NEWS
Bappenas Antisipasi Dampak Pengangguran Akibat Transisi Energi di Kaltim

apakabar.co.id, JAKARTA – Pemerintah pusat menyiapkan langkah strategis untuk mengantisipasi potensi pengangguran massal yang muncul akibat peralihan dari energi fosil ke energi baru terbarukan, terutama di daerah penghasil batu bara seperti Kalimantan Timur.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) saat ini tengah menyusun peta jalan ketenagakerjaan komprehensif sebagai bagian dari kebijakan transisi energi nasional.
Langkah ini dilakukan untuk menghadapi dampak sosial-ekonomi yang mungkin timbul dari penurunan permintaan terhadap batu bara di pasar global.
“Ketika kita bicara ketenagakerjaan, kita tidak hanya bicara satu sektor. Pekerjaannya boleh hilang, tapi orang yang bekerja tidak boleh,” kata Direktur Ketenagakerjaan Bappenas RI, Nur Hygiawati Rahayu, di Samarinda, Rabu (15/10).
Menurut Yuke—sapaan akrabnya—transisi energi merupakan keniscayaan yang tak bisa dihindari. Sebagai negara pengekspor batu bara, Indonesia akan ikut terdampak ketika negara tujuan mulai mengurangi impor komoditas tersebut.
Karena itu, Bappenas menyiapkan kebijakan jangka panjang dalam RPJPN dan RPJMN untuk menciptakan permintaan tenaga kerja baru di sektor ekonomi hijau. Dari sisi suplai, penyesuaian kurikulum pendidikan dan pelatihan vokasi akan diarahkan agar selaras dengan jenis pekerjaan baru di industri berkelanjutan.
Pemerintah juga diminta menyiapkan ekosistem pendukung: regulasi yang kuat, data tenaga kerja hijau oleh BPS, standar kompetensi, hingga insentif bagi dunia usaha.
Ia menekankan, pemerintah daerah seperti Kaltim perlu memiliki peta rinci tentang kapan dan di sektor mana pengurangan tenaga kerja akan terjadi, agar pelatihan alih keterampilan bisa dilakukan lebih awal.
“Strategi ini penting untuk menyeimbangkan antara terciptanya pekerjaan baru dan hilangnya pekerjaan lama akibat disrupsi teknologi dan percepatan pembangunan berkelanjutan,” ujar Yuke.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menegaskan komitmennya meninggalkan ketergantungan pada batu bara dan gas alam menuju energi terbarukan.
Sekretaris Daerah Kaltim Sri Wahyuni menyebut, arah transisi energi sudah dicanangkan sejak 15 tahun lalu dan kini diperkuat seiring pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang menargetkan nol emisi.
“Transformasi ekonomi dan energi telah lama digaungkan, namun butuh komitmen kuat seluruh pihak untuk memastikan implementasinya di lapangan,” ujar Sri saat membuka Indonesia Sustainable Energy Week 2025 di Hotel Mercure Samarinda, Senin (13/10).
Kaltim yang selama ini dikenal sebagai lumbung minyak, gas, dan batu bara mulai beralih ke sumber energi ramah lingkungan. Sejumlah industri kelapa sawit kini memanfaatkan cangkang dan limbah cair (POME) untuk pembangkit listrik, sementara proyek PLTS telah berjalan di beberapa wilayah terpencil.
Sri menambahkan, Kaltim juga memiliki potensi besar energi dari tenaga air dan angin. “Potensi ini sangat terbuka untuk dikembangkan. Kaltim tidak kekurangan sumber daya, hanya perlu konsistensi kebijakan dan dukungan investasi,” katanya.
Gelaran Indonesia Sustainable Energy Week Goes Regional di Samarinda pada 13–16 Oktober 2025 menjadi momentum memperkuat arah transisi energi daerah, sebelum dilanjutkan ke Makassar, Sulawesi Selatan, dengan tema berbeda.

Editor:
RAIKHUL AMAR
RAIKHUL AMAR