Saatnya Kembangkan Bioekonomi, Inovasi Berbasis Alam

Caption 2: Direktur Utama Smesco Indonesia Leonard Theosabrata memberikan sambutan pada Festival Tumpek Wariga 2024 yang digelar di SMESCO Hub Timur, Bali pada 2 Februari 2024. Foto: Istimewa untuk apakabar.co.id

apakabar.co.id, JAKARTA – Pemerintah, melalui Bappenas, telah menjadikan bioekonomi sebagai salah satu topik utama di dalam RPJMN 2025-2045. Hal itu merupakan bagian dari peta jalan transformasi ekonomi Indonesia.

Bioekonomi, sebuah metode pemanfaatan sumber daya alam hayati untuk menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi, seperti obat-obatan, pangan, pakan, material, hingga energi. Bioekonomi menjadi solusi bagi pengurangan eksploitasi sumber daya alam berbasis fosil, sekaligus mengatasi krisis iklim.

Bioekonomi perlu dikembangkan karena menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2019, inovasi berbasis alam berkontribusi sebesar 37% pada pengurangan emisi yang dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global menjadi 1,5 derajat Celcius.

Laporan World Resources Institute (WRI) 2019 memperkirakan penyaluran investasi inovasi berbasis alam dan bioekonomi mencapai USD 1,8 triliun mulai tahun 2020 hingga 2030. Investasi tersebut berpotensi menghasilkan manfaat bersih sebesar USD 7,1 triliun.

Senada laporan The Bioeconomy of 2030 keluaran OECD telah menambahkan nilai pasar bioekonomi global akan mencapai USD 2,6 – USD 5,8 triliun dalam rentang waktu 2025-2030.

Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan mengungkapkan
komitmen kementeriannya mendukung rangkaian pengembangan portofolio investasi berkelanjutan bagi daerah-daerah yang mempromosikan komoditas berbasis bioekonomi. Agenda investasi di sektor itu diperkirakan menyerap sekitar USD 45,4 miliar.

“Saat ini, sejumlah portofolio investasi lestari prioritas sedang diakselerasi. Salah satunya, Proyek Prioritas Industri Hijau Pengelolaan Kelapa Terintegrasi di Kabupaten Gorontalo yang sudah dalam status ready to offer dengan nilai investasi Rp643 miliar,” papar Darmawan.

Pemerintah saat ini sudah mendetailkan rencana pengembangan berbasis bioekonomi, mencakup
industri baru yang bersumber pada inovasi berbasis alam untuk produk-produk biosimilar dan vaksin,
protein nabati, pangan biokimia, herbal dan nutrisi.

Selain itu, pemerintah mendorong penguatan kerangka regulasi atas pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik berorientasi bioprospeksi dan bioekonomi.

Dari sisi investasi, Kementerian Investasi/BKPM telah meluncurkan Panduan Investasi Lestari pada G20 lalu sebagai langkah awal negara mendorong tumbuhnya bisnis lestari termasuk bagi UMKM, usaha besar, investasi dan pemerintah.

Tahun ini, Indonesia memiliki momentum besar yaitu pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah yang dilakukan serentak. Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) terus mengawal berbagai persiapan untuk mendukung visi ekonomi lestari melalui hilirisasi komoditas sebagai bentuk dari pengembangan sektor bioekonomi.

Kepala Sekretariat LTKL Ristika Putri Istanti mengungkapkan, salah satu agenda LTKL-KEM di 2024 adalah meneruskan rangkaian program kolaborasi dengan kabupaten dan mitra pembangunan dalam mengembangkan kesiapan kabupaten dalam mengimplementasikan ‘resep’ transformasi yurisdiksi berkelanjutan melalui bimbingan teknis bagi para kabupaten anggota melalui tindakan kolektif 5 pilar esensial, yakni (i) perencanaan, (ii) kebijakan & regulasi, (iii) tata kelola multi-pihak, (iv) aksi bersama (inovasi & investasi), dan (v) pemantauan, pelaporan, dan komunikasi.

Memasuki fase tumbuh di tahun 2024, kata Ristika, LTKL bergerak lebih gigih untuk menjadi penopang yang kokoh secara kelembagaan, kemitraan, dan kapasitas. Salah satu fokus utama dari tahap ini adalah membangun kapasitas setiap kabupaten dan memastikan para inisiator terutama generasi muda, perempuan, masyarakat adat dan komunitas lokal secara aktif berkontribusi mewujudkan transformasi kabupaten lestari.

“Idealnya, berbagai forum multi pihak beraksi untuk Indonesia yang subur tanahnya, jernih airnya, bersih udaranya, serta sejahtera rakyatnya,” ungkap Ristika.

Sementara itu, Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) yang merupakan bagian dari ekosistem LTKL siap menjembatani kemitraan strategis antar pemangku kepentingan di sektor ekonomi hijau. Melalui berbagai program peningkatan kapasitas dan business matching, KEM memberikan ruang bagi pelaku usaha berbasis alam untuk tumbuh melalui pendanaan hijau.

Melalui acara seperti Indonesia Business and Investment Forum on Nature-Based Innovation (IBIFNI), KEM dan ekosistemnya telah mampu membuka USD 22,7 juta dolar untuk pembiayaan inovasi berbasis alam.

Direktur Utama SMESCO Indonesia Leonard Theosabatra, yang juga dewan penasihat KEM mengungkapkan potensi bioekonomi dapat dikembangkan secara berkelanjutan sehingga memberikan nilai tambah positif bagi komunitas lokal.

“Saya percaya potensi pengolahan keanekaragaman hayati di wilayah Sulawesi Tengah masih sangat banyak yang belum terekspos. Misalnya, terdapat peluang produk makanan dan minuman (F & B) dan kecantikan yang saya yakini dapat berkontribusi pada perekonomian nasional,” papar Leo.

Pertengahan tahun lalu, SMESCO Indonesia telah menandatangani MoU dengan sejumlah mitra pengolahan strategis seperti BUMN Farmasi yakni Indofarma. Mitra-mitra itu membantu pelaku usaha di Kabupaten Sigi untuk berfokus pada aspek hilirisasi untuk produk olahannya yang kemudian didorong pada pasar domestik dan internasional.

Secara keseluruhan, potensi nilai pasar global dari keseluruhan portfolio bioekonomi mencapai lebih dari US$ 223 miliar atau setara dengan Rp 330 triliun.

Selain itu, dari sisi pengembangan bisnis, sebanyak 67 entitas bisnis di Kabupaten LTKL telah memulai praktik bisnis lestari yang ramah lingkungan dan ramah sosial melalui sejumlah program inkubasi usaha lestari seperti KUBISA, IMPULS, GIAT, SELARAS, dan Samudra Bekudong’k.

Melalui pendampingan inkubasi yang digagas KEM, telah lahir entitas bisnis lestari seperti PT Alam Siak Lestari yang telah menghasilkan potensi perlindungan 76.744 hektar lahan gambut di 3 desa di Kabupaten Siak.

Selain itu, terdapat 40 produk inovasi berbasis alam di 9 kabupaten mitra yang telah dikembangkan per akhir tahun 2023. Adapun, produk-produk inovatif berbasis bioekonomi ini mencakup sektor agroforestri, aquaculture, bambu, kopi, coklat, dan kelapa.

Ketua Dewan Pengurus KEM Gita Syahrani membeberkan inovasi berbasis alam merupakan komponen krusial di dalam ekonomi lestari yang memiliki peran penting dalam perjalanan Indonesia menuju pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, Indonesia tidak lagi bergantung pada eksploitasi sumber daya alam sehingga mampu mengurangi emisi karbon.

“Inovasi berbasis alam dapat membantu negara ini menggapai berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan, seperti ketahanan terhadap perubahan iklim dan risiko bencana alam, kemakmuran ekonomi dan sosial, serta ketahanan pangan, air, dan kesehatan,” terang Gita.

Untuk menjaga momentum dari rangkaian pencapaian oleh LTKL dan KEM, kedua organisasi berkolaborasi lebih dalam untuk menciptakan program-program yang menciptakan inovasi berbasis alam yang baru dan solidifikasi di tahun 2024 yang mendukung proyek-proyek bioekonomi di Indonesia.

12 kali dilihat, 1 kunjungan hari ini
Editor: Jekson Simanjuntak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *