Maksimalkan Serapan Tenaga Kerja, Kadin Dorong Transformasi Pendidikan

apakabar.co.id, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta pemerintah untuk melakukan transformasi pendidikan agar mengoptimalkan serapan tenaga kerja di tanah air, mengingat ada 842 ribu lulusan perguruan tinggi yang belum memiliki pekerjaan.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Pembangunan Manusia, Kebudayaan dan Pembangunan Berkelanjutan Kadin Indonesia Shinta Widjaja Kamdani menerangkan terdapat sejumlah tantangan yang perlu disikapi bersama yakni mengenai masih banyaknya kesenjangan antara lulusan pendidikan dan kebutuhan pasar kerja.
"Fenomena pengangguran terdidik terus terjadi, pada 2023 tercatat lebih dari 842 ribu lulusan diploma dan sarjana yang menganggur. Hal ini menunjukkan adanya competency gap yang serius," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (25/9).
Baca juga: Kadin-HIPMI Perkuat Penciptaan Wirausaha Capai Pertumbuhan 8 Persen
Dalam situasi tersebut dia mnegungkapkan perlu langkah nyata dalam mengatasi kesenjangan antara lulusan siap kerja dan kebutuhan industri.
Shinta menyoroti persepsi keliru di masyarakat mengenai sekolah berstandar global. Menurutnya, kualitas pendidikan tidak ditentukan oleh kurikulum asing, melainkan oleh kompetensi guru, kurikulum yang relevan, serta sistem asesmen yang kredibel.
"Namun, dalam realitas tidak harus seperti itu. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kompetensi guru, kurikulum yang relevan dan sistem asesmen yang kredibel, tidak semata-mata ditentukan oleh kurikulum luar negeri," ucap dia.
Lebih lanjut, Shinta menekankan bahwa produktivitas tenaga kerja Indonesia masih tertinggal dibanding negara lain di Asia Tenggara.
Baca juga: Kadin Perkuat Konsolidasi Internal Mitigasi Dampak Geopolitik
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mencatat produktivitas Indonesia hanya sepertiga dari rata-rata negara anggota.
“Selain jumlah tenaga kerja yang besar, kita juga perlu memastikan kualitas dan produktivitas mereka agar mampu bersaing secara global,” ujarnya.
Lebih lanjut, Shinta menambahkan bahwa tantangan global seperti Revolusi Industri 4.0 dan digitalisasi membuat kebutuhan keterampilan baru semakin mendesak.
“McKinsey Global Institute memperkirakan pada 2030, hingga 23 juta pekerjaan di Indonesia akan terotomatisasi jika tenaga kerja tidak dilengkapi keterampilan baru. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah, tetapi juga dunia usaha, akademisi dan masyarakat,” jelasnya.
Baca juga: Kadin Harap Menkeu Purbaya Bisa Teruskan Kebijakan dan Evaluasi
Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi RI Stella Christie, menekankan pentingnya mendorong perguruan tinggi menuju model research university.
“Kita harus bisa melihat apa sebenarnya data-data yang menunjukkan hubungan langsung antara pendidikan tinggi dan pertumbuhan ekonomi. Universitas berbasis riset itulah yang menghasilkan inovasi baru. Misalnya Stanford University mampu menciptakan nilai ekonomi hingga 3 triliun dolar AS per tahun,” kata Stella.
Ia mengungkapkan pihaknya telah memetakan riset unggulan di berbagai universitas di Indonesia. Peta tersebut diharapkan memudahkan dunia usaha bekerja sama dengan peneliti.
“Kami sudah membangun sistem yang memungkinkan siapa pun mencari topik riset tertentu dan langsung mengetahui peneliti serta universitas terkait. Dengan begitu, kolaborasi antara industri, pemerintah, dan akademisi dapat lebih cepat terwujud,” pungkasnya.
