apakabar.co.id, MARTAPURA – Sudah dua hari bencana banjir melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel). Ini merupakan banjir yang kedua selama Januari 2025.
Banjir pertama pada 1 Januari. Banjir kali ini lebih parah. Penyebabnya masih sama seperti tahun – tahun sebelumnya: Sungai Martapura meluap dan banjir rob di wilayah pesisir.
Dampaknya, ribuan rumah terendam, termasuk fasilitas umum dan tempat pendidikan.
Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjar, sedikitnya 2.102 rumah terdampak. Tersebar di 7 kecamatan dengan 21 desa.
“Kecamatan Astambul, Martapura, Martapura Timur, Martapura Barat, Sungai Tabuk, Gambut, dan Cintapuri Darussalam,” ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Banjar, Yayan Daryanto, Jumat (17/1).
Pantauan media ini, sejumlah fasilitas umum seperti tempat ibadah hingga pendidikan turut terendam banjir.
Sebut saja seperti masjid di Pingaran Ilir Astambul, yang sudah terendam sejak Kamis kemarin.
Kemudian SDN Pekauman 1, Martapura Timur. Kemudian SDN Gambut 7. Dua sekolah itu sudah merumahkan seluruh siswanya sejak kemarin.
Kabar buruknya, masa musim penghujan diprediksi masih lama. “Berdasarkan BMKG, sampai April 2025. Maret air akan surut,” terangnya.
Wakil Ketua II DPRD Banjar, Akhmad Rizanie Anshari, meminta instansi terkait agar mendata seluruh yang terdampak banjir. Apapun itu.
“Pendataan ini perlu untuk selanjutnya sebagai bahan evaluasi dan menjadi dasar bagi kepala daerah untuk mengambil kebijakan,” pinta Ketua Partai NasDem Banjar ini.
Selain itu, ia meminta pemerintah cepat tanggap menangani banjir. “Jangan sampai ada teriakan keluhan warga baru bergerak,” pungkasnya.
Penyebab Kalsel Langganan Banjir
Mengutip laporan BPBD Kalsel, daerah yang terendam banjir saat ini adalah Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Kotabaru, Hulu Sungai Utara, dan Tapin.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III, I Putu Eddy Purna Wijaya, mengatakan penyebab sejumlah wilayah di Kalsel jadi langganan banjir adalah karena terus berkurangnya kapasitas sungai-sungai yang membelah Kalsel, akibat sendimentasi (pendangkalan).
“Banjir bisa terjadi karena berkurangnya kapasitas sungai, topografi lahan yang relatif datar dan pengaruh pasang surut air laut ke arah hulu sungai. Kondisi ini sering terjadi di dataran-dataran rendah, seperti daerah bantaran banjir sungai, rawa, dan sejenisnya,” ujar Putu Eddy, Kamis kemarin.
Secara historis, dengan memperhatikan topografi, lahan, curah hujan, dan banyaknya sungai di Kalsel, masalah banjir harus mendapat perhatian serius dari semua pihak.
“Bukan hanya penanganannya, tetapi juga upaya pencegahan, pengurangan resiko serta mitigasi. Pengendalian banjir, penanganannya tergantung penyebabnya. Bisa melalui normalisasi, pembuatan tanggul, pintu air, pompa, pembuatan kolam retensi atau bendungan dan lainnya,” jelas Putu Eddy.