Sport  

Pengamat: AFC Permulus Jalan Qatar dan Arab Saudi ke Piala Dunia 2026 

Logo AFC

apakabar.co.id, JAKARTA – Keputusan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) menunjuk Qatar dan Arab Saudi sebagai tuan rumah babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia terus menuai sorotan.

Pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali, menyebut keputusan tersebut bukan sekadar kebijakan teknis, melainkan sarat muatan politis dan kepentingan.

“Dalam format round-robin satu kali dan hanya tiga tim per grup, siapa yang bermain di kandang akan sangat diuntungkan. Dan kini, dua negara kuat itu justru mendapat hak istimewa,” ujar Akmal, Selasa (17/6).

Akmal menilai, langkah AFC secara tak langsung memperkuat dominasi negara-negara kaya di Asia Barat yang sudah sejak lama menguasai panggung sepak bola benua kuning.

Qatar, yang sukses menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, dan Arab Saudi, yang tengah membangun liga domestik glamor bertabur bintang dunia, kini mendapat panggung lain untuk memperkuat eksistensinya.

“AFC seperti sedang menggelar karpet merah. Hanya butuh dua kemenangan kandang, Qatar dan Saudi bisa melenggang ke Piala Dunia 2026,” tambah Akmal.

Tak hanya sebagai peserta, dua negara itu juga tercatat sebagai sponsor utama Piala Dunia 2026 melalui perusahaan pelat merah merek, Qatar Airways dan Aramco. Maka, wajar bila muncul kecurigaan bahwa keputusan AFC tidak murni netral.

Sebelumnya, federasi sepak bola dari Irak, Oman, dan UEA telah melayangkan protes dan mengusulkan laga dimainkan di tempat netral. Indonesia pun ikut mengajukan diri sebagai tuan rumah. Namun, AFC menolak semua opsi itu tanpa transparansi proses seleksi.

Lebih lanjut, Akmal menilai keputusan ini akan memberi dampak struktural jangka panjang bagi lanskap sepak bola Asia. Terutama dalam aspek kesetaraan dan pembangunan kompetitif.

“Jika keputusan penting seperti ini hanya berpihak pada kekuatan finansial, maka federasi-federasi seperti Indonesia, Thailand, atau Uzbekistan akan terus berada di pinggiran. Ini bukan lagi soal menang atau kalah, tapi siapa yang diberi hak untuk bertarung secara adil,” tegasnya.

Ia menambahkan, AFC tengah menanam bibit ketimpangan baru. Jika terus dibiarkan, maka muncul potensi “Asia kelas satu dan kelas dua” dalam hal akses terhadap panggung utama.

“Sepak bola harusnya membangun jembatan, bukan dinding. Tapi yang terjadi justru sebaliknya,” ujar Koordinator Save Our Soccer itu.

Di sisi lain, Akmal menyebut keputusan ini seharusnya menjadi peringatan keras bagi Indonesia. Bahwa pembangunan sepak bola tidak cukup hanya mengandalkan semangat nasionalisme dan dukungan suporter, tapi juga strategi diplomasi olahraga, kekuatan lobi regional, dan investasi jangka panjang.

“Negara seperti Arab Saudi tidak hanya membangun lapangan, tapi juga kekuatan pengaruh. Kita juga harus ke sana arahnya,” tutupnya.

Dengan undian babak keempat dijadwalkan pada 17 Juli mendatang, dan laga dimulai Oktober, waktu kian sempit. Indonesia bukan hanya akan menghadapi lawan tangguh di lapangan, tapi juga sistem yang belum sepenuhnya berpihak pada keadilan.

 

7 kali dilihat, 7 kunjungan hari ini
Editor: Raikhul Amar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *