Muhammad Uhaib As’ad diganjar penghargaan akademis kelas dunia. Dosen Universitas Islam Kalimantan (Uniska) ini didapuk sebagai ‘D20 Innovative Academician of the year 2024‘.
PENGHARGAAN dosen inovatif diberikan oleh International Institute of Influencers Gulf Skill Pioneers , Oman. Bakal diserahkan langsung Perdana Menteri Oman, 20 November 2024 mendatang.
Prestasi internasional ini didapat Uhaib setelah melewati proses seleksi dan persyaratan oleh 11 juri dari berbagai disiplin ilmu mancanegara. Semua bergelar profesor.
Test wawancara dan penilaian berkas dilakukan dari berbagai kategori, riset, karya ilmiah dan aktivitas di forum nasional dan internasional. Yang dibuktikan dengan berbagai sertifikat dan lainnya.
Dr Shama Hussain salah satu profesor yang menguji Uhaib menjelaskan inovasi tidak melulu menciptakan hal baru. “Inovasi berarti bekerja kerja untuk mengembangkan humanisasi kurikulum pendidikan bagi kami,” jelas Shamma ditanya mengenai latar penghargaan untuk Uhaib, Senin (4/11).
International Institute of Influencers Gulf Skill Pioneers Oman, kata dia, mengapresiasi upaya Uhaib membawa humanisasi pendidikan ke Indonesia. Yakni proses pendidikan yang berfokus pada pengembangan potensi peserta didik. Maksudnya menciptakan mahasiswa yang bernalar kritis dan memahami esensi ‘memanusiakan manusia’.
Shamma menilai kiprah Uhaib selama ini memainkan peran penting untuk menanamkan nilai-nilai humanisasi pendidikan di Indonesia. “Dia pantas atas komitmen dan ketulusannya itu,” jelasnya.
Selain dosen, publik tentu mengenal Uhaib sebagai pengamat politik dan kebijakan publik. Ia dikenal kritis dan vokal. Apalagi kalau berbicara soal koneksi oligarki tambang dengan partai politik.
Sekilas III
International Institute of Influencers (III) adalah lembaga internasional beranggotakan puluhan negara. Di Asia Tenggara, meliputi tiga negara; yaitu Thailand, Filipina dan Indonesia.
Lembaga internasional ini berpusat di Oman yang didukung sejumlah lembaga internasional dari Amerika Serikat, Eropa, dan lembaga internasional yang ada di India.
International Institute of Influencers juga memiliki jaringan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Lembaga ini bergerak dalam Pendidikan, Pemberdayaan Masyarakat, Penguatan Institusi Politik dan Demokrasi, Isu Hak Asasi Manusia, Program Pelatihan Kepemimpinan, dan Kolaborasi antar-Universitas di dunia.
Di Indonesia, pimpinan Pusat International Institute of Influencers sendiri dipercayakan kepada Uhaib sebagai leader. Lembaga ini, kata Shamma, juga secara rutin mengadakan pertemuan tahunan yang dihadiri oleh para perwakilan setiap negara.
Untuk pertemuan tahunan 2024 diadakan di Negara Oman dan sekaligus memberikan international award bagi para anggota International Institute of Influencers melalui komisi penilai atau juri yang berjumlah 11 orang profesor dari berbagai negara.
Selain penilaian berkas terdiri karya akademik dan aktivitas akademik, antara lain karya ilmiah, aktivitas akademik sebagai pembicara pada level lokal, nasional, dan internasional.
Tidak kalah pentingnya adalah penilaian publikasi yang dimuat di jurnal nasional dan internasional. Juga aktivitas kolaborasi penelitian dengan para peneliti dari akademisi luar negeri dan kolaborasi pengabdian pada masyarakat dengan para akademisi luar negeri.
“Selain penilaian berkas, juga ada interview secara online dengan para juri berjumlah 11 orang penilai yang bergelar profesor itu,” jelas dia.
Dihubungi terpisah, Uhaib tak membayangkan bisa masuk nominasi mengingat persaingan dari berbagai negara dan kualitas akademik serta pengalaman research academic mereka.
“Semuanya berkualitas dan mantap. Ini di luar perkiraan saya. Jangan kan masuk nominasi untuk mendapatkan academician international award, bisa ikut seleksi saja sudah cukup bagi saya dan bisa berinteraksi dan membangun jaringan akademik kelas dunia,” jelasnya.
Tentu saja ini sangat membanggakan Uhaib. Apalagi ia banyak belajar dari para akademisi kelas dunia dalam banyak hal.
“Sharing informasi, pengetahuan dan pengalaman rutin kami lakukan sesama anggota III seperti internasional conference, kolaborasi penulisan buku dan jurnal, dan aktivitas lainnya,” pungkas doktor politik jebolan Universitas Brawijaya ini.