ADVERTORIAL

CT Scan Rusak, Diagnosa Pasien RSUD Muara Teweh Kacau Balau

Rapat dengar pendapat (RDP) antara pihak RSUD Muara Teweh, bersama DPRD Barut dan pemerintah kabupaten setempat di ruang rapat dewan, Senin (11/8). Foto: dok. Setwan Barut
Rapat dengar pendapat (RDP) antara pihak RSUD Muara Teweh, bersama DPRD Barut dan pemerintah kabupaten setempat di ruang rapat dewan, Senin (11/8). Foto: dok. Setwan Barut
apakabar.co.id, JAKARTA – RSUD Muara Teweh, di Kabupaten Barito Utara (Barut), Kalteng, mendapat keluhan masyarakat terkait pelayanan fasilitas penunjang yang mengalami kerusakan.

Tentunya sebagai rumah sakit rujukan regional di wilayah Barito, maka dituntut memiliki berbagai fasilitas penunjang yang modern agar dapat meningkatkan kualitas mutu pelayanannya.

Adapun unit alat kesehatan penunjang dimiliki RSUD Muara Teweh yang mengalami kerusakan, di antaranya peralatan CT Scan dengan kemampuan 64 Slice, dan Unit Cathlab, pelayanan hemodialisis. 

Dikutip dari laman resmi rsudmt.id, bahwa unit penunjang tersebut telah beroperasi sejak awal 2022 hingga 2025 atau 3 tahun masa pemakaian.

Namun terungkap pada saat rapat dengar pendapat (RDP) antara pihak RSUD Muara Teweh, bersama DPRD Barut dan pemerintah kabupaten setempat di ruang rapat dewan, Senin (11/8).

Dalam sidang yang dipimpin oleh Wakil Ketua II DPRD Barut Hj Henny Rosgiaty Rusli serta dihadiri oleh 17 anggota DPRD lainnya, 25 eksekutif, pihak RSUD Muara Teweh beserta jajarannya yang dipimpin oleh Dirut RSUD, Tiur Maida.

Sejumlah anggota DPRD Barut, mengungkap keluhan-keluhan yang disampaikan oleh masyarakat setempat selama ini, yakni terkait pelayanan secara menyeluruh dianggap sangat merugikan masyarakat.

Terdapat 2 hal yang disampaikan paling menonjol, yaitu terkait kesalahan diagnosa terhadap pasien serta pelayanan pasien BPJS.

Seperti yang disampaikan oleh anggota dewan Hasrat, bahwa masyarakat pengguna BPJS masih tetap harus mencari atau membeli obat dari luar karena tidak ada ketersediaan di RSUD Muara Teweh.

Selain itu, adapun dewan Hasrat juga meminta obat yang ditebus oleh pasien agar diperhitungkan dan dicatat sesuai kebutuhan pasien.

“Jika memang habis, mintalah pasien untuk menebus, ini tebusnya 4, yang terpakai baru dua, malah diminta tebus lagi, sisa duanya kemana?” tanya Hasrat.

Sementara, Waket II Dewan Henny Rosgiaty juga mempertanyakan, terkait diagnosa atau penyakit yang terindikasi oleh pasien selalu sakit Jantung.

“Saya sudah banyak mendengar keluhan warga yang saya temui di desa-desa, mereka selalu mengeluhkan sakit jantung hasil diagnosa RSUD Muara Teweh, itu bagaimana sih sebenarnya, apa memang jantung atau apa? sebab jika dirujuk ke Banjarmasin atau Palangka Raya, malah diagnosa di sana penyakitnya beda,” tanya Henny menegaskan.

Sementara berdasarkan penjelasan Dirut RSUD Muara Teweh Tiur Maida didampingi jajarannya lainnya memaparkan terkait bangunan atau ruang kerja di dalam gedung terdapat banyak sekali yang kondisinya memprihatinkan dan perlu perbaikan serta penanganan segera oleh pemerintah daerah.

Tercatat ada beberapa ruangan yang ditampilkan di layar slide seperti ruang mesin sterilisator 1 lantai 1 wing A, plafon berlubang dan dinding berjamur, ruang persiapan alat operasi lantai 2 wing A, ruang kamar operasi lantai 2, dan masih banyak lagi ruang-ruang yang ditampilkan dengan kondisi yang perlu mendapat perhatian.

“Jika begini bukan kami yang curhat, tapi malah pihak RSUD juga curhat,” singgung Henny.

Terkait masalah diagnosa yang selalu kurang tepat, Tiur menjelaskan bahwa RSUD Muara Teweh membutuhkan alat CT Scan baru, karena alkes yang ada tersebut sudah sejak lama tidak berfungsi dengan baik, dan boleh dikatakan rusak. Kerusakan alat tersebut dijelaskan Tiur terjadi sebelum dirinya ditempatkan atau ditugaskan di RSUD Muara Teweh.

Tiur bilang dirut sebelum dirinya sudah banyak melakukan tahapan-tahapan perbaikan terhadap alat CT Scan tersebut.

Saat ditanya efek negatifnya bagi nyawa pasien jika diagnosa selalu salah, Tiur menjelaskan pihaknya memberi rujukan ke faskes yang lebih tinggi, yakni di Palangka Raya atau Banjarmasin, agar meyakinkan diagnosa yang sebenarnya.

“Rujukan itu bukan suatu penyakit yang sudah pasti, merujuk pasien ke faskes yang lebih tinggi supaya meyakinkan diagnosa yang sebenarnya, karena diagnosa di RSUD Muara Teweh masih belum pasti,” ujar Tiur.

Juga saat diminta penjelasan oleh awak media jenis obat yang diberikan kepada pasien apakah sesuai diagnosa RSUD Muara Teweh yang keliru tersebut? Dia menerangkan pihak rumah sakit akan memberikan obat dasar (mengawali) saja terlebih dahulu.

Menurut Tiur alat CT Scan yang baru akan didatangkan sekitar Agustus ini pula.

“Disediakan oleh Pemerintah Pusat, sementara pihak RSUD hanya menerima alatnya saja dan SDM-nya sudah disiapkan,” ujarnya.
Adapun RDP kali ini menghasilkan kesimpulan:
1. Penambahan alat kesehatan, obat-obatan dan bahan habis pakai serta operasional RSUD lainnya akan dibicarakan DPRD Barut dengan Tim anggaran pemerintah daerah.
2. DPRD dan pemerintah daerah menjadwalkan kunjungan ke RSUD Muara Teweh.

Foto editor
Editor: Raikhul Amar