apakabar.co.id, JAKARTA – Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai konsumsi rumah tangga (RT) kelas bawah cenderung aman karena ditopang bansos. Di sisi lain kelompok kelas menengah justru semakin tertekan.
Direktur Riset Makroekonomi CORE Indonesia Akbar Susamto menerangkan kesulitan yang dihadapi kelompok kelas menengah disebabkan tekanan kondisi ekonomi, namun tidak mendapatkan bansos seperti kelompok kelas bawah.
“Ini menegaskan penting untuk melihat kekuatan kelas menengah karena mereka kelompok terbesar konsumen kita dari sektor rumah tangga,” ujarnya dalam diskusi Tantangan Ekonomi di Tengah Transisi Pemerintahan yang dipantau secara virtual di Jakarta, Kamis (25/4).
Berdasarkan data yang dikantongi CORE, terjadi pertumbuhan signifikan secara tahunan belanja bansos pada Maret 2024 tercatat sebesar 19,33 persen. Di sisi lain dalam dua tahun terakhir mengalami kontraksi sebesar -7 persen pada Maret 203 dan -30 persen pada Maret 2022.
Adapun program bansos yang disalurkan pada Q1 2024 kepada masyarakat kelas bawah di antaranya seperti Program Keluarga Harapan (PHK) dan Bantuan Sembako Pangan (BSP).
Termasuk di antaranya ada juga Bantuan Pangan Beras 10 kg, BLT mitigasi risiko pangan sebesar Rp600 ribu, dan KJP Plus.
“Bantuan sosial berguna sebagai bantalan untuk mengurangi dampak inflasi pangan yang terjadi pada masyarakat kelompok pengeluaran bawah,” paparnya.
Di sisi lain bentuk tekanan yang dihadapi masyarakat kelas menengah terlihat dalam pertumbuhan tahunan penjualan kendaraan bermotor. Kendaraan motor misalnya mengalami kontraksi -5 persen. Termasuk kendaraan mobil juga mengalami kontraksi -24 persen.
Sedangkan berdasarkan pertumbuhan tahunan pembelian barang tahan lama juga tidak mengalami pertumbuhan siginifikan.
Pertumbuhan pada Q1-2024 sebesar 6 persen. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan yang nyaris rata pada Q4-2023 sebesar 4 persen, Q3-2024 sebesar 7 persen, Q2-2023 sebesar 2 persen.
Pertumbuhan paling signifikan terjadi pada Q3-2022 sebesar 33 persen, dilajutkan pertumbuhan yang mengalami penurunan pada Q4-2022 sebesar 16 persen dan Q1-2023 sebesar 13 persen.
“Melambatnya pertumbuhan konsumsi kelas menengah atas tercermin dari penjualan kendaraan mobil dan motor yang negatif pada kuartal pertama. Serta realisasi penerimaan PPN dan PPnBM yang lebih rendah dari tahun sebelumnya,” pungkasnya.