Rentetan Getaran Gempa, BMKG: Perbesar Kerawanan Longsor di Sumbar

Foto arsip - Tumpukan material tanah longsor yang menimbun badan jalan Jorong Limo Badak, Nagari atau Desa Malalak Timur, Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam Sumbar, Sabtu (11/5/2024). Foto: BPBD Agam.

apakabar.co.id, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan rentetan getaran gempa dalam satu bulan terakhir di Sumatera Barat (Sumbar) kian memperbesar tingkat kerawanan daerah itu dilanda bencana tanah longsor.

Pernyataan tersebut dilontarkan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam konferensi pers virtual yang diikuti dari Padang Panjang, Sumatera Barat, Senin (13/5).

Daryono menjelaskan dalam satu bulan terakhir periode April – Mei aktivitas gempa kerak dangkal-sesar aktif (shallow crustal earthquake) terpantau sangat aktif di Sumatera Barat. BMKG mencatat selama periode tersebut lebih dari 35 kali gempa dangkal berpusat di daratan Sumatera Barat dengan rata-rata berkekuatan 3 magnitudo.

“Walau kecil jadi penting untuk diwaspadai dampak ikutan gempa ini, tanah longsor, runtuhan batuan, dan banjir bandang jika longsoran menyumbat daerah aliran sungai,” kata dia.

Ia menilai kerawanan dampak bencana tersebut juga menyasar wilayah Kabupaten Agam, Tanah Datar dan Kota Padang Panjang di Sumatera Barat yang belakangan mengalami tingkat aktivitas kegempaan cukup tinggi disamping memiliki curah hujan tinggi pada periode yang sama.

Informasi yang diterima BMKG, Stasiun Iklim Sicincin Sumatera Barat melaporkan Agam, Tanah Datar dan Padang Panjang dilanda curah hujan 74,9 mm/hari. Artinya, kata Daryono, hal itu termasuk kategori lebat. Kondisi demikian telah berlangsung sejak 8 Mei dan memicu terjadinya banjir bandang atau galado yang menewaskan puluhan warga, pada 11 Mei 2024 malam.

Dari informasi BMKG juga dilaporkan timbulnya tanah longsor beberapa jam sebelumnya terjadi banjir bandang dan juga terdampak getaran di wilayah bertopografi dataran tinggi perbukitan atau berada di sisi utara dan timur dari Gunung Marapi tersebut.

Menurut Daryono, meski belum ada laporan korban, tanah longsor susulan tersebut memutus akses jalan dan melumpuhkan arus lalu lintas, seperti di wilayah Malalak, Kabupaten Agam (jalan penghubung Padang-Bukit Tinggi), Sitinjau Lauik, Kabupaten Tanah Datar (jalur penghubung Padang – Solok), Jalan Lembah Anai (jalur penghubung Bukit Tinggi-Padang), dan Kelok Sembilan.

“Kami menyampaikan supaya masyarakat Sumatera Barat tetap waspada, karena dampak ikutan gempa ditambah hujan intensitas deras hingga beberapa waktu ke depan juga memungkinkan titik longsor ini tidak tunggal, biasanya terjadi di banyak tempat,” jelasnya.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sejumlah kecamatan di Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang mengalami banjir bandang bercampur material lahar pada Sabtu (11/5) malam.

Bencana tersebut telah menimbulkan dampak kerusakan yang cukup serius. Pusdalops BNPB mencatat setidaknya sampai Minggu (12/5) pukul 21.00 WIB, sebanyak 37 orang korban warga di tiga daerah tersebut meninggal dunia, 17 orang hilang, lebih dari 200 orang warga mengungsi, dan lebih dari 100 unit rumah dan puluhan fasilitas publik rusak.

BNPB memastikan tim petugas gabungan masih melakukan upaya penanggulangan dampak bencana sehingga data jumlah korban jiwa dampak kerusakan lainnya maupun masih dapat bertambah.

1,542 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *