LINGKUNGAN HIDUP
Aksi Bersih Sampah Danau Sunter, Jakarta Utara Diproyeksikan Jadi Percontohan Nasional
apakabar.co.id, JAKARTA - Deputi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLH/BPLH, Rasio Ridho Sani, menegaskan komitmen pemerintah menjadikan Jakarta Utara sebagai model nasional pengelolaan sampah dan pengendalian pencemaran. Pernyataan itu ia sampaikan saat menghadiri Aksi Bersih Sampah di Danau Sunter, Minggu (16/11), saat gelaran Car Free Day.
Ia juga mengapresiasi langkah Jakarta Utara yang dinilai menunjukkan kemajuan signifikan dan menjadi perhatian khusus Menteri Lingkungan Hidup.
“Jakarta Utara dapat menjadi model pengelolaan sampah di Indonesia, dengan pelibatan masyarakat dan pemanfaatan teknologi,” katanya.
Sani menekankan bahwa persoalan sampah masih menjadi tantangan besar nasional. “Sampah di Indonesia itu baru 39,1 persen terkelola. Lebih dari 60 persen tidak terkelola,” tegasnya.
Ia menyoroti kualitas udara di berbagai kota besar yang semakin mengkhawatirkan. “Jumlah hari tidak sehat meningkat, sekitar 30–40 persen pada musim kemarau,” kata Sani.
Ia menegaskan berbagai langkah harus dilakukan bersamaan: pengurangan emisi kendaraan, peningkatan kualitas bahan bakar, pengendalian emisi industri, hingga pencegahan pembakaran sampah terbuka.
“Ini penting untuk mengembalikan langit biru kita kembali,” ujarnya.
Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Administrasi Jakarta Utara, Edy Mulyanto, membenarkan bahwa wilayahnya dicanangkan sebagai percontohan nasional sejak Februari 2025. Ia menjelaskan bahwa Jakarta Utara kini bergerak mengikuti roadmap hulu–tengah–hilir sesuai konsep Jakstranas, yang merupakan singkatan dari Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, serta amanat Kepres 97.
“Konsep Jakstranas ini mengatur pengurangan dan penanganan sampah. Tahun 2025 sampai 2029 sistem pengolahan akan berubah, dan pada 2029 sampah terkelola harus mencapai 100 persen. Itu tugas berat, tapi Alhamdulillah setelah didampingi Kementerian, Jakarta Utara mengalami progres sangat signifikan,” ujar Edy.
Ia menjelaskan sejumlah lompatan kinerja yang dicapai sejak penetapan wilayah tersebut sebagai percontohan hulu, tengah, dan hilir. Ia memaparkan gerakan pemilahan sampah oleh Ibu-Ibu PKK atau Gerakan Pemilahan Sampah (GPS) yang kini berjalan di seluruh 460 RW.
“Rumah memilah di Jakarta Utara sudah hampir 9 persen, mendekati target 11 persen. Itu tertinggi di Jakarta menurut dashboard dinas kami,” tegasnya.
Edy juga menyoroti lonjakan cepat sekolah Adiwiyata.
“Dari 400-an sekolah yang dikumpulkan Pak Menteri, semua menyatakan siap menjadi Sekolah Adiwiyata, dan hanya dalam satu bulan, 265 sekolah sudah resmi menjadi Adiwiyata,” katanya.
Untuk pengelolaan sampah anorganik, ia menjelaskan bahwa dari total timbulan harian 1.300 ton sampah, sebanyak 51 persen merupakan anorganik dan 49 persen organik. Penanganan anorganik dinilai relatif lebih mudah karena Jakarta Utara memiliki 460 bank sampah unit di seluruh RW serta fasilitas RDF Norta yang terus didorong untuk menyerap sampah anorganik.
Sementara itu, untuk sampah organik yang mencapai sekitar 633 ton per hari, percepatan dilakukan melalui penyediaan drop point.
“Sumber terbesar sampah adalah rumah tangga, hampir 51 persen. Karena itu kami memberikan drop point di setiap RW, 3–4 drop point per RW sesuai arahan Pak Menteri, dan sekarang sudah berjalan di seluruh RW,” jelas Edy.
Ia menambahkan bahwa enam kelurahan kini telah menunjukkan kemajuan nyata dalam pemisahan organik: Semper Timur, Tugu Utara, Sunter Agung, Pademangan Timur, Penjaringan, dan Pegangsaan 2.
“Alhamdulillah, enam kelurahan itu sudah mengalami kemajuan dalam pemisahan organik. Dan kami juga menyiapkan armada khusus,” tutupnya.
Editor:
ANDREY MICKO
ANDREY MICKO