apakabar.co.id, SOLO – Sebanyak 1.400 eks anggota Jamaah Islamiyah secara resmi membubarkan diri dan menyatakan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Convention Hall Terminal Tirtonadi, Solo, Sabtu (21/12) sore.
Menurut Kepala Detasemen Khusus 88, Irjen Pol Sentot Prasetyo, para eks anggota telah menyadari kesalahan mereka dan ingin membangun negeri.
“Mereka ingin berkontribusi dan menjadi saudara. Kita sebaiknya menyambut mereka sebagai saudara. Karena pada hakikatnya perjalanan hidup adalah bagaimana dia bangkit dari kesalahan dan maju dengan tekad yang baru,” ujar Sentot.
Pembubaran ini merupakan hasil proses panjang diskusi dan dialog sejak 2019.
Pendekatan humanis Polri dan BNPT terbukti efektif meredam ideologi radikal tanpa kekerasan.
“Melalui komunikasi intensif dengan para amif Jamaah Islamiyah saat itu, yaitu Ustad Para Wijayanto. Diskusi ini dilakukan dengan tulus, penuh kehangatan, keakraban, saling keterbukaan, saling tukar pikiran dengan menggunakan berbagai macam literasi,” imbuhnya.
Ini pun menjadi pertama kalinya di dunia organisasi teror sebesar Jamaah Islamiyah membubarkan diri atas kemauannya sendiri.
“Dengan pendekatan yang mengedepankan dialog, edukasi, dan penyadaran. Kita mampu meredam ideologi radikal tanpa harus menggunakan cara-cara kekerasan,” paparnya.
Para eks peserta Jamaah Islamiyah tersebut berasal dari 34 daerah, 36 lapas dan 2 rutan.
Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Hukum, Dr. Supratman Andi Agtas, Kapolri, Jenderal Pol Drs. Listyo Sigit Prabowo, Kepala BNPT, Komjen Pol Eddy Hartono, Kepala Detasemen Khusus 88, Irjen Pol Sentot Prasetyo beserta stakeholder lainya.
Seperti diketahui Jamaah Islamiyah sendiri adalah sebuah organisasi yang didirikan pada tahun 1993 oleh 11 tokoh yang berpengaruh.
Termasuk Ustad Abdullah Sungkar, Ustad Abu Bakar Ba’asyir, dan juga Ustad Abu Rusdan.
Kelompok ini awalnya lahir dengan tujuan mendirikan pemerintahan Islam di kawasan Asia Tenggara. Namun pada perjalanannya organisasi ini berubah drastis setelah mencuri perhatian yang besar.
Usai melakukan aksi serangan 2002 Bom Bali, teror paling mematikan di Indonesia dengan menewaskan 200 orang korban, menjadi titik awal serangkaian aksi teror serupa di tahun berikutnya.
Sejak saat itu Jamaah Islamiyah dikenal sebagai suatu organisasi dengan jaringan terorisme global yang berafiliasi dengan Alkaida.
Namun dibalik aksi-aksi ini ada perjalanan panjang para anggotanya, sehingga kemudian menemukan imun.
Berupa dalil-dalil syar’i yang justru mengarahkan mereka untuk kembali ke pangkuan NKRI.