Ekonom Senior Bocorkan 6 Syarat Pertumbuhan Ekonomi Tembus 8 Persen

Ilustrasi kondisi perekonomian. Foto Shutterstock

apakabar.co.id, JAKARTA – Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Didik J. Rachbini mengungkapkan tidak mudah merealisasikan target pertumbuhan ekonomi seperti yang dicanangkan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Didik menilai pemerintah ke depan perlu menjalankan kebijakan yang meningkatkan produktivitas dengan menargetkan persaingan di pasar internasional. Targetnya tak hanya pasar lokal, melainkan juga negara berkembang dan negara maju.

“Jika bisa tumbuh 6,5 – 7% itu satu hal yang baik tapi jika hanya 5% ke bawah, Indonesia tidak akan bisa kemana-mana dan tetap jadi middle income country di level bawah. Jika ingin berhasil, juga harus ada tim yang super dan tidak politicking atau techno politician yang bukan politisi tapi teknokratis. Bukan politisi memble yang tidak punya wawasan dan visi,” katanya dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (22/9).

Baca juga: Jokowi Ingatkan Perusahaan Waspadai ‘Gig Economy’

Pertama, stabilitas makro yakni dengan mencari cara agar tax ratio perlu ditingkatkan seiring kondisi hutang Indonesia yang masih melambung. Menurutnya, dengan menaikan tax rasio dua kali lipat akan membuat ketergantungan hutang akan semakin berkurang.

“Sementara Bank Indonesia saat ini hanya diam saja tidak punya beban kerja berat, akibat enak saja mematok suku bunga yang tinggi dan hanya berfokus pada stabilitas pada sektor moneter saja,” katanya.

Kedua, kebijakan perdagangan yang menurutnya persoalan kuota tidak bisa diseret-seret di parlemen. Sementara itu, kebutuhan masyarakat yang tidak ada hubungannya dengan perlindungan petani justru dikuotakan.

Didik menerangkan kebijakan perdagangan di masa Orde Baru, semua duta besar diberikan tugas untuk membuka pasar. Bila ekspor ke suatu negara naik, maka duta besar tersebut dianggap berprestasi.

“Ketiga tarif harus dinegosiasikan dengan pihak luar, Misalnya ekspor tekstil kita ke Eropa jika dibandingkan ke Vietnam, Amerika dan lainnya, kita kena pajak dua kali lipat. Insentif ekspor dengan suku bunga tinggi seperti sekarang akan sulit,” jelasnya.

Baca juga: 4 Jurus Jitu Menhub Turunkan Harga Tiket Pesawat

Keempat, pemerintah perlu melakukan identifikasi ekspor menuju industrialisasi. Berdasarkan riset Eisha M. Rachbini kelapa sawit bisa menghasilkan turunan sebanyak 80 jenis produk. Sementara itu, Malaysia saat ini sudah memiliki lebih 100 turunan produk kelapa sawit.

“Sekarang mereka sudah lepas dari middle income trap. Sudah masuk ke level industri maju,” kata pria yang juga Rektor Universitas Paramadina tersebut.

Adapun yang kelima, diperlukannya peningkatan kapasitas dan transfer teknologi. Khususnya mengenai komoditas seperti karet, nikel dan batubara.

“Keenam, produk udang dan rumput laut jika diindustrialisasikan bisa naik nilainya 4-5 kali lipat,” pungkasnya.

39 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Bethriq Kindy Arrazy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *