apakabar.co.id, JAKARTA – Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) meluncurkan laporan bertajuk ‘Pengembangan Keterampilan dan Situasi Ketenagakerjaan Sektor Elektronik Indonesia’ di Jakarta Kamis, 16 Mei 2024. Studi komprehensif itu menyoroti komitmen pemerintah Indonesia dalam mengembangkan angkatan kerja yang kompetitif dan terampil sejalan dengan spesifikasi kebutuhan sektor elektronik.
Temuan tersebut secara resmi diluncurkan saat Dialog Nasional mengenai Strategi untuk Mempromosikan dan Mengembangkan Tenaga Kerja Terampil dalam Rantai Pasokan yang Bertanggung Jawab di Sektor Elektronik.
Acara itu dihadiri Deputi Bidang Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian M. Rudy Salahuddin, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof Warsito, serta Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste Simrin Singh.
Penelitian dilakukan bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI). Studi memadukan metode kualitatif, analisis data sekunder dan wawancara mendalam dengan para pengusaha dan pekerja dari lima perusahaan elektronik. Studi juga berfokus pada tren industri, otomatisasi dan digitalisasi yang memberikan pengamatan menyeluruh mengenai kebutuhan sektor ini dari usaha kecil hingga industri berskala besar.
Deputi Menteri Bidang Perekonomian Rudy Salahuddin menjelaskan pemerintah telah memilih sektor elektronik sebagai salah satu sektor industri kunci yang dikembangkan untuk menghadapi pengembangan industri masa depan. Sektor ini pun merupakan bagian dari Making Indonesia 4.0 Road Map.
“Saat ini pemerintah sedang menjalankan prakarsa mendorong industri semi konduktor Indonesia agar terlibat dalam rantai pasokan global. Studi ini, karenanya, akan memberikan kami temuan dan rekomendasi utama dalam meningkatkan keterampilan dan kompetensi pekerja yang tidak hanya meningkatkan produktivitas tapi juga kontribusi sektor ini pada perekonomian nasional dan kapasitas ketenagakerjaannya,” ujar Rudy.
Senada, Deputi Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof. Warsito menekankan pentingnya pengembangan keterampilan yang adaptif terhadap kemajuan teknologi telah menjadi prioritas pemerintah Indonesia dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045.
“Indonesia telah mengembangkan berbagai strategi termasuk Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi yang menjadi kunci dalam menciptakan angkatan kerja yang terampil, berdayasaing dan berkualitas, dengan industri memainkan peranan penting dalam peningkatan keterampilan dan perilaku bisnis yang bertanggung jawab,” paparnya.
Sementara itu, Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste Simrin Singh menegaskan dukungan ILO terhadap program pengembangan keterampilan Indonesia sebagai respons terhadap pesatnya transisi industri dan transformasi digital yang dihadapi pasar kerja Indonesia. “Berinvestasi pada keterampilan dan kemampuan kerja perempuan dan laki-laki merupakan inti dari pasar kerja yang sehat,” terangnya.
Karena itu kerja sama ILO dengan berbagai lembaga akan memastikan dan mempercepat pengembangan angkatan kerja yang mumpuni, terlatih dan terampil di sektor kunci ini.
“Investasi ini, pada gilirannya, memperkuat produktivitas dan kualitas, seraya memastikan elemen-elemen mendasar dalam pekerjaan yang layak seperti akses terhadap perlindungan sosial dan kepastikan akan pengupahan yang adil.” ujarnya.
Menciptakan pekerja berdaya saing dan terampil
Dalam lingkungan bisnis yang berkembang cepat saat ini, kebutuhan angkatan kerja yang terampil dan terinformasi merupakan inti dari pertumbuhan yang berkelanjutan. Proyek Pengembangan Keterampilan dan Perilaku Bisnis yang Bertanggung Jawab yang digagas ILO, didanai Pemerintah Jepang melalui Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) memadukan praktik bisnis yang bertanggung jawab dengan pelatihan keterampilan yang kuat.
Sebagai industri, khususnya elektronik, menjalani transformasi digital dan berupaya mempertahankan keberlanjutan, melakukan investasi dalam modal manusia menjadi sangat krusial.
Pendekatan itu memastikan para pekerja tidak hanya mampu mengikuti perkembangan tekonologi yang maju, tapi juga menyadari praktik bisnis yang bertanggung jawab, yang mendorong rantai pasokan yang lebih inklusif dan tangguh. Kolaborasi antara pemerintah, perusahaan dan lembaga pendidikan menjadi sangat diperlukan untuk melengkapi angkatan kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan dan standar etika guna memenuhi permintaan rantai pasokan global secara efektif.
Untuk menjembatani kesenjangan keterampilan, studi ini pun menyoroti pentingnya kemitraan swasta-publik antara dunia usaha dengan lembaga pelatihan. Program-program seperti model Pabrik Pembelajaran (TEFA) dan ‘Link and Match’ yang menyelaraskan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri terbukti menjadi praktik-praktik terbaik yang memastikan para lulusan dapat melakukan transisi ke pasar kerja dengan baik,
Studi juga menyerukan dunia usaha untuk memprioritaskan upaya mempertahankan pekerja dan berinvestasi dalam kemampuan mereka melalui pelatihan keterampilan kembali dan peningkatan keterampilan (reskilling and upskilling). Lembaga-lembaga pelatihan juga harus memperluas kesempatan pembelajaran secara langsung di tempat kerja kepada lebih banyak orang dan memperkuat kemitraan industri untuk mempersiapkan secara efektif para lulusan menjadi angkatan kerja.