apakabar.co.id, JAKARTA – Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Akbar Himawan Buchari menilai paket stimulus terbaru ibarat “puzzle” terakhir yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional, melengkapi langkah sigap pemerintah memperbaiki perekonomian.
“Paket stimulus ekonomi senilai Rp16,23 triliun menjadi puzzle terakhir untuk menyempurnakan kebijakan yang ada,” kata Akbar dalam keterangan di Jakarta, dikutip Rabu (17/9).
Akbar menilai kesigapan itu tercermin dari pergantian Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa di posisi Menteri Keuangan.
Baca juga: HIPMI Dorong Dana Rp200 Triliun Dialirkan ke Sektor Produktif
Gebrakan Purbaya memindahkan dana Rp200 triliun dari Bank Indonesia (BI) kepada lima bank Himbara menjadi penegasan bahwa pemerintah sangat agresif mengerek pertumbuhan ekonomi. Langkah selanjutnya, membentuk Tim Akselerasi Program Prioritas untuk mencegah program macet.
Akbar optimistis tim yang dinakhodai Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menko Pangan Zulkifli Hasan itu mampu mempercepat serapan anggaran.
“Jika dilihat, dua terobosan di atas orientasinya adalah membanjiri sektor riil dengan uang. Pemerintah sadar betul, saat ini masyarakat menengah ke bawah sangat selektif membelanjakan uangnya yang berimbas pada dunia usaha,” urai Akbar.
Baca juga: Tren Peralihan ke Kendaraan Listrik, HIPMI: Ada Peluang Usaha
Dia memandang, Tim Akselerasi Program Prioritas tak jauh berbeda dengan Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus (Bappisus) yang dipimpin Aris Marsudiyanto. Sehingga, Pemerintah perlu lebih cermat kebijakannya tidak saling tumpang tindih.
“Namun, ada hal menarik yang menjadi catatan. Domain Tim Akselerasi Program Prioritas untuk memaksimalkan anggaran belanja Pemerintah. Tujuannya sama seperti pemindahan dana Rp200 triliun, memindahkan uang ke sistem ekonomi,” tuturnya.
Akbar menerangkan penyaluran anggaran bersifat penawaran. Jika permintaannya lemah, sebesar apapun penawarannya, tidak akan maksimal direspons sektor riil. Sebab, erat kaitannya dengan kondisi daya beli masyarakat.
“Inilah yang saya bilang, paket stimulus senilai Rp16,23 triliun menjadi puzzle terakhir atau pelengkap kebijakan yang ada. Dengan program bantuan itu, kami berharap daya beli masyarakat tetap terjaga,” jelas Akbar.
Baca juga: HIPMI: Stimulus Ekonomi Belum Sepenuhnya Sasar Kelas Menengah
Menurutnya, dari sisi cakupan, Pemerintah ingin menjangkau kelompok rentan, memperkuat perlindungan sosial, dan mendukung sektor yang tengah melambat, seperti UMKM.
“Paket stimulus ini mencerminkan bahwa Pemerintah berupaya menyeimbangkan antara kebutuhan jangka pendek dan memperbaiki agenda struktural. Harapannya, ekonomi kita bisa tumbuh lebih baik dari kuartal II 2025,” pungkasnya.