LINGKUNGAN HIDUP

Generasi Muda Asia Tenggara Bergerak Atasi Krisis Biodiversitas Global

PBB melalui UN Environment Programme (UNEP) pada tahun 2022 memperingatkan dunia tentang Triple Planetary Crisis—tiga krisis besar yang meliputi perubahan iklim, hilangnya biodiversitas, serta polusi dan limbah.
Diskusi “How youth tackle the overlooked aspect of biodiversity crisis in Southeast Asia” pada IUCN World Conservation Congress di Abu Dhabi, UEA pada Jumat, 10 Oktober 2025. Foto: Istimewa untuk apakabar.co.id
Diskusi “How youth tackle the overlooked aspect of biodiversity crisis in Southeast Asia” pada IUCN World Conservation Congress di Abu Dhabi, UEA pada Jumat, 10 Oktober 2025. Foto: Istimewa untuk apakabar.co.id
apakabar.co.id, JAKARTA - Diskusi panel bertajuk “How youth tackle the overlooked aspect of biodiversity crisis in Southeast Asia” dihelat pada acara IUCN World Conservation Congress yang berlangsung di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada Jumat (10/10).

Diskusi ini menjadi wadah berbagi pengalaman dan pembelajaran antarpemimpin muda perempuan di Asia Tenggara dalam menghadapi krisis biodiversitas dengan cara kreatif dan inovatif. 

Kegiatan terselenggara berkat kolaborasi antara PROGRES (Prakarsa Konservasi Ekologi Regional Sulawesi), Belantara Foundation, Yayasan Konservasi Ekosistem Alam Nusantara (KIARA), serta 30x30 Indonesia dan Diverseas.

Dalam paparannya, Manajer Program & Fundraising Belantara Foundation, Diny Hartiningtias, menegaskan bahwa organisasinya berkomitmen memperkenalkan isu biodiversitas kepada masyarakat, terutama generasi muda. 

“Untuk mereka yang tinggal di daerah perkotaan, kami memiliki Belantara Biodiversity Class yang mengajak siswa sekolah menengah mengamati dan mengidentifikasi keanekaragaman hayati di sekitar mereka,” jelas Diny dalam keterangannya, Rabu (15/10). 

Selain itu, Belantara juga membuka kesempatan magang, pelatihan, hingga penelitian bagi mahasiswa dan profesional muda agar terlibat langsung dalam survei biodiversitas.

Sementara itu, Rahayu Oktaviani, Direktur Yayasan KIARA, menekankan pentingnya kemampuan mendengarkan dalam konservasi. 

“Sebagian besar permasalahan muncul karena kebingungan atau distraksi. Dengan mendengarkan secara tulus, kita dapat memahami kenyataan di lapangan dengan lebih jernih,” ujarnya.

Adapun Sheherazade, Co-Executive Director PROGRES, menyoroti pentingnya kolaborasi lintas generasi. Menurutnya, generasi muda dapat belajar dari pengalaman senior dalam menghadapi tantangan konservasi. 

“Ilmu dan kebijaksanaan masa lalu sangat berharga. Namun, keberanian untuk mencoba hal baru dan menyesuaikan cara lama dengan konteks masa kini juga tak kalah penting,” ungkap Sheherazade. 

Ia menambahkan, dukungan dan keterbukaan dari generasi senior akan membantu anak muda berjejaring dan mengembangkan inisiatif baru.

Pada kesempatan itu, diskusi turut menghadirkan Brigitta Gunawan, Pendiri 30x30 Indonesia dan Diverseas, yang turut berbagi pandangannya mengenai peran anak muda dalam menjaga keanekaragaman hayati.

Dalam konteks global, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UN Environment Programme (UNEP) pada tahun 2022 telah memperingatkan dunia tentang Triple Planetary Crisis—tiga krisis besar yang meliputi perubahan iklim, hilangnya biodiversitas, serta polusi dan limbah. Tanpa tindakan serius, krisis ini mengancam keberlangsungan ekosistem bumi.

Menanggapi hal tersebut, Dolly Priatna, selaku Direktur Eksekutif Belantara Foundation, menyebut krisis tersebut dapat menggagalkan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) pada 2030. 

“Hilangnya biodiversitas disebabkan oleh alih fungsi lahan, eksploitasi berlebihan, perubahan iklim, polusi, hingga konflik manusia dengan satwa liar,” jelasnya. 

Dolly menegaskan, pelestarian biodiversitas adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah. “Kami terus mendorong generasi muda untuk berinovasi mencari solusi agar biodiversitas dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan,” imbuhnya.

Secara terpisah, Prof. Mirza D. Kusrini, Co-Chair IUCN Indonesia Species Specialist Group (IUCN IdSSG), menjelaskan bahwa IdSSG merupakan kelompok ahli dan praktisi hidupan liar yang bernaung di bawah Species Survival Commission IUCN. 

Sejak berdiri pada 2023, IdSSG berupaya mengoordinasikan para ahli dari berbagai bidang untuk mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti ilmiah dalam menjaga keanekaragaman hayati Indonesia.

Melalui kegiatan ini, semangat kolaborasi lintas generasi dan lintas negara kembali ditegaskan. Pasalnya, menjaga biodiversitas bukan hanya pekerjaan ilmuwan, tetapi tanggung jawab seluruh manusia, terutama generasi muda yang akan mewarisi Bumi di masa depan.