NEWS

Jokowi Buka Suara Soal Kereta Cepat Whoosh, Kurangi Kerugian Negara

Presiden Indonesia ke-7 Joko Widodo. Foto: apakabar.co.id/Fernando Fitusia
Presiden Indonesia ke-7 Joko Widodo. Foto: apakabar.co.id/Fernando Fitusia
apakabar.co.id, JAKARTA - Presiden ke 7, Joko Widodo angkat bicara soal ramai hutang kereta cepat Whoosh. Ditemui Senin, (27/10), Jokowi mengatakan bahwa seharusnya kita tau terlebih dahulu akar permasalahannya. 

"Di Jakarta itu kemacetannya sudah parah. Sudah sejak 20, 30 tahun, sampai 40 tahun. Kemudian Jabodetabek juga kemacetannya parah, termasuk Bandung juga kemacetannya parah," ungkapnya.

Dari kemacetan tersebut dijelaskan Jokowi negara mengalami kerugian. Secara hitung-hitungan, kalau di Jakarta per tahun Rp 65 triliun. Sedangkan di Jabar, Tangerang Bekasi dan Bandung kira-kira sudah di atas Rp 100 triliun per tahun.


Untuk mengatasi hal tersebut ditambahkan Jokowi, kemudian direncanakanlah dibangun yang namanya MRT, LRT, kereta cepat, KRL, dan ada juga kereta bandara. 

Itu agar masyarakat dapat berpindah dari transportasi pribadi mobil atau sepeda motor ke kereta cepat, MRT, LRT, kereta bandara, dan KRL.

"Agar kerugian itu bisa terkurangi dengan baik. Prinsip dasar transportasi massal, transportasi umum itu adalah layanan publik. Ini kita juga harus ngerti, bukan mencari laba. Jadi sekali lagi, transportasi massal, transportasi umum itu tidak diukur dari laba, tetapi diukur dari keuntungan sosial," jelasnya. 

Jokowi kemudian memberikan contoh misalnya saja pengurangan emisi karbon. 
Itu membuat produktivitas masyarakat menjadi lebih baik. Kemudian polusi yang berkurang, waktu tempuh yang bisa lebih cepat. Di situlah keuntungan sosial kemudian didapatkan dari pembangunan transportasi massa. 

"Jadi sekali lagi, kalau ada subsidi itu adalah investasi, bukan kerugian. Kayak MRT itu pemerintah provinsi DKI Jakarta mensubsidi 800 miliar per tahun. Itu pun baru dari Lebak Bulus sampai ke HI. Dari hitung-hitungan kami dulu, 12 tahun yang lalu, memindahkan masyarakat memindahkan orang dari mobil pribadi dari sepeda motor, mobil ke transportasi umum, transportasi massal juga tidak mudah. Merubah karakter itu enggak enggak mudah," paparnya. 

Namun dilanjutkan Jokowi, MRT telah sukses mengangkut penumpang sejak diluncurkan sudah Rp 171 juta penumpang. Kemudian kereta cepat sejak mulai meluncur sampai sekarang sudah mengangkut 12 juta orang. 


"Itu yang tidak mudah, ini juga bertahap. Tidak langsung orang berbondong-bondong ke transportasi masa yang kita miliki tidak. Jadi apa sekali lagi kita juga harus berhitung multi player efek ekonominya. Contoh kayak kereta cepat, menumbuhkan titik-titik pertumbuhan ekonomi," katanya. 

Disinggung soal kerugian, Jokowi mengutarakan kerugian akan semakin mengecil seiring dengan bertambahnya penumpang yang naik dari tahun ke tahun. 

"Itu kalau setiap tahun naik, naik, naik, naik orang berpindah (menggunakan transportasi umum). Ya kerugiannya akan semakin mengecil, semakin mengecil, semakin mengecil. Ini kan tahun pertama. Mungkin diperkirakan tahun berikutnya juga sudah positif dan pergerakan akan lebih turun lagi setelah 5 sampai 6 tahun," tandasnya.