Ihsan dan Panting: Suara Budaya Banjar Menggema Hingga ke Ibu Kota

Seniman asal Kalsel, Ahmad Maulana Ihsan. Foto: istimewa

apakabar.co.id, JAKARTA – Nama Ahmad Maulana Ihsan mungkin belum banyak dikenal publik luas. Namun, di kalangan perantau asal Kalimantan Selatan, pemuda kelahiran 5 Januari 2006 ini menjelma menjadi ikon pelestari budaya lewat alat musik tradisional khas Banjar, Panting.

Ketertarikannya pada dunia musik berawal saat ia duduk di bangku kelas satu SMP, di Pondok Pesantren Darul Hijrah Putra, Martapura, Kabupaten Banjar.

Seiring waktu, bakatnya berkembang pesat. Kini Ihsan menguasai empat alat musik modern, gitar, bass, ukulele, dan piano, serta dua alat musik tradisional, yakni Panting dari Kalimantan Selatan dan Babun dari Kalimantan Utara.

Sejak kelas tiga SMP, Ihsan rutin tampil di berbagai acara pernikahan membawakan lagu-lagu daerah dengan Panting. Putera dari Syamsul Bahri (SBR) anggota DPR RI periode 2019-2024 ini telah manggung di lebih dari 30 acara, menguasai lebih dari 40 lagu Banjar.

“Tujuan utama saya bermusik adalah untuk melestarikan budaya Kalsel, terutama alat musik Panting. Sekarang ini, musik daerah mulai kurang diminati generasi muda,” ujarnya, Jumat (20/6).

Selain tampil, Ihsan juga menciptakan lagu. Tujuh single karyanya telah dirilis melalui kanal YouTube resmi pondok pesantren tempat ia menimba ilmu.

Kini, Ihsan tercatat sebagai mahasiswa aktif Program Studi Hukum Tata Negara di Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tak hanya aktif di akademik, semangatnya di bidang seni dan organisasi terus menyala. Ia menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Mahasiswa Kalimantan Selatan (PMKS) di Jakarta, serta aktivis PMII Komisariat Fakultasnya.

Di tengah kesibukan kuliah dan organisasi, Ihsan masih setia bermusik. Ia mendirikan THE JUDGE Band, band independen yang beranggotakan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum. Dalam waktu kurang dari setahun, band ini telah tampil di 15 panggung, baik di dalam maupun luar kampus.

Tak jarang, Ihsan juga tampil di acara budaya Banjar di Jakarta, seperti di Anjungan Kalimantan Selatan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Baginya, ini bentuk nyata kontribusi generasi muda dalam memperkenalkan budaya daerah ke tingkat nasional.

“Misi saya adalah memperkenalkan budaya urang Banjar lewat gerakan mahasiswa,” tegasnya.

Salah satu penampilan paling berkesan baginya terjadi Minggu (15/6) lalu. Ia memainkan Panting di acara Halal Bihalal Akbar Kerukunan Bubuhan Banjar Jabodetabek 2025, yang dihadiri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Hanif Faisol Nurofiq, Gubernur Kalsel H. Muhidin, Wakil Gubernur Hasnuryadi Sulaiman, serta seluruh bupati/wali kota se-Kalsel.

Ihsan tidak hanya menjadi pengisi acara, tetapi juga Wakil Ketua Panitia. Ia bangga karena penampilan tim PMKS Jakarta mendapatkan apresiasi langsung dari Menteri Lingkungan Hidup.

Bahkan, permintaan mereka untuk pembangunan asrama putri mahasiswa Kalsel di Jakarta dikabulkan.

“Saya bawa nama tim PMKS Jakarta, dan Pak Menteri mengapresiasi kerja keras kami. Beliau menyetujui pembangunan asrama mahasiswi Kalsel,” jelas Ihsan.

Acara Halal Bihalal Akbar tersebut menjadi ajang silaturahmi ribuan warga Banjar di perantauan.

Digelar dengan nuansa khas Banjar, kegiatan ini menampilkan seni tradisional seperti madihin, musik panting, dan tarian daerah. Hidangan seperti soto Banjar, bingka, dan lupis turut menambah kehangatan.

Dalam sambutannya, Gubernur berharap silaturahmi masyarakat Banjar tetap erat meski jauh dari kampung halaman.

Sementara itu, Ketua DPRD menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam menjaga identitas budaya.

Menteri Hanif pun mengapresiasi kontribusi masyarakat Banjar terhadap nilai-nilai sosial dan budaya di Ibu Kota.

Di hadapan para pejabat, Dr. Rumaisah, Ketua Panitia Halal Bihalal, menyampaikan aspirasi agar pemerintah membangun asrama untuk mahasiswi Kalsel di Jakarta.

Ia menyoroti minimnya fasilitas layak bagi putri daerah yang menempuh pendidikan tinggi di ibu kota.

“Banyak mahasiswi Kalsel menuntut ilmu di Jakarta, tapi belum memiliki tempat tinggal yang layak. Kami harap pemerintah provinsi bisa segera mewujudkan asrama putri demi keamanan dan kenyamanan mereka,” ujarnya.

 

8 kali dilihat, 8 kunjungan hari ini
Editor: Raikhul Amar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *