LINGKUNGAN HIDUP
Menteri LH Hanif: Restorasi Gambut Jadi Fondasi Ketahanan Iklim Nasional
apakabar.co.id, JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan bahwa restorasi gambut bukan sekadar pekerjaan teknis, melainkan fondasi kebijakan ketahanan iklim nasional yang menjadi bagian dari strategi besar pembangunan rendah karbon Indonesia.
“Restorasi gambut bukan sekadar pekerjaan teknis, melainkan fondasi ketahanan iklim nasional,” ujar Hanif seperti dikutip dari Antara, Sabtu (26/10).
Menurut Hanif, yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), keberhasilan restorasi tercapai ketika ilmu pengetahuan berpadu dengan kearifan lokal, serta masyarakat berperan sebagai pengelola aktif ekosistem, bukan hanya penerima manfaat.
Disampaikan usai berbicara dalam AsiaFlux Conference 2025 di Riau pada Rabu (22/10) lalu, Menteri Hanif menyampaikan selama satu dekade terakhir Indonesia telah merehabilitasi lebih dari 24,6 juta hektare lahan, termasuk 4,16 juta hektare ekosistem gambut yang dibasahi kembali.
Pemerintah juga telah membangun 45 ribu sekat kanal dan menanam kembali berbagai spesies asli yang biasa ditemukan di ekosistem gambut.
KLH/BPLH memperkuat fondasi ilmiah restorasi melalui pendekatan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) dan layanan digital Sistem Informasi Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (SiPPEG) yang memantau kondisi gambut secara aktual.
Pendekatan berbasis data itu berpadu dengan kearifan lokal, kata dia, menciptakan tata kelola adaptif yang selaras dengan kondisi sosial dan ekologi di lapangan.
Menteri Hanif mengatakan lebih dari sekadar proyek lingkungan, restorasi gambut kini menjadi gerakan kolaboratif nasional. Melalui Program Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG), sebanyak 1.100 desa telah menjadi pengelola aktif ekosistemnya.
Perempuan dan pemuda berperan penting sebagai motor ekonomi hijau, mengembangkan usaha madu kelulut, kerajinan serat alam,dan ekowisata berkelanjutan.
Langkah itu, kata dia, sejalan dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 dan target FOLU Net Sink 2030, menjadikan restorasi gambut sebagai pilar utama penguatan ketahanan iklim, sosial, dan ekonomi Indonesia.
Pendekatan ilmiah yang dikembangkan KLH/BPLH membuktikan bahwa pemulihan alam dapat menjadi investasi strategis menuju pembangunan rendah karbon.
"Kita tidak boleh hanya mengeksploitasi sumber daya alam, tetapi harus menghadirkan ilmu pengetahuan yang memperkuat nilai kompetitif dan keberlanjutan alam Indonesia," ungkap Menteri Hanif.
Editor:
RAIKHUL AMAR
RAIKHUL AMAR

