apakabar.co.id, JAKARTA – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ahmad Luthfi menyebutkan bahwa kebutuhan tenaga kerja di Kawasan Industri Kendal di Kabupaten Kendal masih mencapai 37 ribu orang, bahkan ke depan diproyeksikan bisa mencapai 63 ribu tenaga kerja.
“Di Kawasan Industri Kendal ini secara umum sudah 60 persen (perusahaan) beroperasi,” katanya usai meninjau dua perusahaan di Kawasan Industri Kendal, Kabupaten Kendal, Jateng, Selasa (3/6).
Ahmad Luthfi melakukan peninjauan ke dua perusahaan yang sudah beroperasi yaitu PT Polygroup Manufactur Indonesia dan PT. Matahari Tire Indonesia (MTI). Menurut dia, tinjauan tersebut untuk memastikan ketersediaan lapangan pekerjaan untuk masyarakat di daerah tersebut.
Baca juga: Job Fair Ricuh, Cermin Darurat Sempitnya Lapangan Pekerjaan
Di KIK yang merupakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) itu terdapat 129 perusahaan yang berasal dari 11 negara, dengan nilai investasi di kawasan itu mencapai sekitar Rp151 triliun. Hingga kini, sebanyak 49 perusahaan telah operasional dan 25 perusahaan sedang dalam tahap konstruksi.
Di PT Polygroup Manufactur Indonesia, perusahaan yang bergerak pada bidang mainan plastik dan pohon natal tersebut memiliki 7.000 tenaga kerja existing, sementara kebutuhan tenaga kerja tahun 2025 sebanyak 8.500 pekerja.
Sedangkan di PT. Matahari Tire Indonesia (MTI) yang bergerak di bidang ban asal China memiliki 1.800 tenaga kerja existing dan membutuhkan sekitar 3.000 orang pada tahun 2025.
Baca juga: Menaker Terbitkan SE Larangan Penahanan Ijazah Pekerja
Pada triwulan I 2025, serapan tenaga kerja mencapai 97.550 orang, dengan industri barang dari kulit dan alas kaki yang paling banyak menyerap tenaga kerja dengan jumlah 36.754 orang, dan secara nasional menempatkan Jateng sebagai provinsi dengan serapan tenaga kerja terbaik di Indonesia.
Tingginya angka serapan tenaga kerja tersebut berhasil menurunkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jateng. Per Februari 2025 angka TPT Jawa Tengah sebesar 4,33 persen, atau mengalami penurunan dibandingkan pada Februari 2024 sebesar 4,39 persen.
Penurunan TPT tersebut merupakan hasil dari masuknya investasi di Jateng melalui beberapa kawasan industri, termasuk KIK yang merupakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
“TPT sudah turun dan sudah luar biasa untuk wilayah kita. Ini bagus sekali, ini akan kita genjot,” katanya.