apakabar.co.id, JAKARTA – Anggota Komisi VI DPR RI Nasim Khan meminta pemerintah segera turun tangan mengatasi persoalan tumpukan gula pasir di sejumlah gudang pabrik gula di wilayah Situbondo dan Bondowoso, Jawa Timur, agar bisa segera terjual dan para petani tebu mendapatkan bayaran.
“Kalau bisa tidak menunggu pekan depan, besok pun harus ada keputusan. Di regional ini saja, ratusan miliar rupiah belum terbayar. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan,” kata Nasim Khan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (11/8).
Hal itu disampaikannya usai melakukan audiensi dengan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) dan General Manager (GM) pabrik gula di Regional 4 Jawa Timur, di Pabrik Gula (PG) Prajekan, Bondowoso, Jawa Timur, Minggu (10/8).
Baca juga: DPR Minta Pemerintah Tertibkan Penambangan Ilegal di Pulau Gebe
Dari pertemuan tersebut, dia mendapati tumpukan gula pasir yang belum terjual dalam jumlah besar di sejumlah gudang pabrik gula di wilayah Situbondo dan Bondowoso, di tengah gula rafinasi
yang justru membanjiri pasar.
Dia memaparkan ada sebanyak 4.600 ton gula senilai sekitar Rp 60 miliar belum terjual di PG Prajekan, sedangkan sebanyak 5.000 ton gula setara Rp50 miliar tersisa di PG Assembagoes.
Kemudian, lanjut dia, sebanyak 2.500 ton gula senilai sekitar Rp36 miliar menumpuk di PG Panji, serta sebanyak 3.900 ton gula di PG Wringin Anom tidak terserap pasar selama delapan periode terakhir.
Dia menilai situasi tersebut memunculkan kekhawatiran serius di kalangan petani tebu sebab hasil panen yang sudah digiling belum dibayarkan, sementara beban biaya produksi terus menghimpit.
“Akibat stagnasi penjualan, pembayaran kepada petani tertunda,” ujarnya.
Baca juga: DPR Ingatkan Pariwisata Budaya Perkuat Ekonomi Nasional
Dia pun menengarai masalah tumpukan gula pasir di sejumlah gudang pabrik gula di wilayah Situbondo dan Bondowoso itu dipicu oleh peredaran gula rafinasi di pasar, yang seharusnya hanya diperuntukkan bagi industri makanan dan minuman.
Dia mengatakan gula rafinasi di pasaran dijual sekitar Rp13.600 per-kilogram, sedangkan gula produksi pabrik rakyat berada di kisaran Rp 14.400 dengan harga acuan penjualan (HAP) yang ditetapkan pemerintah Rp14.500 per kilogram.
“Gula rafinasi dikenal berwarna lebih putih, memiliki rasa yang tidak semanis gula pasir biasa, dan harganya lebih murah,” katanya.
Di sisi lain, dia menilai opsi pembelian sementara gula oleh PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) menggunakan dana dari Danantara untuk membantu mengosongkan gudang dan memberi nafas segar pada petani hanya merupakan solusi jangka pendek.
Baca juga: DPR Minta Pemerintah Percepat Pembangunan Pembangkit EBT
Opsi tersebut merupakan salah satu alternatif yang dibahas oleh pengurus APTRI Pusat saat berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk mencari solusi tumpukan gula pasir di gudang pada pekan lalu.
Dia pun menekankan bahwa Indonesia sebenarnya mampu memenuhi kebutuhan gula nasional tanpa harus bergantung pada impor, asalkan tata niaga diatur dengan benar dan petani diberi perlindungan harga.
“Kami yakin SDM kita siap untuk swasembada, tapi kalau pasar dibanjiri rafinasi, petani kita akan kehilangan semangat,” jelasnya.