Putin Minta Maaf namun Tidak Mengakui Pesawat Azerbaijan Ditembak Jatuh

Sedikitnya 38 orang tewas dalam kecelakaan pesawat Azerbaijan Airlines (AZAL) di dekat kota Aktau, Kazakhstan, pada Rabu (25/12/2024). Foto: ANTARA/Anadolu

apakabar.co.id, JAKARTA — Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Sabtu (28/12) menyampaikan permintaan maaf kepada mitranya dari Azerbaijan atas apa yang disebutnya sebagai ‘insiden tragis’ pada jatuhnya pesawat Azerbaijan di Kazakhstan yang menewaskan 38 orang.

Meski telah meminta maaf kepada Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev atas fakta bahwa insiden tragis itu terjadi di wilayah udara Rusia, Putin tidak mengakui bahwa Moskow sebagai pihak yang bertanggung jawab.

Pernyataan itu dikeluarkan Kremlin pada Sabtu (28/12) yang menjelaskan bahwa sistem pertahanan udara Rusia telah menembak di dekat bandara Grozny, saat pesawat itu berulang kali mencoba mendarat di sana pada hari Rabu (25/12). Pernyataan itu tidak secara eksplisit menjelaskan bahwa salah satu dari sistem pertahanan itu telah mengenai pesawat.

Permintaan maaf Putin muncul saat tuduhan meningkat bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Rusia yang mencoba menangkis serangan pesawat tak berawak Ukraina di dekat Grozny, ibu kota regional Republik Chechnya, Rusia.

Sebelumnya, pesawat itu terbang dari ibu kota Azerbaijan, Baku, ke Grozny ketika berbelok ke Kazakhstan, ratusan kilometer (mil) melintasi Laut Kaspia dari tujuan yang dituju, lalu jatuh saat mencoba mendarat. Dalam insiden tersebut setidaknya ada 29 orang selamat.

Keterangan dari kantor pers Aliyev, menyebutkan Presiden Azerbaijan memberi tahu Putin bahwa pesawat itu mengalami ‘gangguan fisik dan teknis eksternal, meskipun ia juga tidak menyalahkan pertahanan udara Rusia.

Aliyev menjelaskan bahwa pesawat itu memiliki banyak lubang di badan pesawat dan ada penumpang yang mengalami cedera akibat partikel asing yang menembus kabin di tengah penerbangan.

Ia menjelaskan, tim ahli internasional mulai menyelidiki insiden tersebut atas inisiatif Azerbaijan, meskipun tidak memberikan informasi rinci. Awal minggu ini, kantor Kejaksaan Agung Azerbaijan mengonfirmasi bahwa penyelidik dari Azerbaijan sedang bekerja di Grozny.

Pada hari Jumat (27/12), seorang pejabat AS dan seorang menteri Azerbaijan membuat pernyataan terpisah yang menyebut penyebab kecelakaan pesawat adalah akibat senjata eksternal. Hal itu berasal dari pernyataan para ahli penerbangan yang menduga kecelakaan itu akibat sistem pertahanan udara Rusia yang menanggapi serangan Ukraina.

Presiden Joe Biden, menanggapi insiden tersebut pada hari Sabtu (28/12) kepada seorang wartawan yang bertanya, apakah menurutnya Putin harus bertanggung jawab atas kecelakaan itu.

Biden menyatakan: “Tampaknya dia bertanggung jawab tetapi saya belum berbicara dengannya.” Biden mengeluarkan komentar itu setelah meninggalkan gereja di St. Croix, Kepulauan Virgin AS.

Penumpang dan awak yang selamat akibat kecelakaan itu mengabarkan kepada media Azerbaijan bahwa mereka mendengar suara keras di pesawat, saat berputar-putar di atas Grozny.

Dmitry Yadrov, kepala otoritas penerbangan sipil Rusia Rosaviatsia, menjelaskan pada hari Jumat (27/12), ketika pesawat bersiap mendarat di Grozny dalam kabut tebal, pesawat nirawak Ukraina menargetkan kota itu. Insiden itu yang mendorong pihak berwenang menutup daerah itu untuk lalu lintas udara.

Yadrov membeberkan bahwa setelah kapten melakukan dua kali upaya pendaratan yang berujung gagal, pilot sempat ditawari bandara lain, namun memutuskan untuk terbang ke Aktau.

Awal minggu ini, Rosaviatsia telah mengutip bukti awal yang tidak disebutkan, menunjukkan bahwa tabrakan burung juga diduga sebagai penyebab keadaan darurat di dalam pesawat.

Pada hari-hari setelah kecelakaan itu, Azerbaijan Airlines menyalahkan ‘gangguan fisik dan teknis’ dan mengumumkan penangguhan penerbangan ke beberapa bandara di Rusia. Maskapai itu tidak menjelaskan dari mana gangguan itu berasal atau memberikan informasi rinci lebih lanjut.

Jika terbukti pesawat itu jatuh setelah terkena tembakan Rusia, itu akan menjadi kecelakaan penerbangan sipil mematikan kedua yang terkait dengan pertempuran di Ukraina.

Sebelumnya, Malaysia Airlines Penerbangan 17 (MH17) ditembak jatuh oleh rudal (permukaan-ke-udara) Rusia, menewaskan 298 orang di dalamnya, saat terbang di atas wilayah Ukraina timur yang dikuasai oleh separatis yang didukung Moskow pada tahun 2014.

Rusia telah membantah bertanggung jawab, namun pengadilan Belanda pada tahun 2022 menghukum dua orang Rusia dan seorang pria Ukraina pro-Rusia atas peran mereka dalam menjatuhkan pesawat dengan sistem pertahanan udara yang dibawa ke Ukraina dari pangkalan militer Rusia.

Menyusul penghentian sementara penerbangan dari Baku ke Grozny dan Makhachkala di dekatnya pada Rabu (25/12), Azerbaijan Airlines mengumumkan pada hari Jumat (27/12) bahwa mereka akan menghentikan layanan ke delapan kota Rusia lainnya.

Beberapa maskapai penerbangan lain telah mengeluarkan pengumuman serupa sejak kecelakaan terjadi. Qazaq Air dari Kazakhstan pada hari Jumat (27/12) memastikan akan menghentikan penerbangan dari Astana ke kota Yekaterinburg di Pegunungan Ural selama sebulan.

Turkmenistan Airlines, maskapai penerbangan utama negara Asia Tengah itu, pada Sabtu (28/12) telah menghentikan penerbangan ke Moskow setidaknya selama satu bulan, dengan alasan masalah keselamatan.

Awal minggu ini, maskapai penerbangan Israel El Al juga menghentikan layanan dari Tel Aviv ke ibu kota Rusia, dengan alasan ‘perkembangan di wilayah udara Rusia’.

254 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *