1446
1446

Kata ‘Ndasmu’ di Pidato Politik Prabowo Subianto, Antara Humor dan Ejekan

Pabowo Subianto (kiri) berjoged saat konsolidasi relawan Posko Pemilih Prabowo-Gibran (Kopi Pagi) di Sentul International Convention Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (16/12/2023). foto: ANTARA

apakabar.co.id, JAKARTA – Pidato politik Presiden Prabowo Subianto dalam perayaan Hari Ulang Tahun ke-17 Partai Gerindra menarik perhatian publik. Salah satu bagian yang paling disorot adalah pernyataan ‘ndasmu’ yang disampaikan dengan mimik mengejek dan disambut tawa para pejabat.

Tak pelak, pernyataan ini menuai reaksi beragam, dari kritik tajam hingga pembelaan dari pihak pemerintah.

Konteks pidato Prabowo Subianto, yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra dalam penggunaan kata ndasmu menyinggung tiga hal utama yang membuatnya tampak kesal. Tiga hal itu meliputi: program makan bergizi gratis (MBG), isu kabinet gemuk hingga tuduhan cawe-cawe Jokowi di pemerintahannya.

Dalam ketiga konteks tersebut, Prabowo menyampaikan kritik terhadap para pengamat dan pihak yang menentang kebijakan pemerintahannya. Kata ndasmu ia lontarkan dengan nada bercanda, namun tetap berkesan tajam dan menyindir.

Pengamat politik dari Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI), Teuku Harza Mauludi, menilai respons Presiden Prabowo terhadap kritik menunjukkan ketidakterbiasaannya dalam menghadapi perbedaan pendapat. Ia menilai dukungan partai yang besar dan tingkat kepuasan publik yang tinggi membuat Prabowo merasa memiliki legitimasi kuat untuk mengabaikan kritik.

Sebaliknya, pakar komunikasi politik dari LSPR, Lely Arrianie, mengingatkan bahwa sikap Prabowo yang cenderung membalas kritik dengan ungkapan yang tidak pantas bisa berakibat buruk pada elektabilitasnya di masa depan. Jika hal ini terus dilakukan, “maka citra kepemimpinan yang bijaksana dan berwibawa akan terkikis perlahan,” ujarnya.

Menanggapi kritik tersebut, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menegaskan bahwa Presiden Prabowo tetap mendengarkan semua masukan yang disampaikan publik. Ia mencontohkan kebijakan seperti penerapan PPN 12% dan subsidi gas elpiji 3 kilogram.

“Itu sebagai bukti bahwa pemerintah mempertimbangkan aspirasi masyarakat sebelum mengambil keputusan,” ujarnya.

Pidato berlebihan?

Pidato seorang kepala negara sering kali menjadi sorotan, baik dari segi isi maupun gaya penyampaiannya. Beberapa pengamat menilai bahwa penggunaan bahasa seperti ndasmu dalam pidato resmi tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin negara yang seharusnya lebih berwibawa dan diplomatis. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa gaya komunikasi Prabowo yang lebih santai dan humoris justru mendekatkannya dengan masyarakat.

Dari perspektif politik, retorika memiliki peran penting. Prabowo Subianto dikenal dengan gaya bicara yang lugas dan kadang meledak-ledak. Dalam pidato ini, ia tampaknya ingin menunjukkan bahwa ia tidak terlalu peduli dengan kritik yang dianggap tidak konstruktif. Namun, hal ini bisa menjadi bumerang jika masyarakat merasa bahwa kritik yang dilontarkan seharusnya mendapat respons yang lebih serius.

Dari perspektif komunikasi publik, seorang kepala negara diharapkan dapat menjaga tutur kata yang mencerminkan kepemimpinan yang bijak. Meskipun Prabowo berusaha membangun kesan dekat dengan pendukungnya, penggunaan kata ndasmu dalam konteks pidato resmi bisa menimbulkan kesan kurang pantas. Hal ini berpotensi mengurangi kredibilitasnya di mata kelompok yang lebih konservatif dan akademisi.

Sementara itu, dari perspektif strategi politik, politikus yang menggunakan retorika yang lebih kasar atau populis untuk memperkuat dukungan dari basis pemilihnya memang kerap terjadi. Bisa jadi, Prabowo sengaja menggunakan gaya ini untuk mengukuhkan posisinya di kalangan pendukung setianya.

Namun, ia juga perlu berhati-hati agar tidak kehilangan simpati dari kelompok yang lebih moderat.

Pidato Prabowo Subianto dalam perayaan HUT ke-17 Partai Gerindra menjadi sorotan karena penggunaan kata ‘ndasmu’ dianggap kurang pantas diucapkan seorang kepala negara. Meskipun ada yang menilai hal tersebut sebagai bentuk humor politik, beberapa pengamat menganggapnya sebagai sikap yang kekanak-kanakan dan berlebihan.

Dalam politik, cara berbicara seorang pemimpin mencerminkan bagaimana ia menghadapi kritik dan mengelola persepsi publik. Jika Prabowo ingin mempertahankan citranya sebagai pemimpin yang kuat dan berwibawa, ia perlu lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata dalam pidato resminya.

Pada akhirnya, komunikasi politik yang baik adalah yang mampu menyampaikan pesan dengan tegas tanpa harus kehilangan kesantunan dan etika.

280 kali dilihat, 5 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *