LINGKUNGAN HIDUP
Menjaga Nafas Nusantara: Menteri LH Hanif Dorong Pelestarian Tanaman Endemik di TMII
apakabar.co.id, JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan pentingnya melestarikan tanaman endemik Indonesia dalam kegiatan “Penguatan Ekosistem Nusantara melalui Penanaman Tanaman Endemik” di Anjungan Kalimantan Selatan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jumat (28/11). Kegiatan yang melibatkan TMII dengan dukungan Pertamina itu menjadi upaya untuk menguatkan kembali kekayaan hayati Nusantara.
Hanif menyebut Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia. “Kita memiliki indeks biodiversity nomor dua di dunia. Angka indeksnya 418 sekian,” ujarnya.
Namun, banyak tanaman endemik kini terdesak karena pertumbuhan mereka jauh lebih lambat dibanding jenis cepat tumbuh seperti sengon atau akasia.
“Rata-rata riabnya dalam satu tahun 0,5 sampai 1 cm, dibanding fast-growing species yang bisa sampai 2–5 cm,” katanya. Kondisi tersebut membuat pelestarian tanaman endemik semakin mendesak untuk dilakukan.
Sebanyak 535 tanaman endemik dari berbagai provinsi dikumpulkan dan ditanam di TMII. Hanif mengakui jumlah itu belum besar, tetapi proses menghadirkan spesies langka tersebut memerlukan usaha besar.
“Ngumpulkannya mungkin setengah mati,” ujarnya.
Ia berharap TMII tak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga berkembang sebagai pusat konservasi tanaman Nusantara.
“Saya sangat berharap Taman Mini selain jadi tempat wisata, juga akan menjadi herbarium hidup untuk tanaman seluruh Nusantara,” katanya.
Hanif juga menyoroti minimnya tutupan pohon di Jakarta yang hanya sekitar 2–3 persen, sementara jumlah penduduk mencapai lebih dari 11 juta jiwa.
“Coba bayangkan, jika tidak ada yang memproduksi oksigen yang nyerap banyak sekali,” ujarnya.
Karena itu, ia mengajak masyarakat maupun pemilik lahan untuk menanam pohon di setiap ruang yang tersedia.
“Tanamlah sejengkal pun punya tanah, tanamlah,” katanya.
Ia menekankan bahwa keberadaan pohon sangat krusial bagi kualitas udara Jabodetabek.
“Yang menghasilkan oksigen tidak ada, sehingga keberadaan pohon-pohon ini menjadi penting,” ujarnya.
Hanif menekankan bahwa gerakan menanam pohon tidak boleh berhenti sebagai seremoni.
“Saya rasa wajib berkelanjutan. Semua tanah yang kita bisa tanam, ayolah tanam di Jakarta,” ujarnya.
Ia menegaskan langkah ini penting demi keselamatan bersama.
“Hanya itu bisa kemudian saling kita membantu menyelamatkan diri kita sendiri, orang tua kita, anak kecil kita, dan semua di Jabodetabek,” kata Hanif.
Plt Direktur Utama TMII, Ratri Paramita, mengatakan TMII memiliki luas 150 hektare, sebagian besar berupa ruang terbuka hijau.
“Kami sangat mendukung kelestarian atau keberlangsungan lingkungan hidup di Taman Mini,” ujarnya.
TMII juga menerapkan kebijakan lingkungan dengan hanya memperbolehkan kendaraan listrik masuk kawasan.
“Kebijakan kami, di dalam sini hanya mobil EV untuk mengurangi jumlah emisi,” katanya.
Ratri menjelaskan TMII telah menanam tanaman endemik sejak pertama kali dibangun. “Kami mulai tanaman ini tahun 1975 oleh Bu Tien,” ujarnya.
“Pohon-pohon endemiknya sudah tidak bisa dihitung lagi karena banyak sekali di area 150 hektare,” tutupnya.
Editor:
ANDREY MICKO
ANDREY MICKO