apakabar.co.id, BANJARBARU – Sejumlah organisasi lingkungan mendesak aparat penegak hukum untuk segera mengusut tuntas kasus pembunuhan Arbaini, atau dikenal sebagai Abah Nateh.
Kematian Abah Nateh, seorang aktivis lingkungan dari Desa Nateh, Kecamatan Batang Alai Timur, Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, memerlukan perhatian mendalam dan investigasi yang transparan mengingat kejanggalan-kejanggalan dalam kasus tersebut.
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel mencatat beberapa kejanggalan yang perlu diperhatikan. Ambil contoh, pelaku bernama Irwansyah (53) baru tinggal dan bekerja dengan Abah Nateh sekitar dua bulan sebelum pembunuhan terjadi.
Pelaku juga bukan penduduk lokal, melainkan berasal dari Desa Pelajau, Kecamatan Batu Mandi, Kabupaten Balangan, dan tinggal di Desa Hinas Kanan, Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Irwansyah menerima bantuan finansial dan tempat tinggal dari Abah Nateh, menimbulkan pertanyaan mengenai potensi ketegangan dalam hubungan mereka.
Keterlibatan Abah Nateh dalam perjuangan melawan perusahaan tambang batubara dan gerakan #SaveMeratus juga menambah kompleksitas kasus ini. Aktivitas korban dalam melindungi lingkungan memberi konteks tambahan yang harus diperhatikan dalam penyelidikan. Oleh karena itu, Walhi Kalsel menekankan pentingnya investigasi yang menyeluruh.
“Kami mendesak aparat kepolisian untuk mengungkap semua aspek dari kasus ini secara menyeluruh dan memastikan keadilan bagi Abah Nateh,” ujar M Jefri Raharja dari Departemen Advokasi dan Kampanye Walhi Kalsel.
Kematian Abah Nateh menambah daftar panjang kekerasan terhadap aktivis lingkungan di Indonesia. Selama satu dekade terakhir, menurut data Auriga, terdapat 13 aktivis yang dibunuh karena upaya mereka menjaga lingkungan.
Kekerasan terhadap aktivis lingkungan sering terjadi pada mereka yang berfokus pada isu pertambangan, perkebunan, perhutanan, tanah adat, hingga kelautan.