Sport  

Romeny Cedera, Pengamat Soroti Profesionalisme di Piala Presiden 2025

Penyerang Oxford United, Ole Romeny saat melakukan seleberasi usai mencetak gol ke gawang Arema FC pada laga Piala Presiden 2025 di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Kamis (10/7). Foto: Piala Presiden 2025

apakabar.co.id, JAKARTA – Piala Presiden 2025 yang seharusnya menjadi panggung pemanasan musim baru justru diwarnai insiden yang menyentuh batas sportivitas.

Laga grup B antara Oxford United dan Arema FC di Stadion Si Jalak Harupat, Kamis (10/7), memunculkan sorotan tajam usai Ole Romeny ditarik keluar lapangan karena cedera akibat tekel keras Paulinho.

Pemain Timnas Indonesia itu baru saja mencetak gol kedua bagi Oxford United saat insiden terjadi di menit ke-17. Aksinya di awal pertandingan menunjukkan kualitas dan determinasi tinggi.

Namun semangat kompetitif itu justru harus dibayar mahal setelah injakan brutal dari gelandang Arema Paulinho Moccelin yang lolos dari hukuman kartu merah.

Pengamat sepakbola nasional, Binder Singh, angkat suara. Ia menyayangkan kerasnya permainan yang justru mengorbankan pemain penting dalam turnamen pra musim.

“Piala Presiden memang pra musim, tapi intensitasnya nyata. Pemain seperti Ole melihat ini bukan sekadar uji coba, melainkan panggung pembuktian. Ia tampil spartan demi tempat utama di Oxford musim depan. Sayangnya, profesionalisme itu justru dibalas dengan tindakan yang mencederai spirit kompetitif,” ujar Binder.

Ia juga menyebut insiden ini seharusnya menjadi bahan refleksi bagi perangkat pertandingan dan seluruh pelaku sepakbola nasional.

Bagi Binder, kartu merah semestinya diberikan kepada Paulinho, bukan hanya sebagai bentuk hukuman, tapi juga sebagai pesan tegas bahwa kekerasan tidak mendapat tempat dalam sepakbola modern.

“Wasit seharusnya tak ragu. Ini bukan soal keras atau tidak, tapi soal perlindungan terhadap pemain. Romeny bisa saja absen panjang dan itu akan berdampak pada persiapan Oxford maupun tim nasional Indonesia, jika ia masuk radar naturalisasi,” lanjutnya.

Binder juga menyoroti pentingnya menjaga sportivitas di tengah atmosfer kompetisi yang meningkat tajam. Ia menyebut Ole Romeny sebagai contoh ideal profesionalisme pemain asing yang tampil maksimal meski hanya di turnamen pramusim.

“Tekad dan performa boleh maksimal, tapi bukan dengan mengorbankan keselamatan lawan. Romeny tampil luar biasa sebelum insiden. Kita hanya bisa berharap pemulihannya cepat dan dia bisa kembali ke performa terbaik.

Insiden ini menjadi catatan penting bagi penyelenggara Piala Presiden agar memastikan turnamen tidak berubah arah menjadi arena bentrok fisik.

Evaluasi terhadap standar wasit dan perlindungan pemain perlu segera dilakukan jika turnamen ini ingin terus dianggap bergengsi dan kredibel.

 

 

8 kali dilihat, 8 kunjungan hari ini
Editor: Raikhul Amar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *