apakabar.co.id, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) berhasil mencatatkan laba bersih sebesar 3,13 miliar dolar AS atau setara dengan Rp49,54 triliun pada tahun 2024. Meskipun demikian, angka tersebut menunjukkan penurunan dibandingkan laba tahun sebelumnya yang mencapai 4,77 miliar dolar AS (Rp77,73 triliun), atau turun sekitar 34,38 persen secara tahunan (year-on-year).
Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini, mengakui bahwa penurunan tersebut tidak lepas dari tantangan global yang memengaruhi performa perusahaan. “Kalau dilihat dari seluruh parameter global, terjadi perburukan dari seluruh parameter, baik itu harga minyak mentah (ICP) yang semuanya melandai,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (13/6).
Meski menghadapi tekanan global, Pertamina tetap mampu menjaga performa bisnisnya melalui strategi dan langkah mitigasi yang akan diterapkan pada paruh kedua tahun ini. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan tetap berkomitmen menjaga keberlanjutan usaha di tengah kondisi yang tidak menentu.
Dari sisi pendapatan, Pertamina membukukan angka sebesar 75,33 miliar dolar AS atau setara Rp1.194 triliun. Sementara itu, EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) tercatat sebesar 10,79 miliar dolar AS (Rp171,04 triliun). Angka-angka itu menjadi bukti bahwa Pertamina tetap menjadi salah satu BUMN dengan kinerja finansial yang kuat.
Kontribusi Pertamina terhadap negara juga semakin besar. Sepanjang tahun 2024, perusahaan ini menyumbang Rp401,73 triliun kepada penerimaan negara, yang berasal dari pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan dividen. Ini menunjukkan peran penting Pertamina dalam mendukung keuangan negara.
Selain itu, Pertamina turut mendukung industri dalam negeri melalui penyerapan produk dalam negeri (PDN) senilai Rp415 triliun. Langkah tersebut memberikan efek berganda (multiplier effect), antara lain menyerap tenaga kerja sebanyak 4,1 juta orang dan mendorong peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga Rp702 triliun.
Emma menegaskan bahwa pencapaian tersebut merupakan hasil dari penguatan sinergi dalam empat aspek utama, yaitu ketersediaan (availability), aksesibilitas (accessibility), keterjangkauan (affordability), dan penerimaan (acceptability).
Dari sisi investasi, Pertamina mengeluarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar 6,57 miliar dolar AS (Rp106 triliun) pada 2024. Jumlah ini meningkat 4,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatatkan capex sebesar 6,31 miliar dolar AS. Kenaikan investasi ini menunjukkan optimisme perusahaan terhadap pengembangan usaha jangka panjang.
Secara keseluruhan, meskipun menghadapi tekanan global, Pertamina tetap menunjukkan kinerja yang solid di tahun 2024. Melalui strategi bisnis yang adaptif dan kontribusi nyata terhadap ekonomi nasional, Pertamina terus mengukuhkan perannya sebagai tulang punggung energi Indonesia.