apakabar.co.id, JAKARTA – Konservasi di Stasiun Riset Bekatan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan menarik perhatian associate profesor, Futoshi Ishiguri, dari Utsunomiya University, Jepang untuk melakukan penelitian satwa bekatan.
Futoshi Ishiguri datang bersama timnya yakni Ikumi Nezu dan Hikaro Yokoyama berkesempatan melihat secara langsung kehidupan kawanan bekantan (Nasalis larvatus), primata monyet besar berhidung panjang dari dunia lama yang menjadi ikon Provinsi Kalimantan Selatan.
“Peneliti Jepang sangat terkesan melihat Stasiun Riset Bekantan, baik fasilitasnya maupun ekosistem lahan basahnya yang terjaga dengan baik. Mereka ingin mempelajari lebih jauh upaya konservasi di Pulau Curiak,” kata Founder Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Foundation Dr Amalia Rezeki di Banjarmasin seperti dilansir Antara, Minggu (11/5).
Baca juga: Kemenkes Keluarkan Peringatan PascaKasus Pneumonia Merebak di Jepang
Futoshi Ishiguri menilai Pulau Curiak sangat menarik perhatiannya karena banyak sekali pohon yang ditanam hingga membuat habitat dan mengundang satwa liar untuk hidup bebas.
“Saya percaya manusia berkontribusi untuk menjaga kondisi ekologi di tempat itu sehingga membuatnya kagum,” katanya.
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Amalia Rezeki berharap ke depan bisa terjalin kerja sama lebih lanjut dengan universitas negeri di Jepang bagian utara itu, terutama di bidang riset lahan basah dan upaya mitigasi perubahan iklim.
Baca juga: Gempa Magnitudo 6,9 Guncang Pulau Kyushu Jepang, Berpotensi Tsunami
Sementara Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) ULM Prof Sunardi yang turut mendampingi delegasi Jepang itu mengaku bersyukur Yayasan SBI dan ULM memiliki Stasiun Riset Bekantan sebagai wadah penelitian di lahan basah.
“Pulau ini sangat penting untuk menjaga lingkungan kita baik flora maupun fauna yang sebagian besar hampir punah, dan ini kewajiban kita untuk melindungi,” ucapnya.
Sunardi berjanji ULM dan Utsunomiya University akan merealisasikan kolaborasi riset dan mengembangkan apa yang sudah ada di Pulau Curiak.
“Ini sebagai upaya terus menggaungkan konservasi sebagaimana yang sudah diinisiasi dan dipelopori oleh Amel dan tim SBI bersama ULM,” katanya.