1446
1446
Opini  

Utang Luar Negeri Bank Indonesia Melonjak Pesat

Foto ilustrasi utang luar negeri. Foto via Bank Indonesia

Oleh: Awalil Rizky*

Posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia per akhir Januari 2025 sebesar US$427,5 miliar. Naik 5,09% dibanding Januari 2024 (y-on-y) yang sebesar US$406,79 miliar. Laju kenaikan yang terbilang tinggi selama beberapa tahun terakhir, yang bahkan sempat mengalami penurunan.

ULN Indonesia itu terdiri dari Pemerintah, Bank Indonesia dan Swasta. ULN Pemerintah sebesar US$204,79 miliar, ULN Bank Indonesia sebesar US$28,34 miliar, dan ULN swasta sebesar US$194,39 miliar.

Secara year on year (y-on-y) dibanding posisi akhir Januari 2024, ketiganya mengalami perubahan yang berbeda. ULN Pemerintah naik 5,34%, ULN Bank Indonesia melonjak 93,94%, dan ULN swasta justru turun sebesar 1,71%.

Meski meningkat lajunya, kenaikan total ULN sebesar 5,09% bisa dikatakan masih cukup wajar atau relatif terkendali. Namun jika dilihat rinciannya, maka ada beberapa hal yang perlu dicermati.

ULN Pemerintah mengalami kenaikan cukup pesat. Padahal selama beberapa tahun sebelumnya, kenaikan cukup landai di bawah 5%. Bahkan mengalami penurunan pada beberapa bulan dan tahun.

Penyebab sempat melandainya ULN Pemerintah antara lain adalah karena banyak berutang kepada Bank Indonesia, berupa Surat Berharga Negara (SBN). Selain BI, perbankan pun masih membeli SBN, begitu juga dana pensiun dan asuransi domestik, serta perseorangan. Termasuk di dalamnya, BPJS ketenagakerjaan dan Dana Haji.

ULN Pemerintah berpotensi terus meningkat lebih pesat selama setahun mendatang. Sumber dana yang dimiliki dan dialokasikan untuk pembelian SBN dari Bank dan lainnya makin terbatas. Hanya Bank Indonesia yang relatif masih punya sumber dana untuk pembelian SBN, termasuk bersedia revolving yang jatuh tempo.

ULN yang mengalami kenaikan paling pesat adalah ULN Bank Indonesia yang mencapai hampir dua kali lipat selama setahun. Bahkan, dilihat selama 5 tahun maka telah naik sekitar 10 kali lipat dari posisi Januari 2020 yang hanya US$2,82 miliar. Padahal dalam kurun waktu yang sama, ULN Pemerintah turun 0,08% dan ULN Swasta turun 3,59%.

Lonjakan ULN Bank Indonesia pertama terjadi pada Agustus 2021 ketika “dipaksa” berutang oleh International Monetary Fund (IMF). IMF membagi cadangan devisa kepada seluruh anggotanya sesuai kuota saham, namun mencatatnya sebagai utang bank sentral masing-masing. Posisi ULN BI per Juli 2021 sebesar US$2,84 miliar menjadi US$9,17 miliar per Agustus 2021.

Laju kenaikan ULN Bank Indonesia selanjutnya terutama disebabkan oleh penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sejak September 2023. SRBI merupakan instrumen surat utang yang dikeluarkan BI berjangka pendek, antara lain 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan. SRBI yang dibeli oleh pihak asing tercatat sebagai ULN.

Sebagai gambaran, posisi SRBI per minggu kedua September 2023 ketika mulai diterbitkan hanya sebesar Rp24,46 triliun. Pada akhir Januari telah sebesar Rp893,97 triliun. Bahkan sempat mencapai Rp940 triliun pada Desember 2024.

Namun, kepemilikan asing yang dicatat sebagai ULN BI hanya sekitar 25%. Bagaimanapun, hal ini berdampak lonjakan ULN BI menjadi sebesar US$28,34 miliar per akhir Januari 2025.

Sementara itu, ULN swasta justeru mengalami penurunan sebesar -1,71% setahun terakhir. Dari US$197,77 miliar per Januari 2024 menjadi US$194,39 miliar per Januari 2025. Dinamika ini melanjutkan pola selama 5 tahun terakhir, dimana ULN Swasta cenderung menurun, meski perlahan.

Salah satu penyebabnya, pihak swasta Indonesia mengoptimalkan pinjaman bank dan penjualan obligasi yang diserap pasar domestik. Tampaknya strategi itu terkait dengan volatilitas nilai rupiah yan meningkat dan cenderung melemah. Mekanisme hedging tidak sepenuhnya memecahkan masalah dan berdampak penambahan biaya bagi mereka.

Akan tetapi setahun ke depan, ULN swasta bepotensi kembali meningkat. Antara lain disebabkan oleh persaingan memperoleh sumber dana domestik yang makin berat, termasuk faktor SBN dan SRBI. Sumber luar negeri berpotensi kembali diandalkan, dengan syarat nilai rupiah relatif stabil.

Potensi peningkatan ULN Swasta juga berasal dari Danantara sebagai holding BUMN jika telah mulai beroperasi. Salah satu yang diharapkan Danantara adalah masuknya investasi asing, termasuk yang berupa utang. Baik berbentuk pinjaman ataupun surat utang (obligasi) Danantara dan BUMN.

*) Ekonom Bright Institute

11 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Bethriq Kindy Arrazy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *