15 Juta Kendaraan Listrik Ditargetkan Beroperasi di Indonesia pada 2030

Hyundai tengah mengembangkan lini kendaraan listriknya (EV) terbaru yakni, Ioniq 5 N - apakabar.co.id
Hyundai tengah mengembangkan lini kendaraan listriknya (EV) terbaru yakni, Ioniq 5 N. Foto: dok. Hyundai

apakabar.co.id, JAKARTA – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menargetkan penggunaan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) pada 2030 bisa mencapai 15 juta kendaraan listrik.

Jumlah tersebut di antaranya terdiri 13 juta kendaraan roda dua listri (e-2W) dan 2 juta kendaraan roda empat listrik (e-4W).

“Untuk mewujudkan EV di Indonesia, kita perlu membuatnya tersedia, terjangkau serta menyediakan infrastruktur yang baik dan kendaraan yang andal,” kata Deputi Transportasi dan Infrastruktur Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Kamis (19/9).

Baca juga: Ada Jokowi di Balik Dualisme Kadin

Baca juga: Ekonom Senior Sebut Dualisme Kadin Akibat Operasi Senyap Penguasa

Rachmat menilai transisi kendaraan listrik di Indonesia merupakan peluang strategis bagi pertumbuhan ekonomi dan keamanan energi nasional.

Selain itu, ia mengatakan bahwa upaya tersebut akan berdampak positif pada perbaikan kualitas udara, mengurangi emisi karbon, dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat secara luas.

Untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, Kemenko Marves pun berkolaborasi dengan Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML), Rocky Mountain Institute (RMI), Enhancing Readiness for the Transition to Electric Vehicles (ENTREV), dan Indonesia Environment Fund (IEF).

Para pemangku kepentingan tersebut berupaya untuk mencari solusi atas hambatan utama dalam penggunaan kendaraan listrik di Indonesia, termasuk pengembangan kebijakan, solusi pembiayaan, infrastruktur pengisian daya, serta keterlibatan korporasi dan konsumen.

Baca juga: Kendaraan Listrik di IKN Mulai Beroperasi Agustus 2024

Baca juga: Kemenperin: TKDN Kendaraan Listrik di Indonesia Capai 40 Persen

Wakil Ketua AEML Patrick Adhiatmadja mengatakan bahwa transisi menuju mobilitas listrik membutuhkan kerja sama dari semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, mitra pembangunan, dan masyarakat.

Ia menilai bahwa transisi tersebut sangat penting untuk mengurangi emisi dan mempromosikan mobilitas bersih, sehingga dapat berkontribusi pada masa depan yang lebih berkelanjutan bagi semua.

Pihaknya pun berkomitmen untuk mendukung upaya kerja sama ini agar manfaat kendaraan listrik dapat diakui dan digunakan secara luas di seluruh Indonesia.

Direktur RMI Asia Tenggara Wini Rizkiningayu menuturkan bahwa pihaknya memiliki misi untuk mendukung transisi mobilitas bersih dan energi di Indonesia yang akan berdampak signifikan pada kehidupan dan mata pencaharian masyarakat.

“Melalui kolaborasi ini, kami dapat membantu memastikan masa depan yang berkelanjutan dan nol karbon di seluruh sektor energi Indonesia,” imbuhnya.

10 kali dilihat, 10 kunjungan hari ini
Editor: Bethriq Kindy Arrazy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *