EKBIS
IHSG Melemah, Investor Alihkan Dana ke Emas di Tengah Ketidakpastian Global
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Selasa (14/10) ditutup melemah cukup dalam, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap kondisi global.

apakabar.co.id, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Selasa (14/10) ditutup melemah cukup dalam, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap kondisi global. Para pelaku pasar terlihat mulai mengalihkan dananya ke aset safe haven seperti emas dan perak, yang dianggap lebih aman di tengah gejolak ekonomi dan geopolitik dunia.
IHSG ditutup merosot 160,68 poin atau 1,95 persen ke posisi 8.066,52. Sementara indeks LQ45 yang berisi 45 saham unggulan turun 16,13 poin atau 2,05 persen ke posisi 771,89.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengungkapkan aksi jual saham oleh investor lebih banyak dipicu oleh langkah pengalihan aset ke instrumen yang lebih stabil.
“Penurunan harga saham konglomerat mengindikasikan adanya aksi profit taking karena ketidakpastian global masih cukup tinggi. Investor lebih memilih aset aman seperti emas,” ujar Nafan di Jakarta, Selasa (14/10).
Nafan menambahkan, Goldman Sachs memperkirakan harga emas dunia (XAU/USD) bisa mencapai level 5.000 dolar AS pada 2026, seiring meningkatnya permintaan akibat ketegangan geopolitik dan kekhawatiran ekonomi global.
Selain emas, harga perak juga dilaporkan menembus level tertinggi sepanjang masa, karena dianggap sebagai aset pelindung nilai yang menarik bagi investor.
Sektor transportasi dan energi pimpin pelemahan
Sejak pembukaan perdagangan, IHSG sempat menguat, namun kemudian bergerak ke zona negatif hingga penutupan sesi kedua. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, hanya sektor properti yang mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,03 persen.
Sementara sepuluh sektor lainnya mengalami pelemahan, dengan sektor transportasi dan logistik turun paling dalam sebesar 3,93 persen, disusul sektor energi dan keuangan yang masing-masing turun 3,35 persen dan 2,90 persen.
Saham-saham yang mencatatkan penguatan tertinggi antara lain TOSK, MBTO, PURI, MRAT, dan SOSS. Adapun saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni MOLI, JARR, BBSI, CBRE, dan COCO.
Aktivitas transaksi di BEI tercatat cukup ramai, dengan 3,25 juta kali transaksi, melibatkan 48,25 miliar lembar saham senilai Rp32,01 triliun. Dari total tersebut, 138 saham menguat, 583 saham melemah, dan 84 saham stagnan.
Sentimen domestik dan global bayangi pasar
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menilai pelemahan IHSG tidak hanya dipengaruhi faktor eksternal, tetapi juga sentimen domestik.
“Pasar saham saat ini dibayangi oleh kombinasi sentimen global dan kebijakan dalam negeri,” ujar Nico di Jakarta, Selasa (14/10).
Dari sisi domestik, pemerintah dikabarkan tengah menyiapkan stimulus tambahan untuk menjaga daya beli masyarakat serta mendukung pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2025. Selain itu, Kementerian Keuangan sedang mempertimbangkan penyuntikan likuiditas tambahan ke bank-bank milik negara (Himbara).
Menurut Nico, langkah ini diharapkan mampu mendorong ekspansi kredit dan konsumsi masyarakat, sehingga menjadi katalis positif bagi pasar modal dalam jangka menengah.
Ketegangan AS–China tekan pasar global
Dari sisi global, sentimen negatif datang dari memanasnya kembali perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Kedua negara saling menerapkan kebijakan baru yang menargetkan sektor perdagangan laut dan ekspor bahan penting seperti tanah jarang.
China menegaskan bahwa pembatasan ekspor tanah jarang dilakukan untuk menjaga keamanan nasional, bukan untuk menekan pihak lain. Sementara Amerika Serikat tetap bersikeras mengatur ulang kebijakan pelabuhan terhadap kapal-kapal yang mengangkut barang dari China.
Rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan pada akhir Oktober 2025 diharapkan bisa meredakan ketegangan tersebut. Namun, pasar masih ragu apakah kedua negara akan mencapai kesepakatan dagang yang berkelanjutan.
Di tengah ketidakpastian itu, investor global lebih memilih menempatkan dana di aset aman seperti emas dan obligasi pemerintah, sehingga tekanan terhadap bursa saham Asia semakin besar.
Sebagai perbandingan, bursa regional seperti Nikkei melemah 2,68 persen, Shanghai turun 0,62 persen, Hang Seng melemah 1,73 persen, dan Straits Times turun 0,80 persen.
Kondisi ini menunjukkan bahwa sentimen global masih rapuh, dan pasar saham Indonesia pun belum sepenuhnya lepas dari tekanan eksternal yang mempengaruhi arus modal asing ke tanah air.

Editor:
JEKSON SIMANJUNTAK
JEKSON SIMANJUNTAK