Tragedi Muara Kate Sarat Kejanggalan, DPR Masih Bungkam -

Tragedi Muara Kate Sarat Kejanggalan, DPR Masih Bungkam

Sejumlah warga memasang lilin di lokasi meninggalnya pendeta Veronika yang tewas akibat tertindih truk batu bara. Foto: tangkapan layar/Youtube

apakabar.co.id, JAKARTA – Gelombang demonstrasi yang melanda berbagai daerah menyeret nama DPR RI ke pusaran kritik publik. Lembaga legislatif dituding menutup telinga dari suara rakyat, arogan dan nirempati.

Dari ujung Kalimantan Timur, jeritan warga Muara Kate yang menolak jalan negara dijadikan lintasan truk batu bara (hauling) nyaris tak terdengar di Senayan.

Setelah gelombang demonstrasi berjilid-jilid menerjang Senayan, satu per satu partai di parlemen menonaktifkan kadernya yang menjadi sasaran kemarahan publik. Dari Sahroni, Nafa Urbach, Eko Patrio, Uya Kuya, hingga Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir.

Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, pun melayangkan permintaan maaf. Legislator asal Kalimantan Timur ini menilai DPR harus lebih serius melakukan introspeksi dan mendengar suara rakyat.

Dia menekankan penegakan hukum yang adil dan transparan, terutama dalam kasus yang merenggut korban jiwa.

Pernyataan itu langsung disambut tokoh masyarakat di Muara Kate, Wartalinus. Ia mengingatkan agar tragedi yang menimpa warganya tak lagi diabaikan DPR, baik pusat maupun kabupaten.

“Selain DPR lebih peka terhadap penderitaan rakyat lewat kritik massa, saya juga berharap mereka memberi perhatian khusus kepada warga yang tengah berjuang demi lingkungan aman dan nyaman,” kata Wartalinus, Senin (1/9). “Mereka yang terpilih dari Kalimantan Timur, harusnya bisa hadir di tengah masyarakat,” lanjutnya.

Ia menyoroti penetapan warga Muara Kate sebagai tersangka dengan bukti yang dianggap lemah. Sampai hari ini tak satupun anggota DPR RI utusan Kalimantan Timur menaruh perhatian.

“Semestinya anggota dewan datang dan kroscek langsung ke warga, bukan tinggal diam,” ujarnya.

Menurutnya, DPR tak boleh membiarkan masyarakat berjuang sendiri, apalagi jika ada dugaan kriminalisasi. Tak hanya DPR RI, Warta turut menyesalkan sikap DPRD Paser hanya sebatas memberi sembako pasca-penyerangan posko, tanpa pendampingan yang lebih bermakna.

“Kalau alasannya tidak tahu, itu tidak masuk akal. Kecuali memang mereka tidak mau tahu penderitaan warga,” tegasnya.

Tangis pecah di sel Polda Kaltim. Misrantoni, sepupu sekaligus sahabat Russell, menatap anaknya dengan mata basah. Ia bersikeras bukan pembunuh, melainkan tumbal dari konflik tambang yang menyeret nyawa tokoh penolak hauling batu bara di Muara Kate.

Kasus ini sudah sembilan bulan berjalan. Polisi menyebut Misrantoni pelaku, tapi warga menilai ada banyak kejanggalan. Ia dan Russell sama-sama aktivis penolak hauling yang merampas jalan negara.

Enam warga, termasuk anaknya Andre, menjenguk Misrantoni pada Kamis (14/8). Andre menceritakan ayahnya terharu hingga menangis karena lama tak bisa berkomunikasi dengan keluarga. “Kami senang bisa bertemu. Waktu di Polda, bapak tidak boleh menghubungi keluarga,” katanya.

Andre khawatir ayahnya ditekan agar mengaku. “Kami yakin beliau hanya dijadikan kambing hitam kriminalisasi,” ucapnya.

Misrantoni menegaskan ia sedang tidur saat kejadian. Polisi menuduh karena aktivitas digitalnya nihil, tapi warga menyebut itu dalih. Barang bukti berupa beberapa ponsel hingga pakaian disita, tapi hasilnya tak pernah dibuka ke publik.

“Kami kecewa dengan keputusan polisi. Semua orang di Muara Kate dan Batu Kajang tahu ini janggal,” kata Andre.

Warga mendesak polisi mencari pelaku sebenarnya. “Kalau masih ingin dipercaya, ungkap bukti sebenarnya,” ujar mereka.

Sampai hari ini, polisi belum bisa mengungkap apa motif Misrantoni menghabisi rekan seperjuangannya menolak hauling batu bara di atas jalan negara.

Kabid Humas Polda Kaltim, Kombes Pol Yulianto, hanya menjawab singkat. “Belum ada [motif pembunuhannya],” katanya.

Meski sudah menetapkan Misrantoni sebagai tersangka dengan ancaman hukuman mati, polisi belum bisa menjelaskan motif. Padahal, desakan agar aparat juga memeriksa Agustinus Luki alias Pajaji dan Bonar makin menguat. Keduanya disebut dalam dokumen Kompolnas.

Mengacu ke dokumen itu, Pajaji dikenal sebagai tokoh adat sekaligus penanggung jawab hauling PT Mantimin Coal Mining (MCM). Bonar anggota Pemuda Pancasila yang kerap diduga aktif mengawal jalannya aktivitas truk batu bara di jalan negara.

Sejak akhir 2023, hauling truk batu bara terus meresahkan warga. Blokade digelar, tapi truk berpelat DA asal Kalsel tetap menerobos. Teror pun datang: Teddy, ustaz muda, tewas tertabrak truk. Veronika, seorang pendeta, tergilas truk. Hingga puncaknya, 15 November 2024, posko warga diserang dini hari. Russell tewas, Anson selamat.

Beberapa bulan kemudian, giliran Misrantoni ditetapkan sebagai tersangka. Warga terkejut. Rumahnya hanya 200 meter dari TKP. Ia sedang tidur. Baju bernoda darah? Itu darah Russell saat ditolongnya.

Kecurigaan warga makin menguat setelah Pajaji membawa dua saksi kunci ke Balikpapan, bukan ke posko. Mereka diajak ke indekos, showroom, hingga kantor ormas. Dari sana muncul informasi Pajaji menerima Rp500 juta.

Saksi Anson pun diragukan. Ia disebut dekat dengan aparat dan pernah berselisih dengan Misrantoni soal dana posko. Kesaksian barunya, yang menyebut Russell sempat melafalkan nama Misrantoni sebelum meninggal, baru muncul sembilan bulan setelah kejadian.

“Sudah jelas ada lobi-lobi sebelum penyerangan. Tapi kenapa perusahaan aman-aman saja?” ujar Mei Christy, tokoh perempuan Dayak yang aktif di posko.

Ia juga menyinggung peran Andreas Purba, humas MCM, yang memimpin rapat lobi lalu tiba-tiba mengundurkan diri setelah tragedi. “Kenapa perusahaan sama sekali tidak disentuh?” tanya Mei.

Anak Misrantoni, Andre, menegaskan ayahnya tidak bersalah. “Bapak sedang tidur. Kalau ada noda darah, itu karena mengangkat jasad Russell,” jelasnya.

Warga menduga kasus ini dikaitkan dengan penolakan hauling. Mereka menuntut pemeriksaan terbuka terhadap Pajaji, Bonar, dan pihak MCM. Mabes Polri diminta turun tangan.

“Jangan sampai kasus ini dikaburkan,” kata warga.

Makam Russell dibongkar. Rumah Misrantoni digeledah tanpa pemberitahuan. Polisi menyebut ada puluhan petunjuk, tapi warga menganggap itu belum cukup kuat.

Media ini sudah berulang kali mencoba menghubungi Kompolnas, PT MCM, hingga Kapolres Paser, tapi tidak ada respons.

Tragedi Muara Kate bermula dari perlawanan warga terhadap hauling truk batu bara. Sejak akhir 2023, protes digelar, terutama oleh para ibu di simpang empat Batu Kajang. Mereka menuntut truk berhenti melintas karena merusak jalan dan mengancam keselamatan.

Tuntutan diabaikan. Truk terus melaju, korban jiwa berjatuhan, dan puncaknya posko diserang. Kini, penetapan tersangka Misrantoni justru menambah luka dan duka.

12 kali dilihat, 12 kunjungan hari ini
Editor: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *