi yang belum jelas sumbernya. Tetap waspada dan siaga, demi keselamatan bersama.

247 kali dilihat, 247 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *