Belantara Gelar Identifikasi Biodiversitas di Taman Heulang Bogor, 15 Jenis Burung Ditemukan

Belantara Foundation menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas kepada masyarakat khususnya generasi muda terkait mendata dan mengidentifikasi biodiversitas (tumbuhan, kupu-kupu dan burung) di lingkungan urban yang dikemas melaui kegiatan Belantara Biodiversity Class pada Sabtu, 18 Mei 2024 di Taman Heulang, Kelurahan Tanah Sareal, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor. Foto: Belantara Foundation

apakabar.co.id, JAKARTA – Belantara Foundation menyelenggarakan acara identifikasi biodiversitas (tumbuhan, kupu-kupu dan burung) di lingkungan urban kepada generasi muda. Acara tersebut dikemas melalui kegiatan bertajuk ‘Belantara Biodiversity Class’ pada Sabtu, 18 Mei 2024 di Taman Heulang, Kelurahan Tanah Sareal, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor.

Kegiatan tersebut merupakan salah satu rangkaian dalam acara ‘Biodiversitas Kini dan Nanti’ yang diselenggarakan dalam rangka mendukung dan memeriahkan World Species Congress 2024 dari IUCN program Reverse the Red yang diadakan pada 15 Mei lalu.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna menjelaskan kegiatan tersebut secara khusus diselenggarakan dalam rangka menyambut hari keanekaragaman hayati internasional 2024 yang diperingati pada 22 Mei setiap tahunnya. Tahun ini, mengangkat tema ‘Be Part of the Plan‘ atau “Menjadi Bagian dari Rencana”.

Tema itu, kata Dolly, mendorong semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung implementasi kerangka kerja global yang ditetapkan dalam Konvensi PBB untuk mengurangi laju hilangnya keanekaragaman hayati, atau yang dikenal sebagai Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework.

Belantara Foundation berkolaborasi dengan KupuKita dan IUCN Indonesia Species Specialist Group (IdSSG) serta didukung oleh PT. Sharp Electronics Indonesia dan Taman Impian Jaya Ancol. Foto: Belantara Foundation

Melalui Belantara Biodiversity Class diharapkan terjadi peningkatan kesadaran (awareness) dan pemahaman masyarakat khususnya generasi muda untuk menjaga dan melestarikan biodiversitas yang ada di sekitar, khususnya di kawasan perkotaan.

“Tujuan lain dari kegiatan ini yaitu mendata dan mengidentifikasi potensi biodiversitas seperti tumbuhan, kupu-kupu dan burung yang ada di Taman Heulang,” ujarnya, Sabtu (18/5).

Adapun pemulihan Taman Heulang karena lokasi tersebut merupakan taman terluas yang ada di Kota Bogor. Dengan luas lebih kurang 2,8 hektare yang awalnya dijadikan sebagai lapangan bola dan tidak terurus, menurut Dolly, layak untuk dijadikan lokasi pendataan potensi biodiversitas.

“Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bogor merevitalisasi lapangan tersebut menjadi sebuah taman pada 2015 sehingga sangat penting dilakukan pendataan potensi biodiversitas seperti jenis-jenis tumbuhan, burung dan kupu-kupu sebagai bahan monitoring dan evaluasi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan di taman tersebut” ujar Dolly yang juga sebagai pengajar di Pascasarjana Universitas Pakuan.

Dolly yang juga​ anggota Commission on Ecosystem Management IUCN menambahkan, keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan seperti Taman Heulang dapat dijadikan sebagai laboratorium alam, tempat menimba ilmu bagi pelajar khususnya di bidang biologi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, dkk. pada 2018 menunjukkan, terdapat setidaknya 17 jenis burung di Taman Heulang. Data tersebut perlu dilakukan pemutakhiran setiap waktu untuk mengetahui apakah terjadi perubahan terhadap keberadaan  jumlah jenis burung tersebut.

Belantara Biodiversity Class diikuti oleh pelajar yang berasal dari SMA Negeri 1 Sukaraja, Bogor; SMA Negeri 6, Bogor; SMA Negeri 9, Bogor; SMK Negeri 1, Bogor; dan SMA N 6, Tangerang Selatan serta mahasiswa dari Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Padjajaran, Universitas Mataram, Universitas Jember, Universitas Samudera dan Universitas Mulawarman. Foto: Belantara Foundation.

Satwa lainnya seperti kupu-kupu dan burung memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan ekosistem. Kupu-kupu, misalnya, berperan penting sebagai pollinator, yaitu agen penyerbuk alami bagi bunga. Adapun Burung membantu dalam penyebaran biji (seeds dispersal) dan pengendali hama (biokontrol). Selain itu, kupu-kupu dan burung menjadi indikator baik atau tidaknya kualitas lingkungan (bioindikator).

Seiring pesatnya pembangunan, kupu-kupu dan burung menghadapi ancaman seperti kehilangan habitat, perburuan dan perdagangan secara ilegal, pencemaran lingkungan, perubahan iklim global, serta kerusakan ekosistem yang berdampak pada produktivitas dan kesehatan habitat mereka.

Pendiri komunitas KupuKita, Nurul L. Winarni membeberkan, pihaknya terus mengajak dan mendorong masyarakat terutama generasi muda untuk terlibat dalam pendataan kupu-kupu yang ada di sekitar mereka.

“Kami terus mendorong gerakan citizen science kupu-kupu, Sebuah kegiatan kerja ilmiah yang dilakukan masyarakat secara menyenangkan dengan dampingan ilmuwan profesional atau lembaga ilmiah” kata Nurul yang juga sebagai Head of Service and Development/ Research Scientist Research Center for Climate Change Universitas Indonesia.

Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan 15 jenis burung dan 16 jenis kupu-kupu. Dari 15 jenis burung yang berhasil diidentifikasi, terdapat burung kipasan belang (Rhipidura javanica) yang masuk ke dalam kategori burung yang dilindungi oleh Permen LHK No.106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Berdasarkan status keterancaman, terdapat satu jenis burung, yaitu burung kacamata biasa (Zosterops melanurus) masuk ke dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) yang berstatus rentan terhadap kepunahan atau Vulnerable (VU).

Belantara Biodiversity Class diikuti oleh pelajar yang berasal dari SMA Negeri 1 Sukaraja, Bogor; SMA Negeri 6, Bogor; SMA Negeri 9, Bogor; SMK Negeri 1, Bogor; dan SMA N 6, Tangerang Selatan serta mahasiswa dari Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Padjajaran, Universitas Mataram, Universitas Jember, Universitas Samudera dan Universitas Mulawarman.

Sementara itu, fasilitator kegiatan ini adalah Belantara Foundation, KupuKita dan Himabio Helianthus FMIPA Universitas Pakuan.

1,868 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *