apakabar.co.id, JAKARTA – Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) menuding pembentukan kabinet zaken yang sempat disampaikan Presiden Prabowo Subianto hanya sebatas basa-basi. Pasalnya, dari komposisi yang ada sangat jauh dari yang disebutnya kabinet zaken.
“Lebih ke kabinet stabilitas karena akomodatif, tak hanya ke semua unsur tetapi kesemua unsur partai kecuali yang tidak di inginkan oleh Pak Jokowi,” kata ekonom senior INDEF Nawir Messi dalam diskusi publik bertajuk Ekonomi Politik Kabinet Prabowo-Gibran yang dipantau secara virtual di Jakarta, Selasa (22/10).
Politik akomodatif, kata Nawir, membuat ketimpangan sosial-ekonomi akan menjadi isu yang membesar bila tidak ditangani secara tepat. Terlebih dalam 10 tahun terakhir terjadi perlambatan atau stagnasi di era Presiden Joko Widodo.
Baca juga: INDEF Bongkar Penyebab Terhambatnya Kabinet Zaken Prabowo-Gibran
Perlambatan ekonomi yang tersebut yang diharapkan dapat diselesaikan para menteri bidang perekonomian di kabinet baru tersebut. Namun, berdasarkan komposisinya sejumlah menteri yang tergabung justru merupakan kelanjutan menteri dari era Jokowi
“Menteri-menteri tersebut sudah menggunakan kapasitas maksimumnya,” paparnya.
Di sisi lain, ekonom senior INDEF lainnya, Aviliani menilai politik akomodatif yang dilakukan Prabowo dilakukan demi faktor menjaga stabilitas.
“Mengakomodasi semua orang yang membantu. Dua hal itu nampaknya yang diutamakan supaya tidak mengganggu organisasi,” katanya.
Baca juga: INDEF Minta Kadin Bersatu untuk Dongkrak Daya Beli
Baca juga: INDEF: Ekonomi Syariah di RI Perlu Mengintegrasikan Regulasi
Aviliani justru menekankan siapa yang akan mengorkestrasi dengan gemuknya keorganisasi Kabinet Merah Putih. Karena itu, ia pesimis kabinet gemuk Prabowo-Gibran dapat membuahkan kebijakan yang sesuai dengan keinginan.
“Jadi dari organisasai yang gemuk, seharusnya terlihat apa target-terget yang ingin dicapai. itu yang dalam pidato Prabowo belum terlihat, yang dilihat orang bahwa daftar keinginannya banyak,” pungkasnya.