EKBIS

Proyek DME Kutai Timur, Jalan Baru Menuju Kemandirian Energi Nasional

Ilustrasi- Pekerja menggunakan alat berat memulai pembangunan proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME). Foto: Antara
Ilustrasi- Pekerja menggunakan alat berat memulai pembangunan proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME). Foto: Antara
apakabar.co.id, SAMARINDA - Pemerintah memulai proyek hilirisasi batu bara Dimethyl Ether (DME) di Kutai Timur, Kalimantan Timur. Langkah ini dianggap strategis untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor Liquefied Petroleum Gas (LPG).

“Hilirisasi adalah strategi utama pembangunan nasional,” kata Tenaga Ahli Sekretariat Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi, M. Fadhil Hasan, di Samarinda, seperti dilansir Antara, dikutip Kamis (30/10).

Proyek DME sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam Astacita 2 untuk mencapai swasembada energi. Fadhil menyebut, tantangan utama Indonesia saat ini adalah ketergantungan tinggi terhadap impor energi fosil.
Proyek DME Kutai Timur dirancang untuk menjadi solusi konversi LPG sekaligus memperkuat kemandirian energi nasional. Pemerintah menargetkan seluruh penggunaan LPG dapat digantikan DME pada tahun 2040.

Proyek ini juga menjadi bagian penting dari transformasi ekonomi Kalimantan Timur, provinsi yang saat ini menyumbang 42,8 persen produksi batu bara nasional. Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi telah menetapkan proyek DME sebagai salah satu dari 18 proyek prioritas nasional.

Nilai investasinya diperkirakan mencapai 10,25 miliar dolar AS, atau sekitar Rp164 triliun, dan diproyeksikan menyerap 34.800 tenaga kerja, baik langsung maupun tidak langsung.
Selain DME, strategi hilirisasi batu bara juga diarahkan untuk memproduksi metanol yang dapat diolah menjadi biodiesel. Pemerintah juga mendorong produksi grafit sintetik dari batu bara, bahan penting untuk pembuatan baterai kendaraan listrik.

“Grafit sintetik merupakan komponen penting dalam industri baterai kendaraan listrik,” ujar Fadhil.

Sementara itu, batu bara berkalori rendah (lignit) akan dimanfaatkan untuk produksi amonia. Amonia hijau dikembangkan sebagai sumber energi bersih dan berkelanjutan masa depan.

“Proyek DME di Kutai Timur, bersama hilirisasi sawit di KEK Maloy, mencerminkan arah baru ekonomi Kaltim. Dari ekonomi berbasis ekstraksi sumber daya alam, kini menuju industri bernilai tambah,” tutup Fadhil.