Tragedi Muara Kate: Panglima Pajaji, Dari Pendukung Kini Terperiksa

Sebelumnya pemuda satu ini dikenal sebagai pendukung warga Muara Kate yang menolak aktivitas hauling batu bara.

Agustinus Luki atau yang lebih dikenal luas sebagai Panglima Pajaji disebut-sebut berperan sebagai koordinator hauling PT MCM.

apakabar.co.id, JAKARTA – Nama Agustinus Luki alias Panglima Pajaji mencuat dalam penyidikan tragedi berdarah Muara Kate, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Sosok yang sempat dikenal sebagai pembela warga kini diperiksa terkait insiden penyerangan posko penolak aktivitas hauling batu bara.

Dua tokoh warga, Russell (60) dan Anson (55), menjadi korban dalam serangan dini hari 15 November 2024. Russell tewas, sementara Anson mengalami luka berat.

Insiden ini menjadi puncak konflik panjang antara warga dan aktivitas hauling PT Mantimin Coal Mining (MCM) yang kerap melintasi jalan negara.

Dalam surat yang ditandatangani Komisioner Kompolnas, Supardi Hamid, disebutkan bahwa Kompolnas telah menerima hasil klarifikasi dari Polda Kaltim terkait dugaan pelayanan buruk penyidik Satreskrim Polres Paser dalam menangani kasus ini.

Surat bertanggal 7 Februari 2025 tersebut ditujukan kepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Samarinda. Pihak LBH juga sudah membenarkan kesahihan dokumen ini.

Pada 16 Januari 2025, Kompolnas turun langsung ke Muara Kate untuk menginvestigasi kasus ini setelah muncul aduan masyarakat dan pemberitaan media yang menyoroti tragedi tersebut.

Penyelidikan yang Penuh Tanda Tanya

Kompolnas mengungkap beberapa poin hasil klarifikasi dari kepolisian. Satreskrim Polres Paser mengeklaim telah bekerja maksimal sejak hari kejadian dengan menerbitkan surat penyidikan, melakukan olah TKP, visum, serta memeriksa 21 saksi.

Upaya pra-rekonstruksi dilakukan tiga hari setelah insiden, diikuti dengan investigasi berbasis scientific crime investigation yang melibatkan tim IT Ditreskrimum Polda Kaltim untuk melacak jejak pelaku.

Kendala besarnya; rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian yang jumlahnya mencapai 10 titik tidak bisa digunakan karena rekaman itu mengalami self-delete atau tidak tersimpan.

Selain itu, saksi hidup juga tidak dapat memberikan keterangan yang mengarah pada identitas penyerang. Serupa korban Russell, saat penyerangan pada pagi buta itu Anson sedang tertidur pulas.

Infografis: Dok.apakabar.co.id

Setelahnya, polisi juga berupaya dengan menggandeng intelijen, perangkat desa, pemangku adat, serta masyarakat setempat untuk menggali informasi.

Polda Kaltim bahkan telah mengirimkan penyidik tambahan, meski tak dijelaskan dukungan peralatan IT seperti apa yang digunakan.

Kendati begitu, sampai hari ini atau 157 hari sejak Tragedi Muara Kate, penyidik Polres Paser masih belum menemukan petunjuk kuat mengenai siapa pelaku penyerangan.

“Pada prinsipnya kami tidak pernah takut atau menutupi segala informasi terkait insiden yang merenggut nyawa keluarga kami,” kata Warta Linus, perwakilan warga Muara Kate dihubungi terpisah, Kamis (3/4).

Siapa Panglima Pajaji?

Salah satu langkah penyidikan selanjutnya adalah pemanggilan Agustinus Luki atau akrab disapa Panglima Pajaji. Hal ini menarik karena sebelumnya, ia dikenal sebagai pendukung warga Muara Kate yang menolak aktivitas hauling batu bara.

Namun menariknya, dalam laporan kepolisian yang diklarifikasi oleh Kompolnas, Pajaji rupanya adalah penanggung jawab kegiatan hauling PT Mantimin Coal Mining (MCM). Selain Pajaji, seorang anggota ormas bercorak nasional juga menjadi terperiksa di kepolisian.

Sekadar tahu, koordinaor hauling umumnya bertugas memastikan keamanan dan kelancaran aktivitas hauling – dari stockpile batu bara [tempat penyimpanan sementara] hingga pelabuhan.

Selain Pajaji, seorang anggota ormas bercorak nasionalis juga menjadi terperiksa di kepolisian. Sebagai penanggung jawab hauling, keduanya diduga bertugas memastikan keamanan dan kelancaran aktivitas hauling – dari stockpile batu bara [tempat penyimpanan sementara] hingga pelabuhan. Lewat merekalah diduga fulus dana sosial (CSR) PT MCM mengalir ke sejumlah ormas.

Asal tahu saja, MCM merupakan raksasa pertambangan pemegang izin khusus (PKP2B). Di Kalsel, izin operasi produksinya seluas 5.908 hektare. Mencakup tiga kabupaten sekaligus; Tabalong, Balangan, dan Hulu Sungai Tengah. Armada-armada truk dari MCM setahun belakangan seenaknya hilir-mudik ke Kaltim untuk mengangkut hasil tambang ke Desa Rangan. Saking banyaknya yang melintas, untuk sekadar menyeberangi jalan nasional yang selebar 5 meter saja anak sekolah pun tak bisa.

Sejumlah warga yang menerima dokumen Kompolnas dan mengetahui peran sebenarnya Pajaji ini lantas terkejut. “Kami baru tahu. Yang bikin kami heran, dia kan orang Kalimantan Barat, kok bisa jadi penanggung jawab hauling di Kalimantan Timur?” ujar seorang warga yang identitasnya dirahasiakan media ini demi alasan keamanan.

Warga juga menyoroti keberadaan Panglima Pajaji di Gunung Halat (perbatasan Kalsel-Kaltim) sebelum insiden penyerangan ke posko Muara Kate.

“Di Gunung Halat kan ada penginapan, dia nginap di sana malam sebelumnya,” jelasnya. Warga ini tahu setelah seorang warga lainnya menghubungi Pajaji dan mengajaknya datang ke Muara Kate.

Sehari setelah tragedi Muara Kate, Pajaji pun muncul di posko. Saat itu warga sedang mengurus pemakaman Kakek Russell. Pajaji beralasan hanya mampir sebelum melanjutkan perjalanan ke Ibu Kota Nusantara.

Namun, tak lama berselang, ia membuat video yang mendesak kepolisian segera mengungkap dalang penyerangan.

Beberapa hari kemudian, 29 November 2024, Pajaji kembali ke Muara Kate. Kali ini, ia membawa kabar menggembirakan bahwa salah satu pelaku telah menyerahkan diri ke Polda Kalsel.

Ia bahkan membawa dua warga—salah satunya adalah saksi kunci—ke Balikpapan. Anehnya, bukannya ke Polda Kalsel, mereka justru diinapkan di sebuah indekos kawasan Sepinggan Balikpapan selama tiga hari empat malam sebelum akhirnya dipulangkan.

Mulanya dua pemuda Muara Kate ini tak merasa curiga. Sebab, Pajaji berkata hanya singgah sebentar menemui kerabat, meski arah menuju Balikpapan dan Banjarmasin berbeda arah.

Kecurigaan mulai muncul ketika 1 Desember saat pagi hari Pajaji keluar hanya ditemani dua anak buahnya. Asal tahu, dari Muara Kate Pajaji ditemani oleh sekitar 11 anak buahnya.

“Menurut pengakuan saksi, mereka mendengar Pajaji bertemu dengan direksi PT MCM,” jelas warga tersebut. Media ini pun sudah mewawancarai langsung saksi dimaksud, dan ia membenarkan seluruh cerita ini.

Selanjutnya, Pajaji lalu kembali tanpa penjelasan apa-apa. Sore harinya, mereka berdua dibawa ke sebuah toko souvenir khas Dayak. Di sebuah kantor di atas toko tersebut, sudah menunggu seorang calon kepala daerah. Dua pemuda Muara Kate ini tak ikut dalam persamuhan yang digelar sejak sore hingga magrib tersebut.

Yang mereka dengar pertemuan itu hanya sebatas membahas dukungan Pajaji ke calon tersebut. Setelahnya, para pemuda Muara Kate yang dibawa ini mendengar Pajaji menerima uang dari si calon tersebut. Mereka juga sempat melakukan sebuah ritual adat diduga untuk memuluskan langkah calon wali kota ini.

“Katanya uang ratusan juta ini sebagai jasa membantu pemenangan, seandainya calon itu kemarin menang, katanya sampai miliaran,” jelasnya.

Selanjutnya, esok harinya kedua pemuda Muara Kate ini dibawa ke markas salah satu ormas adat untuk menemui kerabat Pajaji. Dalam pertemuan sejak tengah hari, hingga sore tersebut, mereka juga tak membahas kasus Muara Kate.

Di hari ketiga, kedua pemuda Muara Kate ini diajak Pajaji bertolak menuju sebuah showroom dan membeli sebuah mobil Strada Triton. Membawa mobil baru itu, Pajaji dan rombongan lalu bertolak menuju Kalimantan Selatan untuk menepati janjinya ke Polda Kalsel.

Namun sesampainya di Muara Kate yang berlokasi tepat di perbatasan Kaltim-Kalsel, sejumlah warga sudah menunggu kedatangan mereka.

Warga lalu menjemput paksa kedua pemuda Muara Kate yang dibawa Pajaji berkeliling di Balikpapan itu. Pajaji yang selama di Balikpapan tak bisa dihubungi itu lantas tersinggung. Mereka sempat bersitegang.

“Kami marah karena dia bawa saksi kunci yang sering dicari-cari penyidik,” timpal seorang tokoh pemuda Muara Kate, dihubungi terpisah.

Hari berikutnya, warga mendapat ancaman bahwa posko mereka bakal diserang. Sebab lainnya, Pajaji tersinggung oleh video pernyataan dari seorang ketua ormas Dayak yang memojokkannya. Ketua ormas ini ingin agar Pajaji tak ikut campur urusan warga Muara Kate. Namun serangan itu sampai hari ini tak pernah terjadi.

“Justru kami tantang, tapi dia malah minta maaf berkali-kali lewat telepon,” jelasnya. Warga berharap polisi turut memeriksa Pajaji dan tak pandang bulu mengungkap pembunuhan Russell.

Warga berharap polisi turut memeriksa Pajaji dan tak pandang bulu untuk mengungkap keterlibatannya.

Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso, yang turut mengatensi kasus ini sejak awal mendorong Kapolda Kaltim yang baru Endar Priantoro segera menuntaskan perkara ini. “Kapolda Kaltim harus memberi penugasan baru demi percepatan pengungkapan kasus Muara Kate,” tegas Sugeng.

Sampai berita ini tayang, media ini telah menghubungi kontak yang terhubung dengan Pajaji. Sempat terhubung, namun belakangan kontak Pajaji yang media ini terima dari warga dan telah diverifikasi ulang tak lagi aktif.

Adapun, Komisioner Kompolnas Irjen Polisi (Purn) Ida Oetari membenarkan telah memberikan rekomendasi ke Polres. “[Isinya] banyak, tapi maaf sudah materi penyidikan,” kata Ida dihubungi 21 Februari 2025.

Mengenai pemeriksaan Pajaji, Kapolres Paser AKBP Novy Adhi tak menjawab gamblang. Ia hanya memastikan pengungkapan kasus terus berproses. “Semaksimal mungkin,” kata Novy, Kamis 3 April.

Tragedi Berdarah dan Puncak Kemarahan Warga

Siapa pembunuh Russell sampai hari ini menjadi teka-teki.

Konflik antara PT MCM dan warga Paser bermula sejak 2023, ketika truk batu bara mulai menggunakan jalan negara, menyebabkan kerusakan parah, dan kecelakaan lalu lintas yang berulang.

Pada 1 Mei 2024, seorang ustaz muda bernama Teddy—baru saja menikah—tewas diduga akibat ditabrak lari di kawasan Songka oleh truk batu bara. Lalu, Oktober 2024, seorang pendeta bernama Veronika meninggal setelah sebuah truk tak kuat menanjak di tanjakan Marangit.

Puncaknya, pada 15 November 2024, penyerangan di pagi buta menimpa posko warga penolak hauling di Muara Kate. Russell meregang nyawa, sementara Anson sempat kritis.

15-17 April tadi, insiden ini memicu aksi damai besar-besaran menuntut penghentian hauling batu bara di kantor Gubernur Kaltim dan DPRD Kalsel. Apalagi praktik ini melanggar Perda Kaltim Nomor 10 Tahun 2012 tentang angkutan jalan.

“Selain menambang menggunakan jalan negara, perusahaan ini diduga telah melakukan intimidasi dan premanisme kepada warga dengan vendor-vendornya,” kata Irfan, pengacara dari LBH Samarinda.

Di depan keluarga Russell, Gubernur Kaltim Rudy Masud berjanji akan menegakan peraturan daerah nomor 10 tahun 2012 karena beleid tersebut masih berlaku sampai hari ini. “Memang di Pasal 91 (UU Minerba Nomor 3) ada pengecualian hauling boleh asal menjaga keselamatan, tapi jika sudah tidak selamat gini, saya tidak setuju,” kata Rudy ketika itu.

Namun sampai hari ini omongan Rudy masih sekadar janji. Nyatanya, warga di Muara Kate masih berjibaku seorang diri menghalau setiap truk batu bara yang mencoba masuk dari Kalimantan Selatan. “Kalau pun ada petugas yang datang ke sini, kami malah dirayu agar mau membuka kembali jalan,” kata seorang warga Muara Kate.

Pengamat transportasi Djoko Setijowarno heran dengan pernyataan Gubernur Rudy Masud, perihal tafsir UU Minerba Nomor 3 Tahun 2020 soal angkutan jalan. “Itu pernyataan yang keliru. Apapun alasannya hauling tidak boleh di jalan negara karena mengancam keselamatan pengendara lain. Ini juga menyalahi Perda yang sudah dibuat,” tegas Ketua Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia ini, Minggu 20 April.

Sudah dua kali kapolda berganti. Kompolnas pun telah turun langsung ke Muara Kate. Namun tak ada hasil signifikan. Komnas HAM juga telah memberi rekomendasi ke Polda Kaltim agar penegakan hukum berjalan adil dan transparan.

Kapolda Kaltim Irjen Pol Endar Priantoro dihubungi media ini berjanji pihaknya tetap profesional dalam menangani kasus ini. “Harapan kami segera terungkap pelakunya dan motif terjadinya peristiwa tersebut. Bantuan dari masyakarat untuk informasi-informasi dalam rangka pembuktian sangat kami harapkan,” kata Endar, 15 April 2025.

Terpisah, media ini juga sudah menghubungi kontak yang terhubung dengan Andreas Purba selaku Direksi PT MCM. Tak ada respons. Dua kali mendatangi di Citiloft Apartemen Jakarta, kantor MCM itu sudah tak aktif lagi setahun belakangan. (*)

49 kali dilihat, 49 kunjungan hari ini
Editor: Raikhul Amar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *