Sport  

Minim Prestasi, PBSI Siapkan Langkah Tegas ke Atlet

tunggal putra Indonesia, Putri Kusuma Wardani. Foto: dok. PBSI

apakabar.co.id, JAKARTA — Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) bakal melakukan evaluasi menyeluruh terhadap performa para atlet pelatnas dalam paruh pertama musim 2025.

Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres), Eng Hian.

Menurutnya, hasil dari sejumlah turnamen internasional sejak Januari hingga Juni menunjukkan bahwa mayoritas atlet utama masih belum menemukan performa terbaik.

“Pelatih masih terus mencari pola komunikasi dan program latihan yang paling sesuai, terutama bagi para pemain utama,” ujarnya tegas.

PBSI kini berkomitmen untuk mengirim atlet ke turnamen berdasarkan kapasitas mereka masing-masing.

“Target ke depan bukan lagi sekadar ikut, tapi harus bisa meraih gelar juara. Karena dari evaluasi kami, banyak pemain yang turun tanpa persiapan matang,” katanya.

Salah satu sorotan utama ada pada sektor ganda putra yang disebut sudah berada di level elite, namun belum memenuhi ekspektasi dengan lima kali menjadi finalis tanpa satu pun gelar.

Di sektor tunggal, kendala fisik masih membayangi. Anthony Sinisuka Ginting masih dalam masa pemulihan cedera sejak awal tahun, sedangkan Gregoria Mariska Tunjung menghadapi persoalan kesehatan yang menghambat konsistensi performa.

Untuk pemain-pemain pelapis seperti Alwi Farhan, Putri Kusuma Wardani, dan pasangan Jafar Hidayatullah/Felisha Pasaribu, PBSI tengah menggenjot akselerasi peningkatan level mereka agar mampu bersaing di turnamen kelas dunia.

Namun Eng Hian juga memberikan sinyal tegas terhadap pemain-pemain senior yang sudah lebih dari lima tahun menghuni pelatnas tapi belum menunjukkan pencapaian signifikan.

“Kalau tidak ada progres yang sesuai, kenapa tidak coba diturunkan level turnamennya dulu dan diberi target podium. Kalau gagal, kita evaluasi lebih dalam. Ini juga menjadi ujian bagi mereka,” katanya.

Lebih lanjut, ia menegaskan perlunya mengikis pola pikir lama di kalangan atlet. “Turnamen bukan tempat memperbaiki peringkat. Harus datang untuk meraih prestasi. Kalau juara, ranking akan naik dengan sendirinya,” ujarnya.

Eng Hian juga menyoroti perlunya standar ketat dalam pengiriman atlet ke turnamen. Menurutnya, tidak bisa lagi keputusan diambil hanya karena pemain merasa siap tanpa persiapan teknis dan fisik yang terukur.

“Kebanyakan masalah yang muncul berulang, artinya program latihan belum berubah signifikan dari hasil evaluasi sebelumnya,” tambahnya.

Ia menegaskan bahwa ini menjadi pekerjaan rumah utama PBSI bersama para pelatih teknik dan fisik. Tujuannya jelas: membentuk pola latihan dan pendekatan yang tepat agar para atlet Indonesia dapat mencapai performa terbaik di sisa musim 2025.

“Kalau kita ingin kembali menjadi kekuatan dominan dunia, semua harus bergerak dengan standar yang lebih tinggi dan pola pikir yang lebih profesional,” pungkasnya.

 

6 kali dilihat, 6 kunjungan hari ini
Editor: Raikhul Amar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *