OPINI

Fintech, Ekonomi Digital: Sinergi dengan Perkembangan Telekomunikasi

Seseorang menggunakan fitur Scan atau Unggah QR Alipay menggunakan Topremit. Foto: Topremit
Seseorang menggunakan fitur Scan atau Unggah QR Alipay menggunakan Topremit. Foto: Topremit

Oleh: Joko Rurianto*

Indonesia tengah mengalami transformasi besar dalam lanskap ekonomi digital, yang ditandai oleh pesatnya pertumbuhan financial technology (fintech) dan semakin meluasnya adopsi layanan digital oleh masyarakat.

Di balik kemajuan fintech ini, terdapat peran krusial dari sektor telekomunikasi yang menjadi tulang punggung konektivitas dan akselerasi digitalisasi di berbagai sektor.

Fintech di Indonesia telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dari layanan pembayaran digital, pinjaman online, investasi, hingga asuransi berbasis aplikasi. Fintech telah membuka akses keuangan bagi jutaan masyarakat yang sebelumnya tidak terlayani oleh sistem perbankan konvensional.

Menurut data OJK, jumlah penyelenggara fintech lending yang terdaftar terus meningkat, dan nilai transaksi fintech payment seperti QRIS dan e-wallet melonjak tajam.

Inovasi fintech telah mendorong inklusi keuangan, terutama di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh bank fisik. Masyarakat, kini dapat membuka rekening, melakukan transaksi, bahkan mengakses kredit hanya melalui ponsel.

Perkembangan fintech ini sangat relevan di Indonesia, negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, di mana akses fisik ke layanan keuangan sering kali menjadi tantangan.

Pilar Baru

Ekonomi digital atau fintech Indonesia diproyeksikan menjadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Pemerintah menargetkan kontribusinya terhadap PDB nasional mencapai 18 persen pada tahun 2030, menjadikannya sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi masa depan.

Sektor-sektor, seperti e-commerce, edutech, healthtech, dan agritech menunjukkan pertumbuhan pesat, didorong oleh perubahan perilaku konsumen dan percepatan digitalisasi UMKM.

Platform-platform e-commerce telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, mengubah cara berbelanja, bepergian, dan mengakses layanan. Di sisi lain, startup fintech berperan penting dalam mendukung transaksi digital, terutama bagi masyarakat yang belum terjangkau layanan perbankan tradisional.

Kolaborasi antara e-commerce dan fintech menciptakan ekosistem digital yang saling terintegrasi, memperluas inklusi keuangan, meningkatkan kepercayaan konsumen, dan memperkuat daya saing ekonomi Indonesia.

Keberhasilan fintech tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terlihat jelas di berbagai negara lain yang telah membuktikan dampak transformasi digital terhadap pertumbuhan ekonomi. Di China, Alibaba telah merevolusi sektor e-commerce dengan skala dan efisiensi yang luar biasa, sementara Ant Group melalui layanan Alipay memperluas akses masyarakat terhadap layanan keuangan digital. Ekosistem ini mendukung jutaan UMKM dan konsumen, menjadikan China sebagai salah satu pemimpin global dalam ekonomi digital.

Baca juga: Kebijakan Ekonomi Tidak Cukup Fiskal

Di Amerika Serikat, Amazon menjadi simbol dominasi e-commerce dunia, berkat inovasi dalam logistik dan teknologi. Sementara itu, Stripe sebagai penyedia layanan pembayaran digital, telah membantu jutaan bisnis daring beroperasi secara efisien di berbagai negara.

India juga menunjukkan kemajuan pesat melalui Jio Platforms, yang mempercepat penetrasi internet dan membuka jalan bagi digitalisasi massal. Bersamaan dengan itu, Paytm menjadi pionir dalam layanan pembayaran digital, menjangkau jutaan pengguna, baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan.

Di Afrika, khususnya Kenya, M-Pesa menjadi solusi inklusi keuangan yang revolusioner. Dengan memungkinkan transaksi keuangan melalui ponsel, tanpa perlu rekening bank, M-Pesa berhasil menjangkau masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan keuangan formal, dan kini diakui secara global sebagai model sukses.

Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa keberhasilan ekonomi digital membutuhkan sinergi antara teknologi, regulasi, dan inklusi, serta dukungan terhadap inovasi lokal. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengikuti jejak tersebut, bahkan menciptakan model ekonomi digital yang unik dan relevan dengan karakteristik pasar domestik.

Peran Telekomunikasi

Kemajuan fintech dan ekonomi digital tidak akan mungkin terjadi tanpa dukungan kuat dari sektor telekomunikasi. Infrastruktur telekomunikasi, terutama jaringan 4G dan 5G, menjadi fondasi utama bagi konektivitas digital. Penyedia layanan telekomunikasi terus berinvestasi dalam perluasan jaringan dan peningkatan kualitas layanan.

Pemerintah, melalui program Palapa Ring telah membangun jaringan serat optik dan BTS di daerah terpencil, memperluas akses internet ke pelosok negeri. Hal ini memungkinkan masyarakat di desa-desa untuk mengakses layanan fintech dan platform digital lainnya, mempercepat inklusi digital secara nasional.

Baca juga: Tax Amnesty di Prolegnas 2025: Untuk Siapa RUU Ini Dibuat?

Selain itu, perkembangan teknologi edge computing, cloud, dan IoT yang didukung oleh jaringan telekomunikasi modern membuka peluang baru bagi sektor fintech untuk menghadirkan layanan yang lebih cepat, aman, dan personal. Misalnya, analisis data transaksi secara real-time dapat dilakukan untuk mendeteksi fraud atau memberikan rekomendasi produk keuangan yang sesuai dengan profil pengguna.

Kolaborasi antara perusahaan fintech dan operator telekomunikasi semakin intensif. Banyak layanan fintech, kini terintegrasi dengan nomor ponsel sebagai identitas digital, memudahkan proses verifikasi dan transaksi. Operator juga menyediakan layanan bundling data dengan akses ke aplikasi fintech, serta menghadirkan fitur pembayaran langsung melalui pulsa atau e-wallet.

Sinergi ini tidak hanya memperluas jangkauan layanan fintech, tetapi juga meningkatkan customer experience melalui integrasi yang seamless antara konektivitas dan layanan keuangan.

Tantangan dan Peluang

Meski pertumbuhan fintech dan ekonomi digital sangat menjanjikan, tantangan tetap ada. Isu keamanan data, literasi digital, dan regulasi menjadi perhatian utama. Banyak masyarakat yang belum memahami risiko penggunaan layanan digital, sehingga rentan terhadap penipuan dan penyalahgunaan data.

Di sisi lain, regulasi yang adaptif dan kolaboratif antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem digital yang sehat. OJK dan Kominfo terus memperkuat pengawasan dan edukasi, serta mendorong inovasi yang bertanggung jawab.

Peluang ke depan sangat besar, terutama dengan hadirnya teknologi AI, blockchain, dan open banking. Fintech dapat memanfaatkan AI untuk personalisasi layanan, sementara blockchain menjanjikan transparansi dan keamanan transaksi. Open banking membuka pintu bagi integrasi lintas platform, menciptakan ekosistem keuangan yang lebih terbuka dan inklusif.

Fintech dan ekonomi digital di Indonesia telah menjadi kekuatan baru dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan inklusi keuangan. Peran sektor telekomunikasi sebagai enabler sangat vital dalam menyediakan infrastruktur dan konektivitas yang memungkinkan transformasi digital terjadi secara masif dan merata.

Sinergi antara fintech dan telco bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang membangun masa depan ekonomi yang lebih inklusif, efisien, dan berkelanjutan. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, inovasi yang bertanggung jawab, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara.

*) Profesional di bidang telekomunikasi, aktif menulis jurnal pemasaran strategis dan literasi teknologi digital dalam praktik bisnis modern

Foto editor
Editor: Admin