apakabar.co.id, JAKARTA – CEO Meta Mark Zuckerberg dan pendiri Amazon Jeff Bezos memiliki masa lalu yang kurang baik dengan Presiden AS terpilih Donald Trump.
Sementara itu, CEO OpenAI Sam Altman sempat terlibat pertarungan hukum yang sengit dengan Elon Musk, yang merupakan pendukung terbesar Trump dan siap berperan lebih luas di pemerintahan keduanya.
Kini semua berubah. Secara mengejutkan, ketiga orang terkaya di AS itu membantu menjelaskan pengumuman minggu ini mengenai sumbangan mereka untuk dana pelantikan Trump.
“Presiden Trump akan memimpin negara kita ke era AI. Saya ingin mendukung upayanya untuk memastikan Amerika tetap unggul,” kata Altman dalam sebuah pernyataan di hari Jumat (13/12).
Sam Altman mengungkapkan bahwa ia memberikan sumbangan secara pribadi sebesar USD1 juta untuk dana tersebut, yang kemudian dikonfirmasi oleh pihak perusahaan.
Senada, Meta juga menyumbangkan USD1 juta untuk pelantikan tersebut, dimana perusahaan telah mengonfirmasi hal tersebut kepada CNBC, beberapa minggu setelah Zuckerberg makan malam bersama Trump secara pribadi di resor Mar-a-Lago miliknya.
Terakhir, Amazon juga berencana menyumbangkan USD1 juta, demikian laporan dari The Wall Street Journal.
Selama ini, Donald Trump telah menjadi kritikus vokal terhadap perusahaan teknologi, dan ia mengisyaratkan awal bulan ini tidak akan menghindar dari penegakan hukum antimonopoli. Presiden baru AS itu berencana menominasikan Gail Slater sebagai kepala divisi antimonopoli Departemen Kehakiman. Sebelumnya Slater dikenal sebagai penasihat Trump tentang kebijakan teknologi saat masa jabatan pertamanya.
“Big Tech telah merajalela selama bertahun-tahun, menghambat persaingan di sektor yang paling inovatif dan seperti yang kita semua tahu, mereka menggunakan kekuatan pasarnya untuk menindak hak-hak begitu banyak orang Amerika, serta hak-hak Little Tech!” tulis Trump dalam sebuah postingan pertanggal 4 Desember di Truth Social yang mengumumkan pencalonan Slater.
“Saya bangga dapat melawan pelanggaran itu di masa jabatan pertama saya, dan tim antimonopoli Departemen Kehakiman kami akan melanjutkan pekerjaan itu di bawah kepemimpinan Gail,” imbuhnya.
Beberapa kata-kata Donal Trump yang paling bermusuhan di masa lalu memang sengaja diarahkan kepada Amazon dan Meta. Trump kemudian memanggil Bezos sebagai ‘Jeff Bozo’ dan julukan yang disukainya untuk CEO Meta adalah ‘Zuckerschmuck’.
Di era jabatan pertamanya, Trump berulang kali diserang Bezos bersama perusahaan-perusahaannya. Amazon dan The Washington Post telah menuduh Trump menghindari pajak atau menerbitkan ‘berita palsu’ di antara hal-hal lainnya.
Trump juga berulang kali menuding Amazon atas penggunaan layanan Kantor Pos AS untuk mengirimkan paket kepada pelanggan, dengan mengeklaim perusahaan tersebut berkontribusi terhadap anggaran kantor pos.
Permusuhan itu terjadi dua arah. Pada tahun 2019, Amazon menyalahkan ‘serangan di balik layar’ Trump terhadap perusahaan atas hilangnya kontrak dari Departemen Pertahanan senilai miliaran dolar, yang saat itu disebut JEDI.
Dan sebelum pemilihan umum 2016, Bezos mengkritik perilaku Trump, dengan menyebut hal itu telah mengikis demokrasi AS. Itu imbas dari pernyataan kandidat presiden Partai Republik yang menuduh Bezos menggunakan the Post sebagai tempat berlindung dari pajak.
Bezos yang merupakan pemilik perusahaan antariksa Blue Origin, dalam sebuah tweet sempat menawarkan untuk mengirim Trump ke luar angkasa dengan salah satu roketnya. Adapun Blue Origin tengah bersaing untuk mendapatkan kontrak dari pemerintah, termasuk dengan SpaceX yang merupakan milik Elon Musk.
Pada acara DealBook Summit di The New York Times, tanggal 4 Desember, Bezos berharap lingkungan regulasi yang lebih bersahabat pada pemerintahan mendatang.
“Saya sebenarnya sangat optimistis kali ini,” kata Bezos di atas panggung.
Ia menambahkan, “Trump tampaknya memiliki banyak energi untuk mengurangi regulasi. Jika saya dapat membantu melakukannya, saya akan membantunya.”
Setelah kekalahannya dalam pemilihan umum tahun 2020, Donald Trump menggugat Facebook, Twitter, dan Google, serta CEO masing-masing melalui class action. Ketiga perusahaan itu telah menghapus akun Trump dari platform, pascakerusuhan 6 Januari 2021 di Capitol.
Trump telah lama menuduh Facebook membungkam suara-suara konservatif. Pada bulan Maret, ia menyebut platform tersebut sebagai musuh bersama rakyat dengan banyak media. Hal itu diungkapkan dalam sebuah wawancara di Squawk Box CNBC.
Kini setelah Trump kembali ke Gedung Putih dan menjalin hubungan dekat dengan Musk, sektor teknologi lainnya tampaknya ingin mendapatkan dukungan.
CEO Apple Tim Cook, CEO Microsoft Satya Nadella, dan CEO Google Sundar Pichai, serta yang lainnya, secara terbuka memberi ucapan selamat kepada Trump atas kemenangannya pada bulan November 2024.
Adapun Microsoft menolak berkomentar mengenai kontribusi mereka terhadap pelantikan. Sementara perwakilan dari Apple dan Google tidak segera menanggapi permintaan komentar, dikutip dari CNBC.
Sementar bagi OpenAI dan Altman, kekhawatirannya sedikit berbeda. Altman dan Musk merupakan salah satu pendiri OpenAI, yang awalnya sebagai lembaga nirlaba. Keduanya lalu berpisah secara terbuka, dengan Altman tetap menjadi CEO OpenAI sementara Musk memulai perusahaan kecerdasan buatan saingan yang disebut xAI.
Pada Maret 2024, Musk menggugat OpenAI — dan salah satu pendiri Altman dan Greg Brockman — dengan tuduhan pelanggaran kontrak dan kewajiban fidusia. Ia mengeklaim proyek tersebut telah diubah menjadi entitas nirlaba yang sebagian besar dikendalikan oleh pemegang saham utama Microsoft. Karena itu, Trump menggugat agar menggagalkan perubahan struktur tersebut.
OpenAI membalas pada hari Jumat, dengan mengeklaim dalam sebuah postingan blog berjudul ‘Elon Musk menginginkan OpenAI yang berorientasi laba’. Dijelaskan bahwa pada tahun 2017, Musk tidak hanya menginginkan, tetapi benar-benar menciptakan, sebuah organisasi berorientasi laba untuk bertindak sebagai struktur baru yang diusulkan perusahaan.
Altman mulai khawatir ketika Musk menghabiskan lebih dari USD250 juta untuk membantu meningkatkan kampanye Trump, dan sekarang siap untuk membantu memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah.
Melalui perannya itu, Musk sangan mungkin dapat mempengaruhi bagaimana AI diatur dengan cara yang menguntungkan bisnisnya.
Pada tanggal 5 Desember 2024, Donald Trump mengumumkan bahwa investor ventura dan podcaster David Sacks, seorang teman Musk, akan bergabung dengan pemerintahan Trump sebagai White House A.I. & Crypto Czar.