apakabar.co.id, JAKARTA – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkap tiga penyebab banyaknya ritel modern yang menutup tokonya secara permanen hingga gulung tikar.
Budi menyampaikan pihaknya telah berdiskusi dengan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) terkait dengan tutupnya ritel modern. Dari hasil pembahasan, ditemukan bahwa pembeli atau konsumen mencari tempat belanja yang menawarkan pengalaman lain, seperti tempat hiburan.
“Kalau kami diskusi dengan APPBI, itu ternyata kalau ritel modern itu hanya jualan ya, tidak ada experience di situ, tidak ada journey di situ. Ya dia pasti akan kalah dengan UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah),” ujar Budi di Jakarta, Rabu (4/6).
Baca juga: Kemendag Evaluasi Regulasi terkait Banyaknya Penutupan Toko Ritel
Baca juga: Imbas Efisiensi Anggaran, APPBI Keluhkan Industri Ritel Lesu
Faktor lainnya, kata Budi, pola belanja atau gaya hidup masyarakat telah berubah, dari yang membeli kebutuhan untuk satu bulan, menjadi harian.
Menurut Budi, pola belanja tersebut mempengaruhi pemasukan ritel modern. Saat ini, konsumen lebih banyak berbelanja di ritel kecil atau warung-warung kelontong.
Budi mengatakan saat ini ritel modern perlu melakukan transformasi dan mengikuti tren yang sedang terjadi di industri tersebut.
“Kalau mal departement store itu hanya tempat belanja, tidak ada tempat misalnya untuk makan, untuk nongkrong, untuk ngumpul, ya akan sepi pengunjung. Itu mungkin gambaran, bahwa kita juga harus bisa mengikuti tren yang ada,” imbuhnya.