apakabar.co.id, JAKARTA – Apotek Alpro, jaringan apotek resep terbesar di Malaysia, menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan 21 universitas lokal yang dipimpin oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Muhammadiyah Aisyiyah (APTFMA). Acara penandatanganan MoU dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Surakarta, pada Sabtu (29/9).
Ketua APTFMA yang juga apoteker, Erindyah Retno menjelaskan nota kesepahaman sebagai tonggak penting dalam upaya untuk meningkatkan pendidikan farmasi di Indonesia. Kolaborasi yang digagas bersama Apotek Alpro dan sejumlah universitas menjadi momentum penting dalam menawarkan peluang kepada mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka.
“Dengan berkolaborasi dengan Apotek Alpro dan universitas-universitas yang berpartisipasi, kami dapat menawarkan kepada mahasiswa kami pengalaman industri internasional yang berharga, serta peluang untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka, baik secara akademis maupun profesional,” ujar Erindyah dalam keterangannya yang diterima apakabar.co.id, Jumat (5/7).
Chief Executive Officer Apotek Alpro Indonesia, Lee Yin Chen, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada APTMA dan 21 universitas atas kesempatan kolaborasi tersebut.
“Di Malaysia, kami telah bekerja sama dengan 20 universitas lokal untuk menyediakan beasiswa dan pelatihan Apoteker Terdaftar Sementara (PRP). Kami berharap dapat berbagi pengalaman untuk membina dan mempersiapkan generasi apoteker berikutnya di Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, Apotek Alpro juga bekerja sama dengan jaringan apotek lokal terkemuka untuk mengelola lebih dari 200 gerai apotek mereka di Indonesia. Langkah strategis tersebut akan membantu membawa keahlian dan standar perawatan farmasi yang tinggi kepada khalayak yang lebih luas, sehingga berkontribusi lebih lanjut pada peningkatan layanan kesehatan di Indonesia
“Visi kami adalah menciptakan dunia yang sehat dan bersemangat. Melalui kolaborasi dengan akademisi dan pemimpin industri, kami berharap dapat menghadirkan obat-obatan berkualitas tinggi dengan perawatan farmasi yang profesional dan personal untuk semua orang,” ujar Lee.
Data Komite Farmasi Nasional (2019) menunjukkan Indonesia hanya memiliki 2,85 apoteker per 10.000 penduduk. Angka itu jauh lebih rendah dari rata-rata aritmatika global sebesar 7,36 apoteker per 10.000 penduduk pada 2016.
Meskipun jumlah lulusan farmasi meningkat setiap tahun, kepadatan apoteker di Indonesia masih cukup rendah. Melalui nota kesepahaman, diharapkan mampu mengatasi kesenjangan dengan meningkatkan pendidikan farmasi dan memberikan lebih banyak peluang lapangan bagi lulusan farmasi di Indonesia.
Penandatanganan nota kesepahaman meliputi 21 universitas, terdiri dari Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Universitas Muhammadiyah Mataram, Universitas Muhammadiyah Riau, Universitas Muhammadiyah Palopo, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Muhammadiyah Lamongan, STIkes Muhammadiyah Kuningan, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Makassar, Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciami, Universitas Muhammadiyah Klaten, Universitas Muhammadiyah AR Fachrudin dan Universitas Muhammadiyah Bandung.